Kamis, 09 Mei 2013

Limbah sebagai sumber pakan ikan

Permasalahan bahan baku pakan ikan yang semakin mahal sehingga menjadikan harga pakan semakin tinggi menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi pembudidaya ikan di Indonesia. Seperti diketahui bahwa 60% biaya produksi budidaya perairan dipengaruhi oleh pembiayaan pakan. Dengan demikian maka penekanan biaya produksi dapat diperoleh dengan signifikan jika dilakukan penekanan biaya pakan, dan peningkatan biaya pakan akan meningkatkan biaya produksi keseluruhan dengan signifikan pula.
Pelaku budidaya ikan selalu berusaha meningkatkan margin keuntungan yang diperoleh dengan berbagai macam cara, diantaranya dengan penekanan biaya pakan, peningkatan efektifitas pakan dan perlakuan pakan tambahan untuk menekan jumlah pakan utama.  Biaya pakan dapat ditekan seminim mungkin tanpa mengabaikan kebutuhan nutrisi ikan yang dibudidayakan. Ketergantungan pada pakan pellet komersial dari pabrik dapat dihindarkan dengan mengetahui dan memahami bahan-bahan di sekitar kita yang memiliki potensi untuk digunakan sebagai pakan ikan. Salah satu upaya penekanan biaya pakan adalah dengan memanfaatkan limbah.
Bahan hasil samping produksi yang sering kita sebut sebagai limbah, khususnya limbah organic, memiliki potensi sebagai alternative bahan baku pakan ikan. Pemanfaatan limbah tidak hanya menekan biaya pakan, namun juga memungkinkan meniadakan pengeluarkan biaya pakan meskipun masih membutuhkan tenaga lebih banyak. Pemanfaatan limbah dinilai menjadi salah satu solusi untuk menekan biaya produksi melalu pakan ikan.

JENIS LIMBAH

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999, limbah didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia. Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Limbah dapat dibedakan menjadi limbah organic dan limbah anorganik. Limbah organik merupakan segala limbah yang mengandung unsure karbon (C), sehingga meliputi limbah dari mahluk hidup (misalnya kotoran hewan dan manusia, sisa makanan, dan sisa-sisa tumbuhan mati), kertas, plastic, dan karet. Limbah organic yang berasal dari mahluk hidup mudah membusuk karena pada mahluk hidup terdapat unsure karbon (C) dalam bentuk gula (karbohidrat) yang rantai kimianya relative sederhana sehingga dapat dijadikan sumber nutrisi bagi mikroorganisme, seperti bakteri dan jamur. Hasil pembusukan limbah organic oleh mikroorganisme sebagian besar adalah berupa gas metan (CH4) yang juga dapat menimbulkan permasalahan lingkungan.
Limbah Anorganik berdasarkan pengertian secara kimiawi, meliputi limbah-limbah yang tidak mengandung unsur karbon, seperti logam (misalnya besi dari mobil bekas atau perkakas, dan aluminium dari kaleng bekas atau peralatan rumah tangga), kaca, dan pupuk anorganik (misalnya yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor). Limbah-limbah ini tidak memiliki unsur karbon sehingga tidak dapat diurai oleh mikroorganisme.
Pengelompokan limbah berdasarkan wujud yaitu limbah cair, limbah padat dan limbah gas. Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah padat biasa disebut sebagai sampah. Klasifikasi limbah padat (sampah) menurut istilah teknis ada 6 kelompok, yaitu :
1. Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah, berupa bahan-bahan organik yang mudah busuk
2. Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah padat anorganik atau organik cukup kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme, sehingga sulit membusuk, misalnya kertas, plastic, kaca dan logam.
3. Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil pembakaran.
4. Sampah bangkai binatang (dead animal),
5. Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah berbagai sampah yang tersebar di jalanan
6. Sampah industry (industrial waste), semua limbah padat buangan industry
Limbah gas merupakan limbah yang menguap dan berada di udara. Jenis limbah gas yang berada di udara terdiri dari bermacam-macam senyawa kimia. Misalnya, karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), Nitrogen oksida (NOx), Sulfur dioksida (SOx), asam klorida (HCl), Amonia (NH3), Metan (CH4), Klorin (Cl2). Limbah gas yang dibuang ke udara biasanya mengandung partikel-partikel bahan padatan, disebut materi partikulat.
Berdasarkan sumbernya, limbah dapat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Limbah domestic, adalah limbah yang berasal dari kegiatan pemukiman penduduk
2. Limbah industry, merupakan buangan hasil proses industri
3. Limbah pertanian, berasal dari daerah pertanian atau perkebunan
4. Limbah pertambangan, berasal dari kegiatan pertambangan
Limbah merupakan suatu bahan yang hampir tidak bernilai ekonomis karena tidak diharapkan kehadirannya. Khusus untuk limbah organik yang merupakan sisa produksi dari pemanfaatan bahan-bahan organic, memiliki potensi yang masih bisa digunakan kembali meskipun bukan sebagai bahan pangan manusia tetapi sebagai pakan ikan. Ketika limbah yang hampir tidak bernilai ekonomis dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ikan maka tentunya akan meminimalkan pengeluaran biaya pakan atau bahkan meniadakan biaya pengadaan bahan pakan ikan jika limbah dapat kita peroleh tanpa biaya.
Jenis limbah yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ikan adalah pada limbah pertanian dan limbah perikanan baik pada sektor budidaya, penangkapan maupun pengolahan. Limbah pertanian dapat diperoleh dari limbah produksi pertanian maupun limbah agroindustri pertanian yang merupakan pengolahan produk pertanian.  Namun tidak semua limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ikan karena beberapa limbah yang memiliki kandungan serat yang tinggi sehingga kurang mampu dicerna dalam pencernaan ikan. Limbah pertanian yang berupa jerami, bonggol jagung dan kulit kacang tanah memiliki kandungan serat yang tinggi. Beberapa limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ikan adalah sebagai berikut :

DEDAK PADI

Pemanfaatan dedak sebagai bahan pakan ikan sudah umum dilakukan. Nutrisi dedak padi sangat bervariasi bergantung pada jenis padi dan jenis mesin penggiling. Pemalsuan dedak padi sangat sering terjadi, dan akhir-akhir ini mutunya semakin menurun seiring dengan berkembangnya teknologi mesin penghalus (hummer mill). Pada saat panen raya (April-Mei), harga dedak padi menjadi lebih murah dan stok berlimpah. Pemanfaatan dedak padi telah dibahas pada bab memilih dan mengolah bahan pakan ikan.

LIMBAH SAWIT

Kelapa sawit merupakan komoditi unggulan untuk saat ini. Indonesia menempati urutan ke dua setelah Malaysia di dalam produksi sawit. Pada pengolahan kelapa sawit dengan produk utama minyak sawit kasar (crude palm oil, CPO) dihasilkan juga berbagai produk ikutan dan limbah cair yang bila tidak diolah secara baik akan mengganggu lingkungan. Ekstrapolasi produksi minyak nabati dunia sampai 2007 adalah 108.512 ton dan 30,1% diantaranya dipenuhi dari minyak sawit dan inti sawit (DIT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2004).
Satu ton tandan buah segar (TBS atau fresh fruit bunches, FFB) terdiri atas kira-kira 230-250 kg tandan kosong (Tankos, empty fruit bunch, EFB), 130-150 kg serat (fibers), 60-65 kg batok kelapa (shell), 55-60 kg daging buah (kernel) dan 160-200 kg minyak sawit kasar.  Dalam produksi minyak sawit, juga diperoleh solid. Solid merupakan salah satu limbah padat dari hasil pengolahan minyak sawit kasar. Di Sumatera, limbah ini dikenal sebagai lumpur sawit, namun solid biasanya sudah dipisahkan dengan cairannya sehingga merupakan limbah padat. Ada dua macam limbah yangdihasilkan pada produksi CPO, yaitu limbah padat dan limbah cair. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa solid berpotensi sebagai sumber nutrisi baru untuk ternak dengan kandungan bahan kering 81,56%, protein kasar 12,63%, serat kasar 9,98%, lemak kasar 7,12%, kalsium 0,03%, fosfor 0,003%, dan energi 154 kal/100 g  (Rokhmani, 2003).

LIMBAH COKLAT

Tanaman coklat atau kakao (Theobroma Cacao L.) merupakan tanaman yang berasal dari lembah Amazon dan Orinoco di Amerika Selatan. Buah coklat yang masak memiliki kulit tebal dan 24,2% berupa biji (sekitar 30-40 biji) yang diselimuti oleh pulp. Sedang biji coklat terdiri dari dua bagian yaitu kulit biji dan keping biji. Dari lahan perkebunan coklat dapat dihasilkan limbah berupa kulit buah (73,73%), plasenta (2,59%) dan kulit biji (21,74%) (Rokhmani, 2003). Limbah tersebut dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, baik secara langsung maupun melalui proses pengolahan.
Fermentasi kulit biji coklat telah dicoba pemanfaatannya pada ayam, perlakuan bioproses kulit buah coklat dengan spora Aspergillus niger selama 3 hari dapat meningkatkan kandungan protein kasar dari 16,5 menjadi 20,3%. Sementara itu, penggunaan optimal kulit buah coklat baik yang tidak diproses maupun yang diproses dalam ransum broiler adalah sejumlah 2,5-5%.

AMPAS TAHU

Ampas tahu merupakan hasil ikutan dari proses pembuatan tahu yang banyak terdapat di Indonesia. Oleh karena itu untuk menghasilkan ampas tahu tidak terlepas dari proses pembuatan tahu. Pembuatan tahu terdiri dari dua tahapan : (1) Pembuatan susu kedelai, (2) penggumpalan rotein dari susu kedelai sehingga selanjutnya tahu dicetak menurut bentuk yang diinginkan.  Ampas tahu yang juga berasal dari kedelai dimana kedelai merupakan salah satu sumber protein dan lemak yang baik, masih mengandung sejumlah protein dan nutrisi lainnya.  Nilai nutrisi ampas tahu cukup tinggi dengan protein sebesar 21%. Selain nutrisi protein, ampas tahu juga mengandung unsur-unsur mineral mikro maupun makro yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm.

Ampas tahu memiliki kadar air dan protein yang cukup tinggi sehingga bila disimpan akan menyebabkan mudah membusuk dan berjamur. Ampas tahu dapat disimpan dalam jangka waktu lama bila dikeringkan terlebih dahulu. Untuk memperoleh ampas tahu kering, dilakukan dengan menjemur atau memasukkannya ke dalam oven sampai kering, kemudian digiling sampai menjadi tepung. Bila mengawetkan ampas tahu secara basah dapat dilakukan dengan pembuatan silase tanpa menggunakan stater. Terlebih dahulu ampas tahu dikurangi kadar airnya dengan cara dipres sampai kadar air mencapai kira-kira 75%. Lalu disimpan dalam ruang kedap udara atau plastik tertutup rapat supaya udara tidak dapat masuk. Setelah tertutup disimpan minimal 21 hari dan digunakan sesuai dengan kebutuhan. Penyimpanan dengan cara pembuatan silase dapat mengawetkan ampas tahu sampai 5-6 bulan.
Di samping memiliki kandungan zat gizi yang baik, ampas tahu juga memiliki antinutrisi berupa asam fitat yang akan mengganggu penyerapan mineral bervalensi 2 terutama mineral Ca, Zn, Co, Mg, dan Cu, sehingga penggunaannya untuk hewan perlu perhatian khusus. Kendala adanya asam fitat yag kemungkinan akan mengganggu ikan dapat dibatasi dengan menggunakan teknik fermentasi. Fardiaz dan Markakis (1981) menyatakan bahwa efek asam fitat dapat dikurangi dengan penambahan enzim fitase yang dihasilkan oleh beberapa mikroorganisme. Salah satu proses yang terdapat penggunaan enzim fitase adalah fermentasi tempe. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe terjadi produksi enzim fitase oleh Rhizopus oligosporus. Enzim fitase ini berfungsi memecah fitat yang merugikan, yaitu mengikat beberapa mineral sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dalam tubuh.

 LIMBAH PERIKANAN

Limbah yang dihasilkan dari kegiatan perikanan masih cukup tinggi, yaitu sekitar 20-30 persen dari total bahan yang diproduksi. Produksi ikan yang telah mencapai 6.5 juta ton pertahun. Hal ini berarti sekitar 2 juta ton terbuang sebagai limbah. Angka tersebut sangat memungkinkan, sebab dalam pengolahan udang, lebih dari 30% bagian tubuh udang adalah kepala udang dan 10% adalah kulit udang, sehingga 40% produksi pengolahan udang menjadi limbah berupa kepala udang dan kulit udang. Limbah tersebut belum termasuk limbah akibat kesalahan produksi yang mengakibatkan kerusakan bahan. Demikian juga dalam pengolahan ikan, dimana 30% dari tubuh ikan adalah bagian kepala, tulang dan kulit.
Limbah yang dihasilkan dari kegiatan perikanan data dikelompokkan sebagai berikut :
1) Ikan rucah yang bernilai ekonomis rendah sehingga tidak dimanfaatkan sebagai pangan
2) Bagian tubuh ikan yang tidak dimanfaatkan dari rumah makan, rumah tangga, industri pengalengan, atau industri pemiletan
3) Ikan yang tidak terserap oleh pasar, terutama pada musim produksi ikan melimpah
4) Kesalahan penanganan dan pengolahan

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar