BAB II: SYARAF
Pembagian Sistim Syaraf
I.
Sistim Syaraf Pusat
a.
Otak
b.
Sunsum tulang belakang
II.
Sistim Syaraf Tepi
a.
Bagian afferent (menuju syaraf
pusat/interneuron dari reseptor)
b.
Bagian efferent (ke luar dari
syaraf pusat/interneuron menuju efektor)
i.
Sistim syaraf somatik
ii.
Sistim Syaraf autonomik
o
Syaraf simpatik
o
|

Gambar
2.1. Sel syaraf dan bagian-bagiannya
Potensial Membran
Adalah potensial
membran yang disebabkan oleh perbedaan muatan positip dan negatip yang ada
disekitar sel baik pada extra maupun intraselluler. Perbedaan muatan ini
apabila bertemu da[pat untuk melakukan suatu kerja sehingga disebut potensial
listrik menyebabkan. Karena letaknya pada membran sel disebut potensial
membran. Sebagai satuan yang digunakan adalah volt atau satuan yang lebih kecil
1 mV = 0,001 volt.
Potensial membran istirahat (mrp) adalah suatu kondisi normal/istirahat (tidak ada rangsangan) yang ditandai dengan muatan negatif yang disebabkan oleh perbedaan muatan di dalam sel yang lebih besar muatan negatipnya dibandingkan dengan muatan diluar sel yang bermuatan positip. Besarnya bervariasi antara -5 sampai -100 mV.


![]() |


Gambar 2. 3. Beda potensial (mV = milivolt) antara intraseluler dan
extraseluler yang diukur dengan oscilloscope (mrp = resting membrane potential
= potensial membran istirahat).
Kondisi mrp
bisa dipertahankan karena:
o
Perbedaan konsentrasi ion-ion
tertentu antara intraseluler dengan extraseluler (Tabel 2.1).
o
Adanya pompa Na, K-ATP pada
membran sel syaraf yang secara aktip memompa ion Na+ keluar sel dan ion K+ masuk ke dalam sel (Gambar 2. 4). Kondisi ini
menyebabkan konsentrasi ion Na + dan ion Cl- lebih tinggi pada extraseluler, dan K+
lebih tinggi di dalam sel. asuk
Tabel
2.1. Penyebaran beberapa ion pada sel syaraf pada
kondisi mrp
Ion
|
Konsentrasi,
mmol/liter
|
|
Extraseluler
(di luar sel)
|
Intraseluler
(di dalam sel)
|
|
Na
+
|
150
|
15
|
Cl
-
|
110
|
10
|
K +
|
5
|
150
|
|

Gambar 2.4. Pompa Na+ dan K+ pada membran sel syaraf
yang aktip memompakan Na+ keluar sel dan K+ ke dalam sel.
Selanjutnya, perubahan potensial membran istirahat
akibat adanya rangsangan dibedakan menjadi: depolarisasi apabila perubahan potensial membran berkurang muatan
negatipnya karena adanya ion positip (Na+) yang masuk ke dalam sel.
Setelah sampai pada titik maksimal yang ditandai keluarnya Na+ atau
bahkan K+ sehingga potensial membran kembali ke potensial
istirahat (bergerak ke arah/lebih negatip) disebut repolaridasi. Akhirnya proses repolarisasi memcapai titik resting
potential, tetapi tidak berarti akan berhenti begitu saja pada titik ini.
Kemungkinan terbesar adalah akan terus turun menjadi lebih negatip lagi di
bawah potensial istirahat. Kondisi ini disebut hiperpolarisasi.
- Graded Potential
Perubahan potensial listrik pada dinding sel dalam
bentuk depolarisasi, repolarisasi dan hiperpolarisasi membentuk amplitudo yang
besarnya berbeda-beda (bervariasi) antara amplitudo yang satu dan yang
berikutnya, biasanya semakin mengecil dan menghilang, sehingga disebut graded potential (graded = bervariasi).
Hal ini




Gambar 2.5. Tahapan terjadinya aksi potensial pada sel syaraf
|

Gambar
2.6. Perubahan muatan listrik (potensial membran ) pada
aksi potensial.
- Action Potential (Potential Aksi)
dari dalam sel (Gambar 2.5 dan 6). Sekali terjadi aksi
potensial maka akan terulang terus yaitu merambat sepanjang sel syaraf atau
disebut action potential propagation.
*) threshold/ambang batas yaitu kondisi besarnya potensial membran pada saat pertama kali
terjadinya pertukaran ion-ion dari luar sel ke dalam sel dan pada saat ini aksi
potensial dimulai dan terus mengulang secara berkelanjutan.
Sinapsis
Yaitu pertemuan/sambungan antara satu sel (pada bagian pre-sinapsis)
dengan sel syaraf berikutnya (pada bagian post-sinapsis).
Informasi/rangsangan/stimuli dari pre-sinapsis ke post-sinapsis diteruskan oleh
neurotransmiter atau neuromodulator yang
tersimpan dalam sitoplasma sel syaraf (khususnya pada bagian pre-sinapsis). Peranan
neurotransmiter bisa memunculkan kembali (excitatory) atau sebaliknya
menghambat/menghilangkan (inhibitory) aksi potensial pada post-synapsis.
![]() |


Gambar 2.7. Bermacam-macam jenis
sinapsis; (a) axodendritik, antara axon dan dendrit; (b) axoaxonik, antara axon
dengan axon; dan (c) dendrodendritik, antara dendrit dengan dendrit.
Aksi potensial yang datang pada pre-sinapsis akan
menyebabkan perubahan permebilitas membran sel dalam hal ini untuk ion Ca2+
sehingga ion tersebut masuk dalam sel. Ion-ion Ca2+ yang telah ada
di dalam sel selanjutnya akan mengaktifkan enzim protein kinase (inaktive
protein kinase menjadi aktif protein kinase). Dengan aktifnya enzim protein
kinase ini terjadi proses pembentukan protein sinapsin posporilat yang berisi
![]() |



Gambar 2.8. Proses terjadinya pelepasan neurotrasmiter pada sinapsis.
|

Gambar 2.9. Proses neurotransmiter menempel dan bekerja pada membran sel syaraf
pada bagian post-sinapsis.
Neurotransmiter (acetilkolin;
Gambar 2.9) yang terlepas dari membran sel pada bagian pre-sinapsis akan menuju
reseptor (binding site) pada membran sel bagian post-sinapsis (bagian a). Selanjutnya
asetilkolin menempel pada reseptor (bagian b). Menempelnya asetilkolin pada
reseptor ini menyebabkan membukanya kanal ion (ion channel) untuk ion Na+
dan K+. Terbukanya kanal ion
ini menyebabkan masuknya ion Na+
kedalam sel dan keluarnya ion K+ dari dalam sel, sehingga aksi
potensial berulang atau terjadi kembali, atau sebaliknya neurotransmiter ini
bisa berfungsi sebagai penghambat (inhibitor) untuk proses aksi potensial
berikutnya. Untuk neurotransmiter yang menghambat, gabungan antara
neurotransmitor dan reseptor menyebabkan membukanya kanal ion untuk Cl-.
Reflek
Gerakan reflek biasanya adalah
autonomik atau tidak sadar, organ atau kelenjar bereaksi secara otomatis/tidak
disadari. Gerakan reflek ini melibatkan paling sedikit dua sel syaraf yang
biasa disebut busur reflek (reflex arc).
Dua sel syaraf yang berperan tersebut adalah syaraf afferent atau syaraf
sensory (penerima rangsangan) dan syaraf efferent atau syaraf effektor (aksi/reaksi
dari rangsangan yang ada). Biasanya satu atau lebih syaraf penghubung
(interneuron) antara afferent dan efferent juga bisa terlibat. Sebagi pusat
reflek adalah semua bagian syraf pusat (spinal cord dan otak).
Reflek spinal
adalah contoh yang paling umum untuk menggambarkan gerakan reflek. Sebagai
contoh adalah reflek regang (stretch reflex) yang bisa dilakukan dengan jalan
mengetok lutut orang lain secara tiba-tiba (tanpa diketahui oleh yang punya
lutut), apa yang terjadi ?. Dapat dilihat bagaimana busur reflek terlihat pada
gambar 2.10.
Sebagi contoh bahwa
reflek terjadi tanpa adanya kontrol kesadaran oleh syaraf pusat otak bisa
dilihat pada praktek katak spinal. Seekor katak diputus spinal cordnya (katak
spinal) pada bagian leher sehingga otak tidak lagi berhubungan dengan spinal
cordnya. Setelah menunggu beberapa saat setelah pemutusan, selanjutnya
dikenakan berbagai macam rangsangan (cubitan, asam dan setruman arus lemah)
pada kakinya yang sifatnya lemah atau hanya memberikan reaksi pada kaki tempat
rangsangan.
Dari katak spinal
dapat dibuktikan bahwa reflek juga dapat terjadi dengan melibatkan antar sel
syaraf pusat (spinal cord) bagian kanan dan kiri atau dari bagian atas sampai
bawah spinal cord (cervical, thoracic dan lumbar). Caranya yaitu dengan
memperbesar rangsangan-rangsangan tersebut, sehingga akan juga terjadi gerakan
pada kaki lain yang tidak dikenai rangsangan atau bahkan terjadi reaksi
(gerakan) pada semua kaki.


Gambar 2.10. Reflek spinal
(somatik) yang efektornya adalah otot lurik
Disamping otot
lurik sebagai efektor seperti pada reflek spinal, kebanyakan reflek justru
terjadi secara alami pada syaraf autonomik dengan efektornya adalah otot
jantung, kelenjar dan hampir semua organ dalam tubuh. Pada gambar 2.11 di bawah
terlihat bahwa makanan yang masuk dalam usus merupakan rangsangan dengan
melalui busur reflek menyebabkan usus berkontraksi (gerakan peristaltik).
![]() |





Gambar 2.11. Reflek
autonomik yang efektornya otot polos (usus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar