Limbah sebagai sumber pakan ikan
Permasalahan bahan baku pakan ikan yang semakin mahal
sehingga menjadikan harga pakan semakin tinggi menjadi salah satu permasalahan
yang dihadapi pembudidaya ikan di Indonesia. Seperti diketahui bahwa 60% biaya
produksi budidaya perairan dipengaruhi oleh pembiayaan pakan. Dengan demikian
maka penekanan biaya produksi dapat diperoleh dengan signifikan jika dilakukan
penekanan biaya pakan, dan peningkatan biaya pakan akan meningkatkan biaya
produksi keseluruhan dengan signifikan pula.
Pelaku budidaya ikan selalu berusaha meningkatkan margin keuntungan yang
diperoleh dengan berbagai macam cara, diantaranya dengan penekanan biaya pakan,
peningkatan efektifitas pakan dan perlakuan pakan tambahan untuk menekan jumlah
pakan utama. Biaya pakan dapat ditekan seminim mungkin tanpa mengabaikan
kebutuhan nutrisi ikan yang dibudidayakan. Ketergantungan pada pakan pellet
komersial dari pabrik dapat dihindarkan dengan mengetahui dan memahami
bahan-bahan di sekitar kita yang memiliki potensi untuk digunakan sebagai pakan
ikan. Salah satu upaya penekanan biaya pakan adalah dengan memanfaatkan limbah.
Bahan hasil samping produksi yang sering kita sebut sebagai limbah, khususnya
limbah organic, memiliki potensi sebagai alternative bahan baku pakan ikan.
Pemanfaatan limbah tidak hanya menekan biaya pakan, namun juga memungkinkan
meniadakan pengeluarkan biaya pakan meskipun masih membutuhkan tenaga lebih
banyak. Pemanfaatan limbah dinilai menjadi salah satu solusi untuk menekan
biaya produksi melalu pakan ikan.
JENIS LIMBAH
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP
85/1999, limbah didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha
dan/atau kegiatan manusia. Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang
berdampak negatif terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Limbah
dapat dibedakan menjadi limbah organic dan limbah anorganik. Limbah organik
merupakan segala limbah yang mengandung unsure karbon (C), sehingga meliputi
limbah dari mahluk hidup (misalnya kotoran hewan dan manusia, sisa makanan, dan
sisa-sisa tumbuhan mati), kertas, plastic, dan karet. Limbah organic yang
berasal dari mahluk hidup mudah membusuk karena pada mahluk hidup terdapat
unsure karbon (C) dalam bentuk gula (karbohidrat) yang rantai kimianya relative
sederhana sehingga dapat dijadikan sumber nutrisi bagi mikroorganisme, seperti
bakteri dan jamur. Hasil pembusukan limbah organic oleh mikroorganisme sebagian
besar adalah berupa gas metan (CH4) yang juga dapat menimbulkan permasalahan
lingkungan.
Limbah Anorganik berdasarkan pengertian secara kimiawi, meliputi limbah-limbah
yang tidak mengandung unsur karbon, seperti logam (misalnya besi dari mobil
bekas atau perkakas, dan aluminium dari kaleng bekas atau peralatan rumah
tangga), kaca, dan pupuk anorganik (misalnya yang mengandung unsur nitrogen dan
fosfor). Limbah-limbah ini tidak memiliki unsur karbon sehingga tidak dapat
diurai oleh mikroorganisme.
Pengelompokan limbah berdasarkan wujud yaitu limbah cair, limbah padat dan
limbah gas. Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa
air beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun
terlarut dalam air. Limbah padat biasa disebut sebagai sampah. Klasifikasi
limbah padat (sampah) menurut istilah teknis ada 6 kelompok, yaitu :
1. Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah, berupa
bahan-bahan organik yang mudah busuk
2. Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah padat
anorganik atau organik cukup kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme,
sehingga sulit membusuk, misalnya kertas, plastic, kaca dan logam.
3. Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil
pembakaran.
4. Sampah bangkai binatang (dead animal),
5. Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah berbagai sampah yang tersebar
di jalanan
6. Sampah industry (industrial waste), semua limbah padat buangan industry
Limbah gas merupakan limbah yang menguap dan berada di udara. Jenis limbah gas
yang berada di udara terdiri dari bermacam-macam senyawa kimia. Misalnya,
karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), Nitrogen oksida (NOx), Sulfur
dioksida (SOx), asam klorida (HCl), Amonia (NH3), Metan (CH4), Klorin (Cl2).
Limbah gas yang dibuang ke udara biasanya mengandung partikel-partikel bahan
padatan, disebut materi partikulat.
Berdasarkan sumbernya, limbah dapat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Limbah domestic, adalah limbah yang berasal dari kegiatan pemukiman penduduk
2. Limbah industry, merupakan buangan hasil proses industri
3. Limbah pertanian, berasal dari daerah pertanian atau perkebunan
4. Limbah pertambangan, berasal dari kegiatan pertambangan
Limbah merupakan suatu bahan yang hampir tidak bernilai ekonomis karena tidak
diharapkan kehadirannya. Khusus untuk limbah organik yang merupakan sisa
produksi dari pemanfaatan bahan-bahan organic, memiliki potensi yang masih bisa
digunakan kembali meskipun bukan sebagai bahan pangan manusia tetapi sebagai
pakan ikan. Ketika limbah yang hampir tidak bernilai ekonomis dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pakan ikan maka tentunya akan meminimalkan
pengeluaran biaya pakan atau bahkan meniadakan biaya pengadaan bahan pakan ikan
jika limbah dapat kita peroleh tanpa biaya.
Jenis limbah yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ikan adalah pada limbah
pertanian dan limbah perikanan baik pada sektor budidaya, penangkapan maupun
pengolahan. Limbah pertanian dapat diperoleh dari limbah produksi pertanian
maupun limbah agroindustri pertanian yang merupakan pengolahan produk
pertanian. Namun tidak semua limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku pakan ikan karena beberapa limbah yang memiliki kandungan serat yang
tinggi sehingga kurang mampu dicerna dalam pencernaan ikan. Limbah pertanian
yang berupa jerami, bonggol jagung dan kulit kacang tanah memiliki kandungan
serat yang tinggi. Beberapa limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai bahan
pakan ikan adalah sebagai berikut :
DEDAK PADI
Pemanfaatan dedak sebagai bahan pakan ikan sudah umum
dilakukan. Nutrisi dedak padi sangat bervariasi bergantung pada jenis padi dan
jenis mesin penggiling. Pemalsuan dedak padi sangat sering terjadi, dan
akhir-akhir ini mutunya semakin menurun seiring dengan berkembangnya teknologi
mesin penghalus (hummer mill). Pada saat panen raya (April-Mei), harga dedak
padi menjadi lebih murah dan stok berlimpah. Pemanfaatan dedak padi telah
dibahas pada bab memilih dan mengolah bahan pakan ikan.
LIMBAH SAWIT
Kelapa sawit merupakan komoditi unggulan untuk saat
ini. Indonesia menempati urutan ke dua setelah Malaysia di dalam produksi
sawit. Pada pengolahan kelapa sawit dengan produk utama minyak sawit kasar
(crude palm oil, CPO) dihasilkan juga berbagai produk ikutan dan limbah cair
yang bila tidak diolah secara baik akan mengganggu lingkungan. Ekstrapolasi
produksi minyak nabati dunia sampai 2007 adalah 108.512 ton dan 30,1%
diantaranya dipenuhi dari minyak sawit dan inti sawit (DIT PENGEMBANGAN
PERKEBUNAN, 2004).
Satu ton tandan buah segar (TBS atau fresh fruit bunches, FFB) terdiri atas
kira-kira 230-250 kg tandan kosong (Tankos, empty fruit bunch, EFB), 130-150 kg
serat (fibers), 60-65 kg batok kelapa (shell), 55-60 kg daging buah (kernel)
dan 160-200 kg minyak sawit kasar. Dalam produksi minyak sawit, juga
diperoleh solid. Solid merupakan salah satu limbah padat dari hasil
pengolahan minyak sawit kasar. Di Sumatera, limbah ini dikenal sebagai lumpur
sawit, namun solid biasanya sudah dipisahkan dengan cairannya sehingga
merupakan limbah padat. Ada dua macam limbah yangdihasilkan pada produksi CPO,
yaitu limbah padat dan limbah cair. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan
bahwa solid berpotensi sebagai sumber nutrisi baru untuk ternak dengan
kandungan bahan kering 81,56%, protein kasar 12,63%, serat kasar 9,98%, lemak
kasar 7,12%, kalsium 0,03%, fosfor 0,003%, dan energi 154 kal/100 g
(Rokhmani, 2003).
LIMBAH COKLAT
Tanaman coklat atau kakao (Theobroma Cacao L.)
merupakan tanaman yang berasal dari lembah Amazon dan Orinoco di Amerika
Selatan. Buah coklat yang masak memiliki kulit tebal dan 24,2% berupa biji
(sekitar 30-40 biji) yang diselimuti oleh pulp. Sedang biji coklat terdiri dari
dua bagian yaitu kulit biji dan keping biji. Dari lahan perkebunan coklat dapat
dihasilkan limbah berupa kulit buah (73,73%), plasenta (2,59%) dan kulit biji
(21,74%) (Rokhmani, 2003). Limbah tersebut dapat dimanfaatkan untuk pakan
ternak, baik secara langsung maupun melalui proses pengolahan.
Fermentasi kulit biji coklat telah dicoba pemanfaatannya pada
ayam, perlakuan bioproses kulit buah coklat dengan spora Aspergillus
niger selama 3 hari dapat meningkatkan kandungan protein kasar dari
16,5 menjadi 20,3%. Sementara itu, penggunaan optimal kulit buah coklat
baik yang tidak diproses maupun yang diproses dalam ransum broiler
adalah sejumlah 2,5-5%.
AMPAS TAHU
Ampas tahu merupakan hasil ikutan dari proses
pembuatan tahu yang banyak terdapat di Indonesia. Oleh karena itu untuk
menghasilkan ampas tahu tidak terlepas dari proses pembuatan tahu. Pembuatan
tahu terdiri dari dua tahapan : (1) Pembuatan susu kedelai, (2) penggumpalan
rotein dari susu kedelai sehingga selanjutnya tahu dicetak menurut bentuk yang
diinginkan. Ampas tahu yang juga berasal dari kedelai dimana kedelai
merupakan salah satu sumber protein dan lemak yang baik, masih mengandung
sejumlah protein dan nutrisi lainnya. Nilai nutrisi ampas tahu cukup
tinggi dengan protein sebesar 21%. Selain nutrisi protein, ampas tahu juga
mengandung unsur-unsur mineral mikro maupun makro yaitu untuk mikro; Fe 200-500
ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm.
Ampas tahu memiliki kadar air dan protein yang cukup
tinggi sehingga bila disimpan akan menyebabkan mudah membusuk dan berjamur.
Ampas tahu dapat disimpan dalam jangka waktu lama bila dikeringkan terlebih
dahulu. Untuk memperoleh ampas tahu kering, dilakukan dengan menjemur atau
memasukkannya ke dalam oven sampai kering, kemudian digiling sampai menjadi
tepung. Bila mengawetkan ampas tahu secara basah dapat dilakukan dengan
pembuatan silase tanpa menggunakan stater. Terlebih dahulu ampas tahu dikurangi
kadar airnya dengan cara dipres sampai kadar air mencapai kira-kira 75%. Lalu
disimpan dalam ruang kedap udara atau plastik tertutup rapat supaya udara tidak
dapat masuk. Setelah tertutup disimpan minimal 21 hari dan digunakan sesuai
dengan kebutuhan. Penyimpanan dengan cara pembuatan silase dapat mengawetkan
ampas tahu sampai 5-6 bulan.
Di samping memiliki kandungan zat gizi yang baik, ampas tahu juga memiliki
antinutrisi berupa asam fitat yang akan mengganggu penyerapan mineral
bervalensi 2 terutama mineral Ca, Zn, Co, Mg, dan Cu, sehingga penggunaannya
untuk hewan perlu perhatian khusus. Kendala adanya asam fitat yag kemungkinan
akan mengganggu ikan dapat dibatasi dengan menggunakan teknik fermentasi.
Fardiaz dan Markakis (1981) menyatakan bahwa efek asam fitat dapat dikurangi
dengan penambahan enzim fitase yang dihasilkan oleh beberapa mikroorganisme.
Salah satu proses yang terdapat penggunaan enzim fitase adalah fermentasi
tempe. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe terjadi produksi enzim
fitase oleh Rhizopus oligosporus. Enzim fitase ini berfungsi memecah fitat yang
merugikan, yaitu mengikat beberapa mineral sehingga tidak dapat dimanfaatkan
secara optimal dalam tubuh.
LIMBAH PERIKANAN
Limbah yang dihasilkan dari kegiatan perikanan masih
cukup tinggi, yaitu sekitar 20-30 persen dari total bahan yang diproduksi.
Produksi ikan yang telah mencapai 6.5 juta ton pertahun. Hal ini berarti
sekitar 2 juta ton terbuang sebagai limbah. Angka tersebut sangat memungkinkan,
sebab dalam pengolahan udang, lebih dari 30% bagian tubuh udang adalah kepala
udang dan 10% adalah kulit udang, sehingga 40% produksi pengolahan udang
menjadi limbah berupa kepala udang dan kulit udang. Limbah tersebut belum
termasuk limbah akibat kesalahan produksi yang mengakibatkan kerusakan bahan.
Demikian juga dalam pengolahan ikan, dimana 30% dari tubuh ikan adalah bagian
kepala, tulang dan kulit.
Limbah yang dihasilkan dari kegiatan perikanan data dikelompokkan sebagai
berikut :
1) Ikan rucah yang bernilai ekonomis rendah sehingga tidak dimanfaatkan sebagai
pangan
2) Bagian tubuh ikan yang tidak dimanfaatkan dari rumah makan, rumah tangga,
industri pengalengan, atau industri pemiletan
3) Ikan yang tidak terserap oleh pasar, terutama pada musim produksi ikan
melimpah
4) Kesalahan penanganan dan pengolahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar