BAB I: SEL
Bagian-bagian Sel
Sel dikelilingi oleh membran plasma yang di dalamnya
terdapat cairan sel yang disebut sitoplasma. Di dalam sel terdapat berbagai
macam organela termasuk yang dalam bentuk filamen, juga terdapat inti sel
(Gambar 1.1). Organela tersebut ada yang mempunyai membran dan ada yang tidak.
Sel membelah baik pada bagian sitoplasma maupun pada inti selnya.


Gambar 1.1. Sel dan
bagian-bagiannya
Dinding Sel
Dinding sel yang mengelilingi bagian organela, mengatur perpindahan
molekul dan ion dari luar ke dalam sel atau sebaliknya. Membran sel tersebut tersusun
oleh bimolecular lipid bilayers (dua lapis molekul lemak), utamanya adalah
phospolipid yang padanya terangkai/terdapat molekul protein. Adanya protein terangkai
ini memungkinkan beberapa jenis molekul/ion dapat melewati membran tersebut
karena diantaranya membentuk pori-pori/kanal (Gambar 1.2). Sedangkan fungsi
utama lemak bilayer adalah mencegah perpindahan sebagian besar jenis molekul
menembus membran dinding sel tersebut. Perpindahan molekul nonpolar menembus
dinding sel yang terdiri lipid bilayer (dua lapis lemak) lebih cepat
dibandingkan molekul polar sebab molekul nonpolar terlarut pada bagian nonpolar
lipid yang berada di bagian luar membran sel (lihat Gambar 1.2).
Cairan di dalam tubuh kita dibagi menjadi cairan
intraseluler/sitosol (di dalamsel) dan cairan extraseluler (di luar sel).
Cairan extraseluler dibedakan menjadi cairan interseluler/interestisial yang
letaknya di luar sel dalam suatu jaringan, jumlahnya kurang
|

Gambar 1.2. Struktur dinding sel
phospolipid bilayer (non-polar bagian luar dan polar bagian dalam) dan protein
terangkai pada dinding sel tersebut.
Perpindahan molekul nonpolar menembus dinding sel yang terdiri lipid
bilayer (dua lapis lemak) lebih cepat dibandingkan molekul polar sebab molekul
nonpolar terlarut pada bagian nonpolar lipid yang berada di bagian luar membran
sel (lihat Gambar 1.2).
Ada tiga jenis junktion membran
(sambungan) yang menghubungkan antara sel satu dengan lainnya: 

1.
Desmosome; menghubungkan antar sel dengan sekedar tersambung (hubungannya
sangat lemah.
2.
Tight junction; pada sel-sel epithel, misal sel kulit, menghubungkan antar sel
dengan sangat rapat sehingga sangat membatasi molekul melewati ruang
extraseluler.
- Gap junction; menghubungkan antar 2 sel dengan kanal sehingga kedua sitoplasma sel tersebut saling berhubungan.
Organela Sel
- Inti sel (nucleus); di dalam inti sel terdapat inti-inti sel (nucleolus) yang tersusun oleh molekul DNA, RNA dan protein lainnya. Di nucleolus ini ribosome terbentuk yang selanjutnya keluar menuju sitoplasma dimana sintesis protein terjadi. Pada inti sel yang merupakan tempat terbentuknya benang-benang khromatin dari DNA atau protein untuk membentuk khromosom sebagi tempat informasi genetik pada saat sel membelah.



Gambar 1.3. Inti sel (nucleus) dan bagian-bagiannya
- Retikulum endoplasma; seperti lembaran yang melipat-lipat dan diantaranya membentuk rongga (tubule), dan terdapat ribosome sebagai kantong protein yang dikeluarkan dari inti sel (Gambar 1.4)


Gambar 1.4. Retikulum
endoplasma dan bagian-bagiannya
3.
Ribosoma; tersusun oleh RNA dan protein/asam
amino, disinilah sintesis protein terjadi setelah menerima informasi genetik
(m-RNA) dari inti sel.
4.
Badan golgi (golgy apparatus);
menyeleksi protein yang telah disintesis dan menampungnya/mensekresikan keluar
sel.
5.
Mitokondria; merupakan tempat utama
dimana energi kimia terbentuk dan diubah menjadi ATP sebagai sumber utama
kebutuhan energi sel/jaringan itu sendiri (Gambar 1.5).


Gambar 1.5. Mitokondria dan bagian-bagiannya.
- Lisosome; mencerna (digest) partikel-partikel berbahaya/tidak berguna yang ada/ masuk ke dalam sel, seperti bakteri.
- Peroxisoma; menghancurkan senyawa beracun tertentu yang berasal dari oksigen sebagai salah satu unsur pembentuknya.
- Sitoplama (cairan sel); diantaranya terdiri dari filamen-filamen (benang) yang disebut sitoskeleton: mikrofilamen, intermediate filamen, muscle thick filamen dan mikrotubules.
Perpindahan Molekul/Ion Melewati Dinding Sel
1.
Diffusi
Adalah perpindahan molekul dari satu tempat ke tempat yang lain
secara acak. Perpindahan ini terjadi
dari konsentrasi tinggi ke yang lebih rendah, dan terjadi keseimbangan atau
berhenti (no net diffusion) setelah
kedua tempat tersebut konsentrasinya sama (Gambar 1.6). Diffusi ion mineral
melewati membran/dinding sel adalah melalui kanal/pori-pori/lubang yang
terbentuk dari senyawa protien yang terintegrasi/terangkai pada membran sel
(Gambar 1.7). Kecepatan ion melewati membran sel ditentukan oleh perbedaan
konsentrasi ion tersebut di luar dan di dalam sel, dan juga ditentukan oleh
|

Gambar 1.6. Proses
perpindahan molekul/ion dengan cara diffusi.
|

Gambar 1.7. Pori-pori/
kanal pada membran sel bilayer dan proses diffusi ion.
2.
Sistim Transport Media (Mediated/Faciliated-Transport System)
Sistim transport ini digunakan
untuk memindahkan molekul melewati membran sel yang melibatkan/menyertakan protein carrier (protein
pembawa/tumpangan) yang berada pada dinding sel itu sendiri. Dengan cara
merubah formasi/posisi protein pembawa tersebut, molekul dapat dipindahkan ke
posisi yang lain (Gambar 1.8).
·
Protein carrier mempunyai
jumlah dan derajat kejenuhan tertentu, sehingga kecepatan dan jumlah molekul
berpindah dengan sistim ini juga sangat ditentukan oleh jumlah dan derajat
kejenuhan protein pembawa tersebut; semakin tinggi derajat kejenuhannya dan
semakin banyak jumlahnya, maka semakin cepat/banyak jumlah molekul yang dapat
dipindahkan melewati membran sel tersebut. Selanjutnya sistim ini dibedakan
menjadi:
·
Faciliated diffusion; secara khusus dikatakan dengan istilah diffusion, artinya bahwa perpindahan molekul adalah dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, tetapi disisi lain proses ini bisa
terjadi jika difasilitasi oleh adanya adanya protein pembawa (protein carrier). Perlu diketahui bahwa
energi tidak diperlukan dalam proses pemindahan molekul dengan menggunakan
sistim ini.


Gambar 1.8. Model sistim
transport media (mediated-transport
system)
·
Active transport (transport aktip); sistim transport/pemindahan molekul/ion terjadi
dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi, sehingga diperlukan energi
(Gambar 1.9). Sistim transport ini bisa terjadi dengan bantuan energi yang
digunakan untuk merubah derajat ikat molekul (affinity) menjadi lebih tinggi pada sisi dimana molekul/ionnya akan
dipindahkan, dan di sisi lain (pada bagian yang konsentrasi molekul/ionnya
tinggi) mempunyai affinity lebih rendah. Transport aktip ini dibagi
menjadi:
- Transport aktip primer (primary active transport); protein carier membutuhkan ATP untuk merubah daya ikatnya terhadap molekul yang akan dipindahkan (Gambar 1.9.).
- Transport aktip sekunder (secundary active transport); sistim ini membutuhkan/memanfaatkan molekul/ion lain (biasanya natrium) untuk merubah daya ikat protein carrier (Gambar 1.10). Pada sistim ini perpindahan molekul yang digunakan untuk merubah daya ikat (affinity) harus pada kondisi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, sedangkan arahnya bisa dari posisi dimana molekul yang akan dipindahkan rendah konsentrasinya sehingga disebut cotransport atau dari posisi dimana molekul yang akan dipindahkan tinggi konsentrasinya sehingga disebut countertransport. Pada gambar 1.10 adalah merupakan contoh transport aktif tipe cotransport. Pada gambar tersebut ion natrium adalah yang akan merubah affinity dari protein pembawanya. Konsentrasi natrium yang tinggi


Gambar 1.9. Transport
aktip primer (primary active transport).
|
pda bagian luar sel sehingga
dapat berdifusi masuk ke dalam sel sambil 

Gambar 1.10. Transport
aktip sekunder tipe cotransport.
3.
Osmosis
Adalah perpindahan molekul air dari konsentrasi tinggi
ke konsentrasi rendah yang dipisahkan oleh dinding semipermiabel (hanya dapat
dilalui oleh molekul tertentu). Pada osmosis, dinding semipermiabel tersebut
dapat dilalui oleh molekul air (permiabel untuk air) tetapi tidak dapat dilalui
(nonpermiable) oleh molekul/ion yang lain; Gambar 1.11).
![]() |



Gambar 1.11. Bagaimana proses osmosis terjadi.
Osmolarity adalah total konsentrasi zat
terlarut dalam pelarut (air). Semakin tinggi osmolarity suatu larutan berati
semakin rendah konsentrasi airnya, dan sebaliknya. Jadi apabila ada dua buah
tempat yang dipisahkan oleh dinding semipermiabel maka air akan berpindah dari
tempat yang mempunyai osmolarity rendah ke tempat yang mempunyai osmolarity
tinggi (lihat gambar 1.11).
Sebuah sel yang ditempatkan pada larutan yang hipotonik (osmolaritinya lebih rendah
dibandingkan osmolariti cairan di dalam sel) maka sel tersebut akan mengembang/membesar
yang mungkin dapat sampai pecah karena air masuk ke dalam sel. Sebaliknya
apabila sebuah sel dimasukan ke dalam larutan yang hipertonik (osmolaritinya lebih tinggi dibandingkan osmolariti
cairan di dalam sel) maka sel tersebut akan mengkerut/mengecil karena air
keluar dari dalam sel. Sedangkan apabila sebuah sel dimasukan dalam larutan
yang isotonik (osmolaritinya sama
dibandingkan osmolariti cairan di dalam sel) maka tidak terjadi perubahan/tetap
karena osmolariti larutan di dalam sel dan di luar sel adalah sama.
4.
|
|


Gambar 1.13. Proses
eksositosis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar