Kamis, 30 Oktober 2014

lap. praktikum BPFR

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pakan merupakan sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak baik itu yang bersumber dari protein hewani dan nabati, sumber energi, sumber mineral dan sumber-sumber yang lain yang akan mencukupi kebutuhan dari ternak.
Pengenalan alat-alat laboratorium penting dilakukan untuk keselamatan kerja saat melakukan penelitian. Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak atau bahkan berbahaya jika penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur (Plummer, 1987). Sebab pentingnya dilakukan pengenalan alat-alat laboratorium adalah agar dapat diketahui cara-cara penggunaan alat tersebut dengan baik dan benar, Sehingga kesalahan prosedur pemakaian alat dapat diminimalisir sedikit mungkin. Hal ini penting supaya saat melakukan penelitian, data yang diperoleh akan benar pula. Data-data yang tepat akan meningkatkan kualitas penelitian seseorang..
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas produk pakan adalah bahan pakan yang berkualitas. Kualitas bahan pakan dapat diketahui dengan melakukan pengujian dan pemeriksaan terhadap kualitasnya.
Analisis Proksimat disebut juga dengan analisis weende, yang menemukan hennerberg dan Stohmann (1856-1863 ) artinya analisis yang mendekati dengan hasil yangsesungguhnya.Bahan makanan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan. Tetapi tidak semua bahan makanan mempunyai nilai manfaat   bagi tubuh. Bagian dari bahan makanan yang dapat dicerna, diserap serta bermanfaat bagi tubuh disebut zat makanan. Zat makanan terdiri dari 6 jenis, yakni ; air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.Uji proksimat adalah uji analisis terhadap suatu bahan yang menyangkut kadar air, protein, kadar abu, lemak dan serat. Untuk menguji kadar air suatu bahan pakan dapat dilakukan dengan cara oven.
Kandungan yang terdapat pada energi bruto di dalam bahan organic dapat dicerminkan dengan melihat kondisi yang terjadi dari proses oksidasi yang dilakukan didalam mencari energi bruto tersebut. Besarnya energi kimia juga sangat dipengaruhi dengan adanya  ratio antar C/H dengan atom O dan N.
Banyaknya kandunagan  energi bruto didalam bahan makanan sangat tergantung pada komposisi dari karbohidrat, protein dan lemak yang terdapat dalam bahan makanan tersebut. Nilai energi  bruto dari berbagai bahan makanan bermacam- macam dan tidak menentu, akan tetapi secara umum telah ditetapkan nilai energi bruto untuk KH = 4,15 kkal/kg, protein = 5,65 kkal/kg, dan lemak = 9,45 kkal/kg. (Ella Hendalia, et.al. 2008).

Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari pratikum bahan pakan dan formulasi ransum (BFPR) dalah agar mahasiswa dapat mengambil sampel secara benar dan representative dalam pengambilan sample perlu diperhatikan, sebab apabila tidak hati-hati maka sample tersebut akan rusak dan tidak bisa digunakan lagi untuk menganalisis pakan ternak dan menyesuaikan kandungan nutrisi bahan pakan untuk ternak.
Maka dari itu manfaat yang didapatkan dari praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum adalah mahasiswa harus dituntut untuk dapat belajar untuk menyusun suatu sample yang akan digunakan dan dan menyusun suatu formula ransum sesuai dengan tjuan dan kebutuhan ternak dan mendapatkan pengalaman cara-cara mencampur ransum secara manual.












TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengenalan Alat–alat Laboratorium
Adam (2001) menyatakan bahwa setiap alat-alat laboraorium memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda.     
Bradford 2005﴿ menyatakan bahwa bentuk-bentuk yang berbeda pada alalt-alat laboratorium memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda.
Choct, M. (2000), menyatakan bahwa cara penggunaan alat-alat laboratorium berbeda dikarenakan fungsi, bentuk, rupa dan karakter yang berbeda di setiap alat-alat laboratorium.
Ketaren,2000),  menyatakan bahwa setiap alat –alat lab memiliki fungsi masinng – masing dan mempunyai peranan yang berbeda-beda.                                                                
Parning, (2000) menyatakan bahwa biasanya alat-alat laboratorium yang digunakan pada suatau analisis memiliki karakter khusus penggunaan dan fungsinya.
Sunarso et al. (2009) menyatakan bahwa alat-alat laboratorium tidak semudah menggunakan alat-alat yang biasa digunakan pada penelitian.
Trobos (2008) menyatakan bahwa alat-alat laboratorium sensitive penggunannya tergantung atas pemakaiannya.

2.2. Pengenalan Bahan Pakan
Bahan pakan harus disesuaikan dengan komposisi pakan dari ternak itu sendiri sebab di dalam pemberian pakan harus disesuaikan berapa yang harus diberikan kepada ternak (Anshory, 1997). 
Pakan ternak terdiri dari sumber protein, sumber energi dan sumber mineral, jika semua bahan tersebut di campur secara homogen maka akan terbentuk suatu komposisi pakan yang akurat (Benson, 1991).
Bahan pakan harus disesuaikan dengan komposisi pakan itu sendiri sebab dalam pemberian pakan harus disesuaikan (Jamestown, 1997).
Pakan ternak terdiri dari sumber protein, sumber energi dan sumber mineral, jika semua bahan tersebut di campur secara homogen maka akan terbentuk suatu komposisi pakan yang akurat (Joseph, 1991).
Pakan yang mengandung protein dapat meningkatkan ketahanan tubuh dan dapat menjadi kekebalan tubuh terhadap virus-virus yang merugikan (Mozes, 1986).
Pakan merupakan sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak baik itu yang bersumber dari protein hewani dan nabati, sumber energi, sumber mineral dan sumber-sumber yang lain yang akan mencukupi kebutuhan dari ternak (Parning,  2000).
Bahan pakan merupakan segala sesuatu yang dapat dimakan dicerna dengan sempurna atau sebagian dan tidak menimbulkan efek toksin (racun) pada ternak (Nurhayati, et all, 2008).
Diantara bahan pakan sumber protein tepung ikan merupakan bahan pakan yang paling baik dan superior dibandingkan dengan yang lainnya (Nurhayati, et all, 2008).
Protein nabati meskipun kualitasnya lebih rendah dari protein hewani tetapi ada zat-zat dalam protein nabati yang tidak terdapat dalam protein hewani dalam bentuk prekusaor-prekusor vitamin (Anggorodi.R, 1997).
Bungkil kedele, ampas tahu ,merupakan bahan pakan sumber protein nabati yang lazim digunakan sebagai pakan ternak (Parrakkasi.a. 1995).
Bahan pakan sumber energi yang utama adalah bahan pakan yangkandungan utamanya berupa karbohidrat yang mana lebih mudah dimetabolisme daripada energi yang berasal dari lemak (Tobing.L.R. 1995).
Bahan pakan sumber energi antaralain jagung, sorghum, beras, dedak padi, hijauan, serta minyak yang merupakan sumber energi yang berasal dari lemak yang berbentuk cairan (Anggorodi.R. 1997).
Dedak padi atau sekam padi merupakan hasil ikutan bahan penggiling beras yang masih bisa dimanfaat sebagai bahan pakan sumber energi yang berbentuk bubuk (tepung) (Trobos, 2007).
Bahan-bahan pakan sumber mineral antara lain tepung tulang, tepung kulit kerang, mineral supplement (Hendaka, et al. 2008).
Bahan-bahan sumber vitamin lebih banyak dalam bentuk teblet atau bubuk yang diproduksi secara modern oleh indutri-iondustri bidang peternakan (Trobos, 2008).
Bahan-bahan pemalsu pakan  merupakan bahan-bahan yang bentuk, tekstur hampir sama dengan bahan pakan yang dipalsukan akan tetapi satu hala yang sulit untuk dipastikan yaitu bau (Parrakkasi.A. 1995).
Hijauan merupakan bahan pakan utama ternak rumanisia yang merupakan sumber energi yang diperoleh dari pencernaan serat (Parrakkasi.A. 1995).
Untuk mengatasi masalah-masalah pada ternak antara lain mempercepat parfum bahan, memperpanjang masa produksi telur, mengobati/ menghindari serangan penyakit dll. Sebaiknya ternak diberikan obat-obatan yang diproduksi industri obat-obatan dan vitamin supplement (Trobos, 2008).

2.3. Preparasi Sampel
Adnan, P. 2001, menyatakan bahwa pada preparasi sampel, terdapat tehnik pemanfaatan bahan pakan dengan konversi penggunaan bahan pakan yang sesuai pada standardnya.
Chaplin, M.F. dan C. Bucke. 2006, menyatakan bahwa menyamakan sampel dalam kebutuhan yang akan dipakai dalam analisis, serta membandingkan antara struktur sampel yang besar dengan yang kecil dalam pengambilannya, dan diratakan untuk kualitasnya adalah tehnik homogenitasi bahan pakan untuk preparasinya.
Choct, M. 2000, yang menyatakan bahwa pada sebagian ternak memanfaatkan bahan pakan sebanyak 10 % dari bobot badannya, demikian untuk pemanfaatan dalam analisis preparasinya sekitar 10% daripada jumlah bahan pakan yang digunakan dari total berat penimbangannya.
Egerht. H. 2008, menyatakan bahwa hijauan dengan kualitas yang diunggulkan, untuk pemanfaatannya terhadap ternak akan menghasilkan bahan kering yang kecil dibandingkan dengan bahan segarnya sekitar 80 %.
Fakri, S. 2010, menyatakan bahwa sampel yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti rerumputan, biji-bijian, buah-buahan, hasil ikutan produksi pertanian dan pangan maupun berasal dari hewan dan ikutan lainnya, sebelum dikeringkan bahan segar dipotong-potong untuk mendapatkan partikel yang lebih kecil agar dapat dengan cepat kering.
Fardiaz, S. 2000, menyatakan bahwa jangka penyimpanan bahan pakan yang lama, akan mempercepat aktifitas kimiawis daripada enzim yang berada dalam bahan pakan, sehingga untuk penyediaannya, bahan pakan tidak mengandung kualitas yang baik ataupun unggul dalam kandungan zat makanannya bagi ternak.
Gusriyanti, 2006, menyatakan bahwa jangka pengambilan sampel harus dilakukan dengan aselektif dan selektif dan penyimpanan bahan pakan yang lama, akan mempercepat aktifitas kimiawis daripada enzim yang berada dalam bahan pakan, sehingga untuk penyediaannya, bahan pakan tidak mengandung kualitas yang baik ataupun unggul dalam kandungan zat makanannya bagi ternak.
Kanisius, 2002, menyatakan bahwa  fisik  bahan pakan stelah dipreparasikan harus pada keseimbangan yang diharapkan, karena dalam kelayakannya sebagai bahan pakan untuk ternak akan berakibat fatal dalam pemanfaatannya.
Parakkari. 2004, mengatakan bahwa, Air merupakan salah satu komponen utama dalam bahan dan produk pangan karena kandungan air dalam bahan cukup besar jumlahnya, dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa. Pada penentuan kadar air pada bahan pakan digunakan metode oven atau pengeringan yaitu mengeringkan bahan didalam oven selama 12-16 jam terlebih dahulu dengan suhu 105ÂșC. Berdasarkan hasil pengujian dari beberapa macam bahan pakan, diperoleh kadar air yang terdapat pada table diatas. Hijuan merupakan bahan pakan ternak yang mempunyai kadar air yang tinggi sekitar 70-80% dari  Hijuan.
Tobing.L.R, 2001, yang menyatakan bahwa untuk mengakumulasikan dalam perolehan bahan kering yang sesungguhnya dari suatu bahan, harus diperoleh berat kering bahan udara (partial dry matter) yang dikalikan dengan berat bahan kering oven (dry matter). Dan menyatakan bahwa dalam analisis pengambilan sampel bahan pakan untuk ternak, dapat menggunakan 2 buah rumus preparasi bahan yang secara benar dan representatif  yaitu secara selektif dan aselektif.
Tilman, S. 2008, yang menyatakan bahwa dunia ransum ternak unggas adalah dunia untuk analisis zat dalam bahan pakan ternak, analisis sangat mendorong terhadap persepsi setiap peternak dalam mempreparasikan bahan pakan untuk analisis zatnya dalam takaran kebutuhan yang tertentu.
Uripsantoso. 2010, yang menyatakan bahwa pada penentuan kadar air seharusnya sangat berpengaruh pada lamanya melakukan pengeringan oleh sebab itu analisis preparasi bahan pakan, bahan pakan yang diakumulasikan terhadap zatnya sangat identik dengan faktor luar yang dapat mengganggu aktifitas pengujiannya. Seperti: tekanan udara besar saat penimbangan bahan kering bahan pakan.

2.4. Analisis Proksimat
Pakan merupakan sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak baik itu yang bersumber dari protein hewani dan nabati, sumber energi, sumber mineral dan sumber-sumber yang lain yang akan mencukupi kebutuhan dari ternak.. (Anonim, 2006).
Analisis Proksimat disebut juga dengan analisis weende, yang menemukan hennerberg dan Stohmann (1856-1863 ) artinya analisis yang mendekati dengan hasil yangsesungguhnya.Bahan makanan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan. Tetapi tidak semua bahan makanan mempunyai nilai manfaat   bagi tubuh. Bagian dari bahan makanan yang dapat dicerna, diserap serta bermanfaat bagi tubuh disebut zat makanan. Zat makanan terdiri dari 6 jenis, yakni ; air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.Uji proksimat adalah uji analisis terhadap suatu bahan yang menyangkut kadar air, protein, kadar abu, lemak dan serat. Untuk menguji kadar air suatu bahan pakan dapat dilakukan dengan cara oven. (Anggorodi, 2000).
PENENTUAN KADAR AIR
Kadar air suatu bahan makanan ternak perlu untuk diketahui, hal ini disebabkan oleh kerusakan yang dapat terjadi jika bahan mkanan ternak mengandung kadar air yang tinggi. kadar air suatu bahan pakan ditentukan sebagai % kehilangan bobot sampel bahan pakan makanan setelah dikeringkan dalam oven sampai bobotnya tidak susut lagi (Allend,2001)
Beberapa bahan makanan ternak, terutama hijaun yang dilakukan pengawetan seacar basah, seperti silase, memerlukan analisis yang berbeda untuk menetukan kadar airnya.. dengan menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven dengan suhu 100°-105°C dalam jangka waktu tertentu (3-24 jam) hingga seluruh air yang terdapat dalam bahan menguap atau penyusutan berat bahan tidak berubahlagi. (Arora, 2009).
Tiap bahan makanan selalu mengandung air,makanan hijauan selalu mengandung air kurang lebih 75-90%, sedangkan makanan ynag Nampak kering masih mengandung air kira-kira10%.seriap bahan makanan mengandung air dan baha kering yang terdiri atas zat yang mengandung N [protein murni dan amiden] (Anggorodi, 1969).
PENENTUAN KADAR ABU
Komponen abu tidak memberikan nialai makaknan yang penting karena abu tidak mengalami pembakaran sehingga  tidak menghaasilkan energy.jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen.meskipun abu terdiri dari  komponen mineral namun bervariasinya koposisi unssur mineral dalam bahan pakan asal tanaman menyebabkan abu tidak dapat dipakai sebagai indeks unuutuk menentukan jumlalh unsure mineral  tertentu.kadar abu suatu bahan makanan ditentukan  dengan pembakkaran bahan tersebut pada suhu tinggi (500-600)I pada suhu tinggi bahan organic yang ada akan terbakar dan sisanya merupakan abu. (Sudarmadji, 2001)
Kadar mineral yang Ditentukan secara pembakaran didalam tanur  tidak menggambabrkan mineral  apa saja yang ada didalam  bahan makanan tersebut(Parrakasi,1999).dalam hai ini (Allend,1982) juga menyatakan bhwa kadar mineral yang diperoleh dari analisis proximat  hanya member gambaran kasar tentang kandungan mineral suatu bhan pakan. Oleh karena itu kadar abu sering disebut ASH, buksn disebur mineral. (Arif, 2006)
Bahan kering dihitung sebagai selisih antara 100% dengan % kadar air. sebagian bahan kering mengandung bahan organik (mineral).kadar air mineral ditentukan dengan membakar sampel bahan pakan pada tanur suhu 400-600 selama 6 jam, semua bahan organic akan menguap,yang tinggal adalah abu.
Pengukuran kadar abu bertujuan untuk mengetahui besarnya kandungan mineral dalam bubuk coklat. Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organil. Penentuan kadar abu berhubungan dengan erat dengan kandungan mineral yang  terdapat dalam suatu bahan. Pada prinsipnya dengan membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600°C selama 3-8 jam sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam bahan. (Arora, 2009).
PENENTUAN KADAR PROTEIN KASAR
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan produktifitas ternak.kelemahan analisis proximat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang digunakan.pertama diasumsikan  bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan protein padahal padakenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan kedua bahwa kadar nitrogen 16% tetpai kenyataanya kadar nitrogen protein tidak selalu 16%.penetuan kadar protein melalui metode kjeldahl dilakukan melalui tahap-tahap diantaranya prosses destruksi(oksidasi), proses destilasi(penyulingan), dan proses titrasi. (Hunter, 2002).
Beberapa penelitian menunjukan bahwa mungkin perlu mengetahui bagian-bagian yang larut dan tak larut dari protein kasar. Protein kasar tidak menggambarkan angka atau nilai protein yang bukan protein sejati dari suatu bahan makanan. Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul yang besar.Lemak merupakan senyawa yang sangat penting bagi makhluk hidup. (Sudarmadji, 2001) 
Penetapan nilai protein kasar dilakukan secara tidak langsung, karena analisis ini didasarkan pada penentuan kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan.pada dasarnya  kandungan nitrogen yang diperoleh dikalikan dengan angka 6,25 sebagai angka konversi menjadi nilai protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen(perbandingan protein : nitrogen =100 :16 = 6,25:1). (Arora, 2009)
Penentuan nitrogen dalam analisis ini melalui tiga tahapan analis kimia :
Destruksi yaitu menghancurkan bahan menjadi komponen sederhana, sehingga nitrogen dalam bahan terurai dari ikatan organiknya. Nitrogen yang terpisah diikat olehH2SO4menjadi(NH4)2SO4. . (Hunter, 2002).
Destilasi yaitu Pengikatan komponen organik tidak hanya kepada nitrogen saja, tetapi juga terhadap komponen lain, oleh karena itu nitrogen harus diisolasi. Untuk melepaskan nitrogen dalam larutan hasil destruksi adalah dengan membentuk gas NH3. Pemberian NaOH 40% akan merubah (NH4)2SO4 menjadi NH4OH. NH4OH bila dipanaskan akan berubah menjadi gas NH3 dan air, yang kemudian dikondensasi. NH3 akhirnya ditangkap oleh larutan asam borat 5% membentuk (NH4)3BO3.sedangkantitrasiNitrogen dalam (NH4)3BO3 ditentukan jumlahnya dengancaradititrasidenganHCl. (Iwan. 2009)
Dalam penentuan kadar protein kasar sampel dianalisis dengan metode kjeldahl.semua turunan tubuuh hewan mengandung banyak protein,kadarnya sekitar 15-17%. Protein terbentuk dari asam amino,beberapa asam amino tidak dapat tidak dapat dibentuk didalam tubuh hewan,oleh karena itu harus  harus tersedia dalam ransum.ransum yang mengandung protein  snagat penting artinya bagi pertumbuhan seekor ternak(Annonimous,1973).manfaat dari pritein adalah untuk pertumbuhan badan,mengganti jringan yang rusak,dan untuk berproduksi dalam menghasilkan ddaguung dan susu(soeradji,1957)
Protein kasar diperoleh dan hasil penetapan N X 6,25 (protein rata-rata mengandung N 16 %). Protein merupakan kumpulan asam amino yang saling diikatkan dengan ikatan peptida. (Arif, 2006) 
Energi protein 5,50 kcal/g, bila digunakan sebagai energi 1,25 kcal/g keluar sebagai urea dan setiap unit protein, tinggal 4,25 kcal/g. Oleh karena digesti protein tidak sempurna, nilai energi berkurang 0,25 kcal/g jadi tinggal 4 kcal/g.
PENENTUAN KADAR LEMAK KASAR
Istilah lemak kasar menggambarkan  bahwa zat dimaksud bukan hanya mengandung senyawa yang tergolong kedalam lemak,tetapi termasuk senyawa lain.kandungan lemak suatu bhan pakan dapat detentukan dengan metode soxlet yaitu proses ekstrtaksi suatu bahan dalam tabung soxlet dengan menggunakan bahan pelarut lemak seperti eter, kkloroform, atau benzenena. (Arif, 2006)
Bahan organic yang larut dalam pelarut organic disebut lemak,sedagkan yang tidak larut dalam pelarut organic diebut karbohidrat.dalam nalisisproximat kadar lemak ditentukan dengan mengekstrak sampel bahan makanan didalam pelarut organic .lemak juga merupakan trigliserida yaitu ester gliserol dari asam lemak.oleh karena itu didalam ekstraksi sampel  makanan bukan hanya lemak saja yang diekstrak,akan tetapi semua yang larut pelarut tersebut. (Sudarmadji, 2001) 
Kadar lemak memperlihatkan jumlah lemak kasar(semua zat yang larut dalam eter)ynag dikandung oleh bahna makanan(K.A.Buckle,1997).lemak merupakan unsure penying dalam abbhan organic.slah satu senyawa yang mengandung energy  ynag cukup besar adalah lemak. Seperti yang telah dinyatakan oleh (Siregar1990)Fungsi lemak antara lain sebagai sumber  energi yang lebih kaya serta sebagai penyekat organ-organ tertentu. . (Hunter, 2002).
Kadar energi lemak yang tinggi dapat meningkatkan energyPada prinsipnya dengan melarutkan (ekstraksi) lemak yang terdapat dalam bahan dengan pelaut lemak (ether) selama 3-8 jam. Ekstraksi menggunakan alat sokhlet. Beberapa pelarut yang dapat digunakan adalah kloroform, heksana, dan aseton. (Wikipedia. 2010)
 Lemak yang terekstraksi (larut dalm pelarut) terakumulasi dalam wadah pelarut (labu sokhlet) kemudian dipisahkan dari pelarutnya dengan cara dipanaskan dalam oven suhu 105°C. Pelarut akan menguap sedangkan lemak tidak (titik didih lemak lebih besar dari 105°C, sehingga tidak menguap dan tinggal di dalam wadah). Lemak yang tinggal dalam wadah ditentukan beratnya. (Arif, 2006)
PENENTUAN KADAR SERAT KASAR
Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinissikan sebagai fraksi yang tersisa setelah didigesti dengan larutaa asam sulfat standar  dan sodium hidroksida pada kondisi yang terkontrol.serat kasar yang terdapat dalam bahan makanan sebgaian besar tidak dapat dicerna pada ternak non ruminansia namun digunakan secara luas pada ternak ruminansia.sebgaian besar berasal dari dinding sel tumbuhan dan mengndun selulosa,hemiselulosa dan lignin.pengukuran seratb kasar dapat dilakukan dengan menghilangkan semua  bahan yang larut dalam asam dengan pendidihan dalam asam sulfat. (Hunter, 2002).
Bahan makanan yang mengandung banyak serat kasar lebih tinggi kecernaannya dibanding bahan makanan yang lebih banyak mengandung bahan ekstrak tanpa nitrogen. Penggunaan serat kasar adalah kadar ligninnya yang tidak dapat dicerna bervariasi dengan prosedur analisis serat kasar. (Arif, 2006)
Pada prinsipnya  komponen dalam suatu bahan yang tidak dapat larut dalam pemasakan dengan asam encer dan basa encer selama 30 menit adalah serat kasar dan abu sebagaimana  pendapat (Allend,1982) yang menyatakan bahawa serat kasar adlah karbohidrat yang tidak larut setelah dimasak berturut-turut dalam Lurtan asam sulfat dan NaOH. Untuk mendapatkan nilai serat kasar, maka bagian yang tidak larut tersebut (residu) dibakar sesuai dengan prosedur analisis abu. Selisih antara residu dengan abu adalah serat kasar. (Ridwan. 2002)
Masalah utama dari penguanaan serat kadar adalah ligninnya(yang tidak dapat dicerna) bervariasi bila proses analisisnya menggunakan prosedur analisis serat kasar seperti yang disebutkan dalam metode weende(analisis proximat). Materi yang hilang dalam metode tersebut adalah bahan extrak tanpa nitrogen (BETN) sebagaimana yang telah dikemukakan (K.A.Buckle,1997)
PENENTUAN BAHAN EKSTRAK TANPA NITROGEN
Kandungan BETN suatu bahan  pakan sangat tergantung pada komponen  lalinnya seperti abu, protein kasar, serat kasar, dan lemak kasar. Hal ini disebabkan penentuan kandungan BETN hanya berdasarkan perhitungan dari zat-zat yang tersedia.bias yang ditemukan pada perhitungan tersebut tergantung pada keragaman hasil yang diperoleh. (Ridwan. 2002)
Hal ini sesuai dengan pendapat (Siregar,1990).yang menyatakan bahwa kandungan BETN suatu bahan  pakan sangat tergantung pada komponen  lalinnya seperti abu, protein kasar, serat kasar, dan lemak kasar. Hal ini disebabkan penentuan kandungan BETN hanya berdasarkan perhitungan dari zat-zat yang tersedia.semula BETN diperkirakan  leih mudah dicerna dibandingkan serat kasar, namun dalam banyak kasus serat kasar lebih tinggi kecernaanya dibandingkan dengan makanan yang lebih banyak mengandung  BETN. (Anonim. 2006)
Untuk mengetahui komposisi susunan kimia dan kegunaannya suatu bahan pakan dilakukan analisis kimia yang disebut analisis proksimat. Cara ini dikembangkan dan Weende Experiment Station di Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun 1865, dengan menggolongkan komponen yang ada pada makanan. (Arif, 2006)

2.5. Formulasi Ransum
Pakan merupakan sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak baik itu yang bersumber dari protein hewani dan nabati, sumber energi, sumber mineral dan sumber-sumber yang lain yang akan mencukupi kebutuhan dari ternak (Anonim, 2006).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas produk pakan adalah bahan pakan yang berkualitas. Kualitas bahan pakan dapat diketahui dengan melakukan pengujian dan pemeriksaan terhadap kualitasnya. (Arif, 2006).
Formulasi adalah pencampuran atau penggabungan 2 bahan atau lebih. Sedangkan ransum adalah Campuran dari berbagai macam bahan makanan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak baik dalam jumlah maupun kualitasnya. (Iwan, 2009)
Penyusunan  formulasi ransum bertujuan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi seperti: energi, protein, vitamin dan mineral agar produktifitas ternak dapat maksimal. Atau dengan kata lain, menyediakan  ransum yang baik secara nutrisional,  agar dapat dikonsumsi  dalam jumlah yang cukup untuk mendukung tingkat produksi pada harga yang layak. (Ridwan, 2002)
Sebelum menyusun formulasi ransum, terlebih dahulu harus diketahui berapa kebutuhan ternak. Selanjutnya memilih bahan makanan yang dapat memenuhi persyaratan nutrisi dan ekonomis. (Wikipedia, 2010)

2.6. Mencampur Ransum
Pakan merupakan sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak baik itu yang bersumber dari protein hewani dan nabati, sumber energi, sumber mineral dan sumber-sumber yang lain yang akan mencukupi kebutuhan dari ternak. (Anonim, 2006).
Ransum adalah susunan dari beberapa bahan pakan dengan. perbandingan tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak. Jadi dengan mencampur beberapa jenis bahan pakan diharapkan kandungan gizi ransum sesuai dengan kebutuhan gizi ayam sehingga ayam dapat berproduksi dengan baik.
Metode yang digunakan untuk menyusun ransum ternak diantaranya adalah metode coba-coba atau trial and error method, metode persamaan simulat, metode matriks dan metode persamaan linear. Macam-macam metode tersebut pada prinsipnya sama, hanya teknis penghitungannya yang berbeda.
Penyusunan ransum harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : Memperhatikan kualitas bahan pakan yang digunakan, Memperhatikan batasan maksimum dan faktor pembatasnya, Memperhatikan kebutuhan gizi sesuai dengan fase pertumbuhan ayam. Selain itu hal lain yang harus diperhatikan adalah mengetahui bahan mana yang harus dicampur terlebih dahulu agar hasilnya rata atau homogen. Jika ransom dibuat dalam jumlah kecil dapat dilakukan secara manual tetapi bila dalam jumlah besar dapat digunakan mesun pencampur atau mixer.
Jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung merupakan bahan sumber utama dalam ransum unggas sejak amerika serikat mampu berswasembada jagung. Jagung mempunyai kedudukan yang sangat penting ditinjau dari ospek pengusahaan dan penggunaan hasil, karena disamping bahan pakan juga berperan sebagai bahan pangan.  (Ika, 2003)
Dedak halus biasa. Merupakan hasil sisa dari penumbukan padi secara tradisional (disebut juga dedak kampung). Dedak halus biasa ini banyak mengandung komponen kulit gabah, juga selaput perak dan pecahan lembaga beras. Kadar serat kasarnya masih cukup tinggi akan tetapi sudah termasuk dalam golongan konsentrat karena kadar serat kasar dibawah 18%. Martabat Pati nya termasuk rendah dan hanya sebagian kecil saja yang dapat dicerna. Analisa nutrisi: 16.2% air, 9.5% protein, 43.8% bahan ekstrak tanpa N, 16.4% serat kasar, 3.3% lemak dan 10.8% abu serta nilai Martabat Pati (MP) nya 53. (Amrullah, 2003)
Tepung ikan adalah produk berkadar air rendah yang diperoleh dari penggilingan ikan. Produk yang kaya dengan protein dan mineral ini digunakan sebagai bahan baku pakan. Tepung ikan, Berasal dari ikan sisa atau buangan yang tidak dikonsumsi oleh manusia, atau sisa pengolahan industri makanan ikan, sehingga kandungan nutrisinya beragam, tapi pada umumnya berkisar antara 60 – 70%. Tepung ikan merupakan pemasok lysin dan metionin yang baik, dimana hal ini tidak terdapat pada kebanyakan bahan baku nabati. Mineral kalsium dan fosfornya pun sangat tinggi, dan karena berbagai keunggulan inilah maka harga tepung ikan menjadi mahal. Tepung ikan merupakan bahan baku yang memiliki kandungan protein paling tinggi. Tepung ikan yang dipakai sebagai bahan penyusun pakan, terutama pakan yang kandungan proteinnya tinggi seperti pakan udang, harus mengandung kadar protein di atas 65%. Penurunan kadar protein ini biasanya diimbangi dengan peningkatan kadar abu, yang pada akhirnya akan meningkatkan kadar abu pakan atau tidak terpenuhinya unsur nutrient dalam pakan seperti yang telah diformulasikan. Penggunaan tepung ikan di dalam pakan komersial biasanya berkisar antara 10% sampai 40%. Kisaran jumlah yang dipakai ini semata-mata hanya didasarkan pada pertimbangan harga, bukan dari aspek nurisi. Kualitas tepung ikan dipengaruhi oleh berbagai factor seperti kesegeran ikan dan metode pengeringannya. Metode vacuum dan steam merupakan cara pengeringan yang direkomendasi dalam pembuatan tepung ikan. Pengeringan dengan pengapian menyebabkan tepung tersebut terkena suhu yang sangat tinggi sehingga ketersediaan protein menjadi menurun, terjadi oksidasi lipid, serta terbentuk zat anti nutrient seperti histamine misalnya. (Supriono, 2004)
Bungkil inti sawit (BIS) merupakan salah satu hasil samping pengolahan inti sawit dengan kadar 45-46% dari inti sawit. BIS umumnya mengandung air kurang dari 10% dan 60% fraksi nutrisinya berupa selulosa, lemak, protein, arabinoksilan, glukoronoxilan, dan mineral. Bahan ini dapat diperoleh dengan proses kimia atau dengan cara mekanik. Walaupun BIS proteinnya rendah, tapi kualitasnya cukup baik dan serat kasarnya tinggi. Namun BIS memiliki palatabilitas yang rendah sehingga menyebabkan kurang cocok untuk ternak monogastrik dan lebih sering diberikan kepada ruminansia terutama sapi perah.
Ransum yang yang diformulasikan haruslah mendapat cukup palatable agar dapat meransang nafsu makan, karena apabila ransum yang dibuat ditolak oleh ternak maka dapat dikatakan ransum tersebut kurang baik. (Teja Kaswari, 2008)











 METODOLOGI PENGAMATAN
Waktu dan Tempat
Praktikum Pengenalan Bahan Pakan dan Alat Laboratorium dimulai dari tanggal 4 April 2013 s/d 25 Mei 2013. Praktikum ini dilaksanakan setiap hari Senin dan bertempat di Laboratorim fakultas Peternakan Universitas Jambi yang dimulai pada pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai.

Materi
Di dalam praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum ini, adapun alat dan bahan yang digunakan antara lain: Pengenalan Bahan Pakan, adapun alat yang digunakan adalah untuk protein hewani yaitu tepung ikan, tepung jeroan ikan, tepung darah, tepung bulu ayam sedangkan untuk protein nabati yakni bungkil kelapa, ampas tahu, bungkil kelapa sawit, bungkil kacang kedele, cangkang biji karet, tepung kulit duku, jagung, tepung biji karet. Untuk sumber energi yaitu ada yang berbentuk biji-bijian yang terdiri dari: jagung, bungkil kacang kedele, dedak padi, bungkil inti sawit, tepung biji durian, menir. Untuk berbentuk tepung terdiri dari: dedak halus, jagung giling, dedak poles. Berbentuk cairan terdiri dari: minyak sayur dan molases. Sumber Mineral terdiri dari: tepung kulit kerang, tepung tulang dan tepung kerabang telur. Asal Limbah Pertanian/Agroindustri terdiri dari: kulit kacang kedele, tepung biji durian, tepung kulit duku, jeroan ikan, klobot, pelepah sawit, bungkil kelapa, dan tongkol jagung. Kemudian  Obat Hewannya terdiri dari: coxy, therapy dan vitabro. Serta additif pakan yang digunakan yaitu: neobro, egg stimulant, vita chicks, supertop, multivit. Sedangakan bahan palsuannya berupa tepung batu bata, sekam, serbuk gergaji, dan pasir. Untuk Hijauan Makanan Ternak yang digunakan yakni rumput setaria (Setaria Anceps/spacelata), rumput stylo (Stylosanthes humillis), rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput benggala (Panicum maximum), rumput mutiara, daun lamtoro (Leucaena leucochepala) dan rumput raja (Pennisetum purpopoides).
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah untuk preparasi sampel adalah sebagai berikut alatnya yaitu praktikan, dan alat-alat tulis dan bahannya adalah rumput gajah, rumput raja, feses ayam, feses rusa, feses kerbau, feses babi dan feses sapi.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum ini adalah alat laboratorium seperti neraca atau timbangan, oven, eksikator, cawan porselin, tanur, peralatan gelas, peralatan penyaring, penjepit, buret, alat soklet, praktikan, dan juga alat-alat tulis yang digunakan untuk pencatatan hasil pengamatan, timbangan ohaus, cawan porselen, eksikator, oven 105°C, penjepit, neraca analitik,tanur, pembakar bunsen, labu destruksi, labu destilasi, destilator, pemanas listrik, labu erlemeyer 250 ml dan 500 ml, biuret, corong, pipet, gelas ukur, batu didih, soxhlet, kertas saring bebas lemak no 5, tisu, pinset, pompa vakum, corong Buchner,gelas piala, kalkulator, komputer, baskom,terpal 1x1m, kantong plastik ukuran 5 kg, 2 kg, dan ¼ kg, serbe, dan tissu.
Di dalam praktikum menentukan energi bruto dengan oxygen bomb calorimeter, adapun alat dan bahan yang digunakan antara lain : Unit Bomb Calorimeter, Tabung Oksigen, Termometer, Alat Pembuat Pellet, Kawat Platina, Larutan Methyl Orange dan Larutan Na2CO3.


Metoda
Adapun metoda atau cara kerja yang dilakukan dalam praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum ini adalah, sebagai berikut:
Cara kerja dalam praktikum mengenai pengenalan alat dan bahan: untuk pengenalan alat – alat laboratorium praktikan mengamati alat – alat yang berada di laboratorium, kemudian menggambarkan alat – alat tersebyut dan menuloskan fungsi dari masing – masing alat laboratorium itu. Untuk praktikum pengenalan hijauan makanan ternak, dalam hal pengamatan hijauan praktikan mengamati 9 macam hijauan makanan ternak seperti yang telah disebutkan didalam mater, kemudian hasil pengamatan dari masing – masing hijauan tersebut ditulis berdasarkan klasifikasinya masing – masing, kemudian untuk feed additive (obat – obatan dan vitamin), praktikan mengamati dan menuliskan nama, kegunaan, bentuk dan warna, cara pemakaian, kandungan bahan, dan produsen dari masing – masing obat dan vitamin.
Cara  kerja yang dilakukan pada praktikum mengenai pengenalan bahan pakan: dimulai dengan pengamatan terhadap bahan pakan ternak, dan menentukan bahan tersebut tergolong kedalam sumber pakan energi, mineral, protein, pemalsu dan asal agrosindustri sesuai petunjuk dalam buku penuntun praktikum, dan diakhiri dengan pembuatan laporan dari masing- masing bahan  pakan yang diamati.
Cara  kerja dari praktikum mengenai preparasi sampel: mula- mula sampel diambil, dalam hal ini ada dua sampel yang digunakan, yaitu hijauan makanan ternak feses sapi dan feses ayam, untuk hjauan makanan ternak (rumput raja dan rumput gajah), Sebelum dikeringkan bahan segar dipotong-potong untuk mendapatkan partikel yang lebih kecil agar cepat kering. Sejumlah sampel ditimbang (A gram) kemudian dijemur sampai kering dibawah sinar matahari atau dikeringkan dalam oven dengan temperature 60-40°C selama 24-48 jam. Setelah kering sampel ditimbang (B gram) dan digiling untuk analisis lebih lanjut. Selisih antara berat sebelum dengan setelah dikeringkan merupakan kadar air (KA) sampel segar dan selanjutnya dapat ditentukan bahan Kering (BK) udara sampel. Untuk feses ayam dan sapi, sampel diambil dari kandang dengan jumlah tertentu kemudian sampel langsung ditimbang untuk mengetahui kadar air awal, sete;ah itu sampel dikeringkan atau dijemur, stelah kering sampel dibawa kelaboratorium untuk dianalisis.
Adapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum mengenai analisis proksimat bahan  pakan ini adalah, cara kerja dalam penentuan kadar air: dimulai dengan mencuci cawan porselen, dikeringkan dalam oven 105°C selama ± 1 jam, dinginkan dalam eksikator sekitar 20-30 menit dan ditimbang (C). Sampel ditimbang sebanyak 0,5-1 gram (D) dan dimasukkan ke dalam cawan porselen lalu keringkan dalam oven 105°C selama ± 12-16 jam. Cawan dan sampel (E) dikeluarkan dari oven dan didinginkan dalam eksikator selama 10-20 menit sampai diperoleh berat yang tetap. Hasil pengamatan dibahas dan simpulkan dalam laporan saudara.
Cara kerja dalam penentuan kadar abu: dimulai dengan mencuci cawan porselen lalu dikeringkan dalam oven sekitar 1 jam dengan temperatur 105°C, didinginkan dalam eksikator sekitar 10-20 menit dan ditimbang dengan teliti (F). Kemudian sampel ditimbang dengan teliti sebanyak 3 gram untuk sampel hijauan sedangkan unutk  konsentrat sebanyak 5 gram (G) dan masukkan ke dalam cawan porselen. Pijarkan sampel yang terdapat dalam cawan porselen hingga tak berasap, bakar cawan porselen dalam tanur bersuhu 600°C, biarkan sampel terbakar selama 3-4 jam atau sampai warna sampel berubah menjadi putih semua. Setelah sampel berwarna putih semua, kemudian didinginkan dalam tanur pada suhu 120°C sebelim dipindahkan kedalam eksikator. Setelah dingin timbang dengan teliti (H). Hasil pengamatan dibahas dan simpulkan dalam laporan saudara.
Cara kerja dalam penentuan protein kasar: pertama-tama timbang sampel dengan teliti sejumlah 0,3 gram (I) dan masukan kedalam labu destruksi. Tambahkan kira-kira 0,2 gram katalis campuran dan 5 ml H2SO4 pekat, panaskan campuran dalam lemari asam. Perhatikan proses destruksi selama pemanasan agar tidak meluap. Destruksi dihentikan bila larutan sudah menjadi hijau terang atau jernih lalu dinginkan dalam lemari asam, kemudian dimasukkan dalam labu destilasi dan diencerkan dengan 60 ml aquades, masukan beberapa buah batu didih, tambahkan pelan-pelan melalui dinding labu 20 ml NaOH 40% dan segera hubungkan dengan destilator, sulingan (NH3 dan air) ditangkap oleh labu erlemeyer yang berisi 25 ml H2SO4 0,3 N dan 2 tetes indikator campuran (Methyl Red 0,1% dan Bromcresol green 0,2% dalam alkohol). Penyulingan dilakukan hingga nitrogen dari cairan tersebut tertangakap oleh H2SO4 yang ada dalam erlemeyer (2/3 dari cairan yang ada pada labu destilasi menguap atau terjadi letupan-letupan kecil atau erlemeyer mencapai erlemeyer mencapai volume 75 ml). Labu erlemeyer berisi sulingan diambil dan dititer kembali dengan NaOH 0,3 N (J). Perubahan dari warna merah ke biru menandakan titik akhir titrasi. Bandingkan dengan titer blanko (K). Hasil pengamatan dibahas dan simpulkan dalam laporan saudara.
Cara kerja dalam Penentuan Lemak Kasar: dengan menimbang sampel sebanyak 1 gram (L) dan bungkus dengan kertas saring bebas lemak. Keringkan dalam oven 105°C, selama 5 jam dinginkan dalam eksikator dan timbang (M). Kemudian masukkan tabung ekstraksi soxhlet, alat soxhlet diisi dengan pelarut lewat kondensor dengan corong, alat pendingin dialirkan dan panas dihidupkan, ektaksi berlangsung selama 16 jam sampai pelarut pada alat soxhlet terlihat jernih, sampel dikeluarkan dari alat soxhlet dan dikeringkan dalam oven 105°C selama 5 jam, kemudian didinginkan dalam eksikator dan timbang (N). Hasil pengamatan dibahas dan simpulkan dalam laporan saudara.
Cara kerja dalam Penentuan Serat Kasar: kertas saring dikeringkan dalam oven 105°C selama satu jam dan timbang (O), timbang dengan teliti 1 gram (P) sampel dan masukkan kedalam gelas piala. Tambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N dan didihkan selama 30 menit. Setelah 30 menit didihkan, tambahkan dengan cepat 50 ml NaOH 1,5 N dan didihkan kembali selama 30 menit. Cairan disaring melalui kertas saring yang telah diketahui beratnya  didalam corong Buchner yang telah dihubungkan dengan pompa vakum. Kertas saring bersama residu dicuci berturut-turut dengan 50 ml H2O panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml H2O panas dan aseton. Kertas saring berisi residu dimasukkan kedalam cawan porsselen bersih dan kering oven. Cawan berisi sampel dikeringkan dalam oven 105°C samapi didapat berat yang konstan, dinginkan dalam eksikator dan ditimbang (Q). Pijarkan sampai sampel tidak berasap, kemudian cawan bersama isinya dimasukkan ke dalam tanur 600°C selama 3-4 jam. Setelah isi cawan berubah menjadi abu yang berwarna putih diangkat, didinginkan dan ditimbang (R). Hasil pengamatan dibahas dan simpulkan dalam laporan saudara.
Cara kerja dalam penentuan BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen): ditentukan dengan mengurangi total kandungan zat makanan dalam bahan pakan dengan persentase air,abu,protein kasar,lemak kasar dan serat kasar. Hasil pengamatan dibahas dan simpulkan dalam laporan saudara.
Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum mengenai formulasi ransum: pertama praktikan menentukan jenis ternak dan fase  produksinya serta kebutuhannya terhadap zat makanan, kemudian memilih bahan pakan yang akan digunakan dalam formulasi, menentukan persentase penggunaan bahan pakan, setelah itu menghitung kontribusi zat makanan berupa (PK,SK, LK, Men atau Energi metabolisme) dan menyeimbangkan kadar zat makanan bahan pakan dengan batasan yang dibutuhkan oleh ternak, setelah itu dapat menghitung harga bahan pakan dengan persentase penggunaan bahan yang dikonversikan dalam kebutuhan ransum pada ternak tersebut.
Cara  kerja yang dilakukan dalam praktikum Mencampur ransum : mencampur ransum dengan cara manual. Pertama hitung berapa penggunaan dari masing masing bahan pakan yang akan digunakan dalam menyusun ransum.Kemudian bahan pakan yang telah ditimbang beratnya di letakkan di atas terpal.Lalu masukkan bahan pakan yang bentuknya halus dan strukturnya kecil kedalam baskom yaitu premix.Lalu tambahkan bungkil kelapa sawit dan campur.Pada saat pencampuran,tambahkan minyak sawit sedikit demi sedikit lalu campur sampai homogen dan pada saat pencampuran jangan sampai bahan yang dicampur bergumpal.Kemudian tambahkan jagung lalu campur sampai rata atau homogen. Selanjutnya tambahkan tepung ikan dan campur dan tambahkan minyak sawit sedikit demi sedikit.Kemudian terakhir tambahkan dedak lalu campur semua bahan sampai rata dan homogen.
Adapun cara kerja dari praktikum menentukan energi bruto dengan oxygen bomb calorimeter Yaitu : sampel dalam bentuk pellet ditimbang 0,5–1 gram, kemudian dimasukkan kedalam cawan bomb dan disentuhkan kawat platina sepanjang 10 cm pada sampel dalam tabung bomb, terus diisi dengan oksigen sebanyak 25 atm. Tabung bomb dimasukkan kedalam buchet yang sudah diisi air sebanyak 2 liter kemudian ditulis, serta suhu distabilkan dengan memutar tombol pemutar selama 5 menit, setelah itu dicatat sebagai suhu awal. Sampel dibakar dengan menekan tombol pemutar pada alat Parr Ignation, biarkan temperatur naik sampai stabil (lebih kurang 5 menit), setelah itu suhu dicatat sebagai suhu akhir, kemudian buka calorimeter dan keluarkan tabung bomb dan buang oksigen dari bomb, lalu cuci bagian dalam tabung dan cawan bomb dengan menyemprotkan aquadest dan beri beberapa tetes larutan methyl orange. Titer dengan larutan Na2CO3 sampai berubah warna dan catat volume titrasi yang dipakai lalu kawat yang dibakar diukur dengan sekala dari kawat yang tidak terbakar.























HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengenalan Alat–alat Laboratorium
Pengenalan alat - alat laboratorium salah satu komponen penting dalam melaksanakan kegiatan praktikum di dalam laboratorium dengan perlengkapan laboratorium ini mempunyai fungsi yang beragam mulai dari yang sangat spesifik untuk pengujian zat tertentu hingga yang bersifat universal, hal ini sesuai pendapat  Ketaren ,2000),  menyatakan bahwa setiap alat –alat lab memiliki fungsi masinng – masing dan mempunyai peranan yang berbeda-beda. Yaitu sebagai berikut :
Neraca atau timbangan
Fungsi dari pada neraca atau timbangan pertama berfungsi untuk menimbang dalam jumlah sekala paling kecil, dan neraca bisa juga digunakan untuk menimbang ukuran yang paling besar, dan juga berfungsi untuk menimbang sampel dengan jumlah yang besar.
Gambar 1. neraca
Oven
       
                             Gambar 2. oven
            Oven berfungsi untuk memanaskan sampel atau bahan dengan suhu yang digunakan adalah 105°C sehingga otomatis kadar airnya akan berkurang dengan kata lain oven juga digunakan sebagai merubah sampel atau bahan menjadi sisa bahan kering.

Eksikator
                
                        Gambar 3. eksikator
Eksikator berfungsi untuk mendinginkan sampel atau bahan setengah dipanaskan dengan oven , dengan syarat : bahan atau sampel yang masih panas tidak boleh langsung dimasukkan kedalam eksikator terlebih dahulu dimana didalam tabung eksikator terdapat butir-butiran ( Silika gell) yang berfungsi untuk menyerap panas suatu bahan atau sampel, dan untuk membuka tutupnya harus digeser dan tidak boleh diangkat begitu saja.

Cawan porselin
 Cawan porselin berfungsi untuk menempatkan sampel yang akan dipanaskan dan sebagai alat yang digunakan untuk tempat sampel yang akan diteliti atau di praktikumkan dan mengusahakan agar suhu didalam cawan porselin tersebut tidak terkontaminasi dengan suhu udara luar.
Gambar 4. Cawan porselin
Tanur
Tanur berfungsi untuk memanaskan sampel atau bahan yang digunakan pada suhu 400- 600°C hingga sampel berubah menjadi abu, biasanya digunakan untuk mengukur kadar abu dari pada suatu percobaan.
Buret
         
                                    Gambar 5. buret
Buret berfungsi untuk meneteskan zat yang akan digunakan untuk penelitian atau pencamuran suatu bahan percobaan. Dan juga berfungsi untuk sebagai mentitrasi cairan, pada skala buret ini lebih akurat dibandingkan dengan gelas ukur.

Peralatan gelas
                       gambar 6. Peralatan gelas
Peralatan gelas merupakan salah satu yang paling banyak fungsinya diantaranya adalah sebagai mengukur suatu bahan baik berupa cairan dan padatan, dan juga berfungsi untuk mentitrasi suatu bahan baku, dan tempat sementara untuk sampel pada saat berlangsungnya penelitian.
Labu erlenmeyer Berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan yang. Labu Erlenmeyer dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan komposisi media, menampung akuades, kultivasi mikroba dalam kultur cair, dll. Terdapat beberapa pilihan berdasarkan volume cairan yang dapat ditampungnya yaitu 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml, dsb.

Peralatan Penyaring
                  Gambar 7. Peralatan penyaring
             Fungsi dari pada alat penyaring adalah suatu alat pembantu yang sangat berguna dalam proses penentuan serat kasar, setelah disaring  yang kasar atau yang berbentuk butiran akan tinggal pada saring tersebut.






Penjepit
Gambar 8. penjepit
Fungsi dari pada penjepit adalah sebagai menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan dan juga sebagai alat untuk pemindahan alat atau bahan yang di praktikumkan.


Tanur
 Alat tanur berfungsi sebagai alat untuk membantu dari pada proses penentuan kadar lemak, sebab tanur tersebut berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam pengujian kadar lemak tersebut, dan sebagai media untuk menentukan kadar lemak suatu bahan makanan ternan.


4.2. Pengenalan Bahan Pakan
Tabel. 1. Pengenalan bahan pakan

Nama Hijauan dan Gambar Literatur

Klasifikasi

Ciri-ciri

Gambar Praktikan
Stylosantes

Stylosanthes Scientific classification Kingdom: Plantae
(unranked):
Angiosperms
(unranked):
Eudicots
(unranked):
Rosids
Order:
Fabales
Family:
Fabaceae
Subfamily:
Faboideae
Tribe:
Aeschynomeneae
Genus: Stylosanthes

-akar serabut
-tergolong legum
-batang bercabang
-berdaun tiga
-berbunga kuning


Daun Cabe-cabe
r
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi   : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas   : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas        : Magnoliidae
Ordo    : Piperales
Famili  : Piperaceae(suku sirih-sirihan)
Genus  : Piper                                                                                                  Spesies            : Piper retrofractum Vahl
.

-daun kecil
-akar serabut
-daun bulat
-bunga berwarna putih

Rumput Mutiara
Kingdom         : Plantae                            
Subkingdom            :Tracheobionta                   
Super Divisi            :Angiospermae                  
Divisi   :Magnoliophyta                  
Kelas   :Dicotyledoneae                 
Ordo   :Rubiales                             
Famili              : Rubiaceae
Genus              : Hedyotis
Spesies             : Hedyotis Corimbosa L.

-daun kecil
-batang lurus
-akar serabut

Rumput Setaria
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Poales
Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus: Setaria
Spesies: Setaria palmifolia (J. Koenig) Stapf

-daun panjang melengkung
-tak ada batang
-akar serabut

Rumput Benggala
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : angiospermae
Class : monocotyledoneae
Ordo : glumiflora
Familia : graminae
Subfamilia : panicoideae
Genus : panicum
Spesies : panicum maximum

-akar serabut
-batangnya beruas
-daun memanjang
-pada ujung tanaman terdapat bunga berwarna putih

Rumput Gajah
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : angiospermae
Class : monocotyledoneae
Ordo : glumiflora
Familia : graminae
Subfamilia : panicoideae
Genus : pennisetum
Spesies : pennisetum purpureum

-akar serabut
-batang besar dan beruas
-memilki bulu-bulu halus pada batang

Petai Cina

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus: Leucaena
 Spesies: Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit

-akar tunggang
-tergolong legum
-batang bercabang
-monokotil

Rumput Raja
r

Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : angiospermae
Class : monocotyledoneae
Ordo : glumiflora
Familia : graminae
Subfamilia : panicoideae
Genus : pennisetum
Spesies : pennisetum purpopoides

-daun panjang
-batang kecil
-berbulu/ berserabut
-lebih kecil dari rumput gajah

Kacang Tanah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Tracheophyta
Upadivisi: Angiospermae
Kelas: Magnoliophyta
Ordo: Leguminales
Famili: Papilionaceae
Upafamili: Faboideae
Bangsa: Aeschynomeneae
Genus: Arachis
Spesies: Arachis hypogeae L.
Arachis tuberosa Benth.
Arachis guaramitica Chod & Hassl.
Arachis idiagoi Hochne.
Arachis angustifolia (Chod & Hassl) Killip.
Arachis villosa Benth.
Arachis prostrata Benth.
Arachis helodes Mart.
Arachis marganata Garden.
Arachis namby quarae Hochne.
Arachis villoticarpa Hochne.
Arachis glabrata Benth.

-akar tunggang
-punya bintil akar
-berdaun kecil
-memiliki kacang-kacangan pada akar.

OBAT-OBATAN HEWAN
NAMA OBAT : TETRA-CHLOR
KEGUNAAN : obat flu, kolera, batuk, CRD (ngorok)), berak putih.
BENTUK DAN WARNA : kapsul dan berwarna merah
CARA PEMAKAIAN : <> 8 minggu: 1 kapsul dua kali per hari.
Diberikan selama 4-5 hari berturut-turut.
KANDUNGAN BAHAN : Tetracycline HCl 50 mg, Erythromycin 10 mg, Vitamin B1 1 mg, Vitamin B2 2 mg, Vitamin B6 1 mg, Vitamin B12 3 mg, Vitamin C 10 mg, Potassium chloride 50 mg, Sodium sulfate 25 mg
PRODUSEN : medion, Bandung

NAMA OBAT : DOXY VET
KEGUNAAN : mengatasi gangguan pernapasan
BENTUK DAN WARNA : bubuk, berwarna kuning
CARA PEMAKAIAN : 2 gram per liter air minum selama 3 hari berturut-turut.
KANDUNGAN BAHAN : Doxycycline hydrochloride 25 g, Excipients up to 1 kg
PRODUSEN : medion, Bandung

NAMA OBAT : COXY
KEGUNAAN : untuk pengobatan kolera Coccidiosis & unggas
BENTUK DAN WARNA : bubuk, berwarna coklat
CARA PEMAKAIAN :
Pengobatan:
· Coccidiosis: 5 gram per liter air minum. Administer oleh metode 3-2-3, yaitu: 3 hari diperlakukan air minum, 2 hari air minum biasa, dan 3 hari diperlakukan air minum. Lanjutkan metode ini sampai gejala hilang.
· Fowl kolera: 3,75 gram per liter air minum selama 6 hari berturut-turut.
Pencegahan:
2,5 gram per liter air minum. Administer untuk ayam pada usia 2-3 minggu dengan metode 3-2-3 sekali setiap 2 minggu sampai umur 2 bulan.
KANDUNGAN BAHAN : Natrium sulfaquinoxaline 82,5 g, Vitamin A 2.500.000 IU, 1,25 g vitamin K3
PRODUSEN : medion, Bandung

NAMA OBAT : THERAPY
KEGUNAAN : Untuk mencegah penyakit pada waktu stress, dan untuk  mencegah adanya wabah
BENTUK DAN WARNA : bubuk, berwarna coklat hitam gelap
CARA PEMAKAIAN :
Pencegahan:
· Untuk mencegah terhadap penyakit selama stres:
1 gram per 2 liter air minum selama 2-3 hari berturut-turut.
· Untuk mencegah terhadap terjadinya wabah:
1 gram per 2 liter air minum selama 5-7 hari berturut-turut.
Pengobatan:
1 gram per liter air minum selama 5-7 hari berturut-turut.
KANDUNGAN BAHAN : Oxytetracycline HCl 100 g, Amprolium 50 g, Vitamin A 3,750,000 IU, Vitamin K 5 g
PRODUSEN : medion, Bandung
ADITIF PAKAN
NAMA OBAT : NEOBRO

KEGUNAAN : Memepercepat pertumbuhan, Mengurangi angka kematian, Meningkatkan efisiensi, penggunaan ransum
BENTUK DAN WARNA : bubuk hitaam
CARA PEMAKAIAN : 1 gram tiap 2 litter minum/1 gram tiap kg ransum
KANDUNGAN BAHAN : methione, lysine, sodium saliascate, vitamin ( A,  B3, E, K3, B, B1, B6, B12, C )
PRODUSEN : medion, Bandung

NAMA OBAT : EGG STIMULANT
KEGUNAAN : Mempercepat tercapainya produksi telur yang maksimal, Mencegah kemerosotan produksi telur sewaktu ayam terserang penyakit
memepercepat proses penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
BENTUK DAN WARNA : bubuk orange
CARA PEMAKAIAN : 1 gram 2 litter air minum atau 1 sendok plastik putih tiap 1 litter air minum
KANDUNGAN BAHAN : bacitracin, Mg, UH
PRODUSEN : medion, Bandung

NAMA OBAT : TURBO
KEGUNAAN : meningkatkan dan memperpanjang masa produksi telur, menambah kesuburan, mencegah stress, mencegah kekurangan vitamin.
BENTUK DAN WARNA : bubuk hitam
CARA PEMAKAIAN : 5gr / 1l air minum campur krdalam 2 kg ransum
KANDUNGAN BAHAN : Vitamin A, D3, K3, B1, B2, B6, B12, methionn, calcium penthonate.
PRODUSEN : medion, Bandung

NAMA OBAT : VITA STRESS
KEGUNAAN : menambah daya tahan tubuh, mencegah kekurangan vitamin, mempercepat pemulihan kesehatan.
BENTUK DAN WARNA : serbuk orange
CARA PEMAKAIAN : 1gr / liter (sebelum/sesudah vaksin), 1 gr / 2 liter 7-10 hari.
KANDUNGAN BAHAN : maradion siodium,  Vitamin A, D3, K3, B1, B2, B6, B12, calcium D panthoterat, elektrolit.
PRODUSEN : medion, Bandung


NAMA OBAT : VITA CHICK
KEGUNAAN : Memepercepat pertumbuhan, mencegah kekurangan vitamin, mengatasi stress dan mengurangi angka kematian 
BENTUK DAN WARNA : serbuk hitam
CARA PEMAKAIAN : 5 gram tiap 1 litter air minum/2sendok plastik putih rata-rata terlampir tiap 1,5 litter air minum
KANDUNGAN BAHAN : bacitracin MD, Vitamin A, D3, K3, B1, B2, B6, B12
PRODUSEN : medion, Bandung

SUMBER PROTEIN

PROTEIN HEWANI
Tabel.2.  Pakan Sumber Protein Asal Hewani
No
Bahan Pakan
Bentuk Fisik
Tekstur
Warna
Bau
1
Tepung Ikan
Bubuk
Halus
Kecoklatan
Amis

PROTEIN NABATI
Tabel. 3.Pakan Sumber Protein Asal Nabati
No
Bahan Pakan
Bentuk Fisik
Tekstur
Warna
Bau
1
Bungkil Kelapa
Bubuk
Serbuk
Coklat
Amis
2
Tepung Kedelai
Bubuk
Serbuk
Kuning
Menyerupai Kacang
3
Bungkil Kedelai
Butiran
Kasar
Kecoklatan
Apek
4
Bungkil Inti Sawit
Bubuk
Serbuk
Coklat
Menyerupai Kopi
Dari hasil kedua praktikum diatas diperoleh hssil bahwa bahan pakan yang berasal dari protein hewani adalah tepung ikan sedangkan protein yang berasal protein nabati adalah, bungkil kelapa, tepung kedelai, bungkil kedelai, dan bungkil inti sawit. Dimana bahan pakan sumber protein mengandung protein kasar lebih atau sama dengan dari 20 %, serat kasar kurang dari 18%.
Bahan pakan sumber protein terdiri dari dua sumber yaitu protein yang berasal dari sumber hewani dan yang berasal dari sumber nabati. Sumber protein nabati terutama dari jenis kacang-kacangan dan dari jenis leguminosa. Bahan pakan sumber protein bisa juga berupa biji. bijian, misalnya tepung bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap, biji kapas, atau tepung-tepungan yang berasal dari hewan atau bagian tubuh hewan, seperti tepung ikan dan tepung darah. Ada pula beberapa jenis hijauan yang merupakan sumber protein, seperti daun gliricidae, turi, lamtoro, centrocema, dan kacang gude.  Ada beberapa jenis hijauan yang masih mengandung racun bila diberikan secara segar misalnya daun singkong dan gliricidae. Oleh karena itu sebaiknya untuk jenis hijauan seperti ini sebaiknya dilayukan dulu selama 2-3 jam dibawah terik matahari atau dibiarkan selama semalaman.  Kebutuhan bahan pakan hijauan bagi kambing umumnya 10% dari berat badanya per hari. Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman). Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok: Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat, ganggang dan bungkil), Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi kaliandra, gamal dan sentero, Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan sebagainya). Tepung kedelai merupakan sumber protein nabati yang memiliki profil asam amino yang terbaik diantara sumber protein nabati lainnya. Tepung kedelai merupakan sumber protein yang murah dan harus mengandung protein di atas 44%. Yang menjadi faktor pembatas pada penggunaan kedelai ini adalah asam amino metionin. Penggunaan tepung kedelai di dalam pakan komersial berkisar antara 10% sampai 25%. Tepung kedelai dalam pakan udang maksimum dipakai sebanyak 40%.
SUMBER ENERGI
BERBENTUK BIJI-BIJIAN/BUTIRAN-BUTIRAN
Tabel. 4. Pakan Sumber Energi Berbentuk Biji-bijian
No
Bahan Pakan
Bentuk Fisik
Ukuran (mm)
Warna
           
Bau
Panjang
Lebar
1
Menir
Butiran
6mm
1mm
Coklat Kemerahan
Beras
2
Jagung
Butiran
5mm
3mm
Orange
Apek
3
Sekam
Padian
7mm
1mm
Coklat Kekuningan
Apek
BERBENTUK TEPUNG
Tabel. 5. Sumber Energi Berbentuk Tepung
No
Bahan Pakan
Bentuk Fisik
Warna
Bau
1
Pati
Halus
Putih
Menyerupai Tape
2
Dedak
Halus
Coklat Muda
Apek
Dari praktikum diatas diperoleh hasil bahwa bahan pakan sumber energi yang berbentuk butiran adalah menir, jagnung, dan sekam. Sedangkan yang merupakan bahan pakan sumber energi yang berbentuk tepung adalah pati dan dedak.
Bahan pakan sumber energi umumnya terdiri dari bahan pakan berupa biji-bijian dan sisa serealia (tepung jagung dan dedak padi), umbi-umbian (tepung singkong, onggok, dan ubi jalar), dan hijauan (misalnya rumput setaria dan rumput lapangan). Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum), Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan), Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya), Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput gajah, rumput benggala dan rumput setaria). Jagung, sebagai sumber energi yang rendah serat kasarnya, sumber Xantophyll, dan asam lemak yang baik, jagung kuning tidak diragukan lagi. Asam linoleat jagung kuning sebesar 1,6%, tertinggi diantara kelompok biji-bijian. Untuk mengetahui kualitas jagung, digunakan analisis laboratorium yang biasanya dapat dilakukan di laboratorium makanan yang terdapat di tiap ibukota kabupaten, bahkan pabrik-pabrik pakan ikan. Pemeriksaan ini menjadi penting, sejak ditemukan banyak jagung kuning yang dipalsukan atau dicampur bahan lain. Dedak merupakan limbah proses pengolahan gabah, dan tidak dikonsumsi manusia, sehingga tidak bersaing dalam penggunaannya. Dedak mengandung bagian luar beras yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan bagian penutup beras itu. Hal ini mempengaruhi tinggi-rendahnya kandungan serat kasar dedak.

SUMBER MINERAL
Tabel. 6.Pakan Sumber Mineral
No
Bahan Pakan
Bentuk Fisik
Warna
Bau
1
Tepung Tulang
Bubuk Halus
Kecoklatan
Amis
2
Tepung Kulit Kerang
Bubuk Agak Kasar
Abu-abu
Menyerupai Semen
Adapun hasil praktikum diatas adalah bahan pakan sumber mineral yaitu tepung tulang dan tepung kulit kerang.  Mineral merupakan komponen dari pesenyawaan organik jaringan tubuh dan persenyawaan kimiawi lainnya yang berperan dalam proses metabolisme. Kebutuhannya sangat sedikit tetapi sangat vital, teutama pada proses tumbuh dan bereproduksi penyusunnya yaitu kalsium dan fosfor. Apabila ternak kekurangan bahan pakan yang mengandung mineral maka dapat menyebabkan pertumbuhannya lambat. Salah satu sumber kalsium dan fosfor yang sering digunakan di Indonesia pada tahun 1960-1970 adalah tepung kerang yang sampai saat ini masih digunakan oleh penyusun ransum. Tepung kerang digunakan sebagai sumber kalsium yang penting untuk unggas pedaging dan unggas yang sedang bertelur dengan kadar kalsium yang cukup besar yaitu 38 % dan kandungan nutrien lainnya yaitu 1,2 % BETN, 46,7 % PK, dan 86 % BK. Kulit kerang diperlukan lebih banyak dalam ransum untuk ayam petelur yang bereproduksi tinggi sehingga dapat menahan telur dalam saluran telur dalam waktu yang relatif singkat. Tepung kulit kerang memiliki warna hitam keabuan, berbau amis karena termasuk dalam hewan laut dan memiliki rasa asin.



ASAL LIMBAH PERTANIAN/AGROINDUSTRI
Tabel. 7. Pakan Asal Limbah Pertanian/Agroindustri
No
Nama Limbah
Asal Limbah
Bentuk Fisik
Warna
Bau
1
Klobot
Jagung
Kelopak
Kuning
Apek
2
Ampas Tebu
Tebu
Serat
Hijau Kekuningan
Menyerupai tebu
3
Pelepah Sawit
Sawit
Batang
Krem
Menyerupai tebu
4
Kulit Pisang
Pisang
Lembaran
Kuning
Menyerupai pisang
5
Ampas Tahu
Tahu
Lembek
Putih
Menyerupai tahu
6
Tongkol Jagung
Jagung
Tongkol
Kuning
Menyerupai tahu
Dari praktikum diatas diperoleh hasil bahwa bahan pakan asal limbah pertanian/agrobisnis adalah klobot, ampas tebu, pelepah sawit, kulit pisang, ampas tahu, dan tongkol jagung.
Pemanfaatan produk samping yang sering diangap sebagai limbah dari agroindustri dan biomas yang berasal dari limbah pertanian menjadi pakan ternak akan mendorong berkembangnya usaha agribisnis ternak secara integratif. Di Nusa Tenggara Barat tersedia limbah pertanian dan limbah agroindustri untuk bahan baku pakan dan belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian limbah-limbah tersebut terbuang atau dibakar yang berpotensi merusak lingkungan. Penggunaan limbah sebagai pakan ternak harus didasari pengetahuan tentang kebutuhan dasar yang diperlukan ternak meliputi: Kebutuhan zat gizi Kebutuhan zat gizi bagi ternak setiap hari adalah: energi, protein, vitamin dan mineral. Kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh umur ternak (anak, muda, dewasa), jenis kelamin (jantan, betina), ukuran tubuh (kecil, sedang, besar), tipe produksi (pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan penggemukan) dan tingkat produksi (Pertambahan berat badan rendah, sedang atau tinggi)

BAHAN PALSUAN
 Tabel 8. Bahan Palsuan
No
Nama Bahan
Warna
Bentuk
1
Serbuk Gergaji
Krem
Kasar/serbuk
2
Serbuk Batu Bata
Orange
Halus
3
Tepung Kapur
Putih
Halus
Hasil dari praktikum bahan palsuan yang biasa digunakan sebagai bahan palsuan pakan adalah serbuk gergaji, serbuk batu bata, dan tepung kapur.
Pemalsuan bahan pakan pada umumnya dilakukan dengan mengganti sebagian bahan pakan utama atau mencampurnya dengan bahan lain. Bahan yang digunakan untuk memalsu dapat berupa suatu bahan yang nilai gizinya lebih rendah, tidak memiliki kandungan gizi sama sekali, bahkan terkadang mempunyai pengaruh buruk bagi ternak.  Bahan yang sengaja dicampurkan/ditambahkan pada bahan pakan utama disebut dengan bahan subalan/palsuan. Bahan pakan utama yang telah dicampur dengan bahan subalan harganya akan lebih murah, namun nilai gizinya juga mengalami penurunan. Oleh karena peternak harus jeli terhadap setiap pembelian bahan pakan karena kemungkinan adanya penyubalan /pemalsuan bisa saja terjadi.
Serbuk kayu merupakan limbah dari pemotongan kayu, serbuk kayu ini tidak dapat dimanfaatkan karena tidak memiliki kandungan tertentu, serbut kayu dapat dijadikan sebagai bahan palsuan dengan mencampurkan dengan dedak padi, , sekam juga dapat dipisahkan dari dedak dengan cara menampah dedak tersebut. sekam akan ikut terbang karena berat jenis yang lebih rendah daripada dedak.

4.3. Preparasi Sampel
Preparasi Sampel adalah Suatu analisis suatu bahan pakan yang hanya akan dicapai secara baik jika pengambilan sampel bahan dilakukan secara benar dan reprentatif. Pengambilan sampel perlu memperhatikan beberapa hal sepereti :Homogenitas sampel Salah satu faktor yang menentukan tingkat representatif sampel yang diambil adalah homogenitas bahan yang akan diambil sampelnya. Efek ukuran dan berat partikel sangat berpengaruh terhadap homogenitas bahan, dimana bagian yang berukuran dan berat lebih besar kemungkinan akan berpisah dengan bagian yang lebih kecil dan ringan (segregasi). Sehingga pada bahan yang ditumpuk atau dimuat di atas truk, bagian bahan yang mempunyai ukuran dan berat partikel yang lebih besar akan terletak bagian bawah atau bagian dasar dari tumpukan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Adnan, P. 2001, menyatakan bahwa pada preparasi sampel, terdapat tehnik pemanfaatan bahan pakan dengan konversi penggunaan bahan pakan yang sesuai pada standardnya.
            Oleh karena itu sebelum bahan diambil sampelnya harus dicampur secara merata sehingga bahan benar-benar homogen, atau sampel diambil secara acak dari beberapa bagian baik bagian dasar, tengah, maupun bagian atas sehingga diperoleh sampel yang benar-benar representatif. Demikian juga pada hijauan di suatu lahan, kualitas hijauan pada tiap-tiap bagian lahan, kemungkinan mempunyai kualitas yang berbeda karena adanya kemungkinan perbedaan kesuburan tanah pada lahan tersebut. Oleh karena itu agar diperoleh sampel harus dilakukan pada beberapa bagian lahan secara acak, sehingga data yang diperoleh memberikan informasi yang benar terhadap kualitas bahan tersebut., Cara pengambilan sampel, Jumlah sampel, Penangan sampel, Presesing sampel., dan Penentuan kadar sampel segar, hal ini sesuai dengan pendapat Chaplin, M.F. dan C. Bucke. 2006, menyatakan bahwa menyamakan sampel dalam kebutuhan yang akan dipakai dalam analisis, serta membandingkan antara struktur sampel yang besar dengan yang kecil dalam pengambilannya, dan diratakan untuk kualitasnya adalah tehnik homogenitasi bahan pakan untuk preparasinya.
Cara pengambilan sampel. Sampel dari bahan dapat diambil secara aselektif dan selektif. Aselektif artinya pengambilan sampel secara acak dari keseluruhan bahan tanpa memperhatikan atau memisahkan bagian dari bahan tersebut. Misalnya dalam pengambilan sampel rumput gajah, sampel diambil dari seluruh bagian rumput, baik daun maupun batang, kemudian dipotong-potong dan dicampur secara merata agar diperoleh bahan yang homogen. Selektif artinya pengambilan sampel secara acak dari bagian tertentu suatu bahan. Misalnya sampel rumput gajah tadi dipisahkan sampel batang dan daun. Hal ini sesuai dengan pendapat Gusriyanti, 2006, menyatakan bahwa jangka pengambilan sampel harus dilakukan dengan aselektif dan selektif dan penyimpanan bahan pakan yang lama, akan mempercepat aktifitas kimiawis daripada enzim yang berada dalam bahan pakan, sehingga untuk penyediaannya, bahan pakan tidak mengandung kualitas yang baik ataupun unggul dalam kandungan zat makanannya bagi ternak.
Jumlah sampel. Jumlah sampel yang diambil akan sangat berpengaruh terhadap tingkat representatif sampel yang diambil. Jumlah sampel yang diambil tergantung dari kebutuhan untuk evaluasi dan jumlah bahan yang diambil sampelnya. Sebagai pedoman jumlah sampel yang diambil adalah 10 % dari jumlah bahan. Penangan sampel. Sampel yang telah diambil harus segera diamankan agar tidak rusak atau berubah sehingga sifat yang berbeda dari sampel saat diambil. Presesing sampel. Untuk tujuan evaluasi terutama evaluasi secara mikroskopis, kimia, dan biologi, semua sampel harus digiling sehingga diperoleh sampel yang halus. Hal ini sesuai dengan pendapat Fardiaz, S. 2000, menyatakan bahwa jangka penyimpanan bahan pakan yang lama, akan mempercepat aktifitas kimiawis daripada enzim yang berada dalam bahan pakan, sehingga untuk penyediaannya, bahan pakan tidak mengandung kualitas yang baik ataupun unggul dalam kandungan zat makanannya bagi ternak.
Penentuan kadar sampel segar. Sampel dapat berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti rumput-rumputan, biji-bijian, buah-buahan, hasil ikutan produksi pertanian dan pangan maupun berasal dari hewan dan hasil ikutanya. Sebelum dikeringkan bahan segar dipotong-potong untuk mendapatkan partikel yang lebih kecil agar cepat kering. Sejumlah sampel ditimban (A grm) kemudian dijemur sampai kering dibawah sinar matahari atau dikeringkan dalam oven dengan temperatur 40-50 oC selama 24-48 jam. Setelah kering sampel ditimban ( B grm) dan digiling untuk analisis lebih lanjut. Selisih antara berat sebelum dengan setelah dikeringkan merupakan kadar air (KA) sampel segar dan selanjutnya merupakan kadar bahan kering (BK) udara sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Uripsantoso.2010, yang menyatakan bahwa pada penentuan kadar air seharusnya sangat berpengaruh pada lamanya melakukan pengeringan oleh sebab itu analisis preparasi bahan pakan, bahan pakan yang diakumulasikan terhadap zatnya sangat identik dengan faktor luar yang dapat mengganggu aktifitas pengujiannya. Seperti: tekanan udara besar saat penimbangan bahan kering bahan pakan.
KADAR AIR( % , Y)            =          A – B    x     100%
                                                                 A
Kadar BK ( % )           =          B    x  100 %
                                                  A
Kadar BK %               =          100 % - % Kadar air

Perhitungan
Feses babi
                        A gram            = 500 gram
                        B gram            = 200 gram


% KADAR AIR                     = A – B x 100 %
                                                       A
                                                =500200 x 100 %
                                                      500
                                                = 0,6 x 100
                                                = 60 %
% BK                                      = 300 X 100 %
                                                    500
                                                = 40 %
% BK                                      = 100 % - 60 %
                                                = 40 %
Contoh Soal:
Pada rumput benggala segar berat segarnya adalah 250 gr,setelah dijemur dibawah sinar matahari dengan temperatur 40-50 c dalam waktu kurang lebih 24 jam, diperoleh berat keringnya yaitu 101,9gr.untuk menentukan persen kadar air dan persen bahan kerngnya yaitu sebagai berikut:

                              A-B 
kadar air (% y)= -------------  x100%
                                A
                        = 250-101,9 x 100%
                                250
                        = 59%
Kadar Bk (%) = B x100%
                          A
                       =   250  x 100%
                           101,9
                       = 41% kadar air setelah pengeringan
Maka diketahui lah  kadar airnya 59% dan berat bahan keringnya 41%.

4.4. Analisis Proksimat
Kadar air ini termasuk katagori rendah dari standar yang telah ditetapkan SNI sebesar 12 %. Hal ini dikarenakan bahan pakan yang dianalisis sudah mengalami pengeringan di bawah sinar matahari terlebih dahulu sehingga kadar air sebelum dianalisis sudah berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman (1991) bahwa pentingnya air dalam menentukan nilai makanan adalah pengaruhnya terhadap komposisi makanan ternak karena sifat pengencer air tersebut. Banejee (1997) menambahkan bahwa perhitungan kadar air dilakukan dengan pemanasan sampel dalam oven untuk mendapatkan berat konstan.
Berdasarkan hasil pratikum, diperoleh hasil kadar abu pada bahan pakan 7,8241 %, kadar abu ini sudah sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh SNI. Menurut Hartadi et al., (1993), kadar abu pada bahan pakan sekitar 8 %, hal ini dikarenakan bahan pakan mengandung mineral yang tidak mudah menguap pada suhu tinggi sehingga mencapai 8 %. Tillman (1991) menambahkan bahwa jumlah abu dalam makanan hanya penting untuk menentukan perhitungan BETN.
Tingginya kadar protein ini disebabkan oleh adanya beberapa unsur yang bukan protein dan terhitung sebagai protein. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartadi et al., (1993) bahwa kadar protein pada suatu bahan pakan tinggi bisa disebabkan karena pada waktu pengovenan terdapat beberapa unsur yang bukan protein ikut terhitung sebagai protein. Ditambahkan oleh Tillman (1991) yang menyatakan bahwa protein kasar dalam anĂĄlisis yang mendekati angka nyata proksimat hanya dicantumkan energi fraksi yang tidak dapat menggambarkan komposisi asam amino dalam protein.
Menurut Hartadi et al., (1993), kadar lemak pada bahan pakan dapat larut dalam ether, sehingga hal tersebut yang sering menyebabkan kadar lemak pada bungkil kedelai sulit diketahui secara pasti. Ditambahkan pula oleh Tillman (1991) bahwa bahan pakan ternak yang berasal dari tanaman sterolililin dan berbagai produk vitamin A, D, karotin sering kali menyususun lebih dari 50 %. Lemak makanan dan lemak kasar adalah semua bahan pakan yang larut dalam ether.
Kadar serat kasar ini bernilai negatif karena sampel bungkil kedelai setelah di tanur belum seluruhnya menjadi abu karena adanya kandungan mineral yang cukup tinggi sehingga terhitung sebagai serat kasar. Menurut Hartadi et al., (1993), kadar serat kasar pada bungkil kedelai sebesar 9 %. Banerjee (1998) menambahkan bahwa serat kasar terdiri dari sellulosa, hemisellulosa, lignin. Bahkan pakan tersebut sebagian besar sulit dicerna hewan monogastrik.
Menurut Banerjee (1998), perhitungan BETN diperoleh dari total 100 % BK dikurangi dengan kadar abu, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar. Kadar BETN menurut SNI (1996) pada bungkil kedelai adalah sekitar 46,2 %.

  1. Hasil Praktikum Penentuan Kadar Air
Tabel 9. Hasil Penentuan Kadar Air % Bahan Kering
No
Bahan
C (gr)
D (gr)
E (gr)
KA (%)
BK (%)
1
Bungkil kedelai
29,57
1
30,45
12
88
2
Kelobot
27,46
1
28,43
3
97
3
Tepung ikan
39,50
1
40,19
31
69
4
Tepung erabang telur
25,17
1
26,17
0
100
5
Tepung kulit kerang
22,64
1
23,64
0
100
6
Tepung kulit nenas
37,31
1
38,13
18
82
7
Tepung kulit apel
22,79
1
23,55
24
76
8
Ampas tahu
24,32
1
25,23
9
91
9
Tepung legume stylo
28,86
1
29,82
4
96
10
Tepung bagasse
22,60
1
23,47
13
87
11
Dedak padi
22,24
1
23,15
9
91
Tidak hanya air yang menguap, tetapi juga senyawa – senyawa asam – basa organic sederhana (BM rendah) yang ikut menguap (misal : asam asetat, asam butirat, propionate, ester dan lai – lain). (Girindra, 1996)
Air yang terikat dalam senyawa unsure sukar untuk menguap sehingga mengurangi total air yang sebenarnya. (Winarno, 1991)

  1. Hasil Praktikum Penentuan Kadar Abu
Abu atau mineral diperoleh dengan jalan membakar sempurna bahan pakan pada temperatur 5500 C sampai semua bahan oganik terbakar. (Winarno, 1991)
Tabel 10.  Hasil Penentuan Kadar Abu                      
No
Bahan
H (gr)
F (gr)
G (gr)
Ka.Abu (%)
1
Bungkil kedelai
38,00
29,57
1,01
8,72
2
Kelobot
33,07
27,64
1,01
5,70
3
Tepung ikan
32,89
22,23
1,01
10,9
4
Tepung erabang telur
37,65
28,85
1,01
9,09
5
Tepung kulit kerang
35,28
25,15
1,01
10,38
6
Tepung kulit nenas
42,52
37,30
1,01
5,59
7
Tepung kulit apel
33,16
22,27
1
10,39
8
Ampas tahu
43,92
39,49
1,01
4,82
9
Tepung legume stylo
36,28
27,45
1,01
9,10
10
Tepung bagasse
34,14
24,31
1
9,86
11
Dedak padi
30,18
18,07
1,01
12,29

Tidak seluruhnya unsure utama pembentuk senyawa organic dapat terbakar dan berubah menjadi gas oksigen yang masih tinggal dama abu sehingga senyawa oksida (missal : CaO) dan karbon sebagai karbonat. (Winarno, 1991)
Sebagian mineral tertentu menguap menjadi gas (missal : sulfur sebagai H2S).



  1. Hasil Praktikum Penentuan Protein Kasar
Protein kasar diperoleh dan hasil penetapan N X 6,25 (protein rata-rata mengandung N 16 %). Protein merupakan kumpulan asam amino yang saling diikatkan dengan ikatan peptida. Energi protein 5,50 kcal/g, bila digunakan sebagai energi 1,25 kcal/g keluar sebagai urea dan setiap unit protein, tinggal 4,25 kcal/g. Oleh karena digesti protein tidak sempurna, nilai energi berkurang 0,25 kcal/g jadi tinggal 4 kcal/g. (Anonim, 1997)

Tabel 11. Hasil Penentuan Protein Kasar
No
Bahan
I (gr)
J (gr)
K (gr)
PK (%)
1
Bungkil kedelai
0,3
21,5
21,8
2,625
2
Kelobot
0,3
21,7
21,8
0,875
3
Tepung ikan
0,3
5,3
21,8
56,875
4
Tepung erabang telur
0,3
20,9
21,8
7,875
5
Tepung kulit kerang
0,3
20,1
21,8
14,875
6
Tepung kulit nenas
0,3
20,03
21,8
13
7
Tepung kulit apel
0,3
21,5
21,8
3
8
Ampas tahu
0,3
20,5
21,8
11
9
Tepung legume stylo
0,3
20,7
21,8
10
10
Tepung bagasse
0,3
20,9
21,8
7,875
11
Dedak padi
0,3
18,4
21,8
30

Nitrogen yang terdapat dalam bahan selain terdapat dalam protein juga terdapat dalam senyawa organic lain yang bukan protein. Senyawa nitrogen yang bukan berasal dari senyawa protein disebut NPN 9non protein nitrogen) sehingga terhitung sebagai PK (Anonim, 1997)
Nilai 6,25 tidak selalu tetap, tergantung bahan yang dianalisis. Umumnya protein nabati kurang dari 6,25.

  1. Hasil Praktikum Penentuan Lemak Kasar
Semua bahan organik yang larut dalam pelarut lemak termasuk lipida dan zat yang tidak berlemak. Dengan demikian bukan gambaran lemak yang sebenarnya (gliserol dan 3 asam lemak). Energi lemak adalah 9 kcal/g, bagaimana dengan EE?  apakah juga menghasilkan kalori sebesar 9 kcal/g. (Hilman, 1992)
Tabel 12. Hasil Penentuan Lemak Kasar
No
Bahan
L (gr)
M (gr)
N (gr)
LK (%)
1
Bungkil kedelai
1
1,37
1,99
0,62
2
Kelobot
1
1,33
2,12
0,79
3
Tepung ikan
1
1,26
2,02
0,76
4
Tepung erabang telur
1
1,4
2,17
0,77
5
Tepung kulit kerang
1
1,38
2,15
0,77
6
Tepung kulit nenas
1
1,25
1,98
0,73
7
Tepung kulit apel
1
1,24
2,00
0,76
8
Ampas tahu
1
1,38
2,06
0,68
9
Tepung legume stylo
1
1,32
2,09
0,77
10
Tepung bagasse
1
1,28
0,62
0,34
11
Dedak padi
1
1,26
2,03
0,77

Tidak hanya lemak yang dapat larut dalam pelarut, tetapi terdapat pula senyawa komponen organic lainnya yang bukan lemak larut dalam pelarutlemak (misal : pigmen, asam organic, klorofil, sterol, vitamin A,D,E,K) (Hilman, 1992)

  1. Hasil Praktikum Penentuan Serat Kasar
Serat  kasar  =  X 100%
Tabel 13. Hasil Penentuan Serat Kasar
No
Bahan
O (gr)
P (gr)
Q (gr)
R (gr)
SK (%)
1
Bungkil kedelai
0,96
1
19,38
17,69
73
2
Kelobot
0,99
1
16,143
14,86
29,36
3
Tepung ikan
1,01
1
25,87
24,67
19
4
Tepung erabang telur
1,05
1
16,4
15,05
29,5
5
Tepung kulit kerang
1,00
1
16,56
15,27
29
6
Tepung kulit nenas
0,99
1
28,87
23,45
43
7
Tepung kulit apel
0,99
1
16,57
15,47
11
8
Ampas tahu
0,99
1
17,76
12,27
34
9
Tepung legume stylo
1,08
1
15,07
13,67
32
10
Tepung bagasse
0,98
1
15,03
13,53
53
11
Dedak padi
1,00
1
16,07
14,84
18

Terdapat sebagian kecil senyawa organic yang tergolong serat masih dapat larut dalam asam dan basa encer, sehingga mengurangi nilai kandungan komponen serat.(Selvi,2001)
Serat kasar (SK) : adalah bahan organik yang tahan terhadap hidrolisis asam dan basa lemah. (Selvi,2001)

  1. Hasil Praktikum Bahan Ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
Tabel 14. Hasil Penentuan BETN
No
Bahan
BETN %
1
Bungkil kedelai
74,34
2
Kelobot
34,49
3
Tepung ikan
57,66
4
Tepung erabang telur
42,84
5
Tepung kulit kerang
53,19
6
Tepung kulit nenas
45,32
7
Tepung kulit apel
2,15
8
Ampas tahu
42,5
9
Tepung legume stylo
48,87
10
Tepung bagasse
58,2
11
Dedak padi
53,06

Ekstrak tanpa nitrogen diperoleh dengan jalan sbb: 100 - (5K + FE + PK + Abu). Ekstrak tanpa nitrogen terdiri dan karbohidrat yang mudah larut terutama pati yang kecernaannya tinggi. Energi yang dihasilkan sekitar 3,75-4,75 kcal/g. Rata-rata karbohidrat mengandung energi 4 kcal/g. Berdasarkan hasil analisis proksimat (analisis Weende) diperoleh nutrien yang terbagi dalam 7 komponen : Zat organik (Karbohidrat, Lemak, Protein, Vitamin) dan Zat anorganik (Air, Udara, Mineral). (Winarno, 1991)

4.5. Formulasi Ransum
Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum tentang Formulasi ransum adalah sebagai berikut:
Tabel 15. Penggunaan bahan pakan
No
Bahan pakan
Penggunaan (%)
PK (%)
SK (%)
EM (kkal/kg)
Lemak (%)
1
Tepung ikan
30
55,39
0,57
2640
11,67
2
BIS
11
16,91
11,64
1525
9,35
3
Jagung
38
6,93
1,96
3430
4,32
4
Dedak
16
8,23
22,31
1630
9,25
5
Minyak sawit
3
-
-
800
10,0
6
premix
2
-
-
-
-

Jumlah
100





Kebutuhan (%)

22-24
5-8
2500-2800
6-9

Analisis bahan makanan bertujuan untuk memperkirakan respon produktivitas dari ternak bila diberi ransum dengan komposisi bahan makanan tertentu. Bila data tertabulasi digunakan hendaknya dipahami bahwa suatu bahan makanan komposisinya bervariasi. Protein kasar, lemak, serat kasar, dapat bervariasi sekitar 15% dan energy minimal kurang lebih 10%. Oleh karena itu angka yang diperlihatkan dalam tabel hanya merupakan petunjuk dan karena itu disebut komposisi umum. Adapun kegunaan dari formulasi ransum adalah untuk menuangkan pengetahuan tentang zat atau beberapa zat makanan, bahan atau beberapa bahan makanan menjadi suatu bahan makanan atau ransum yang dapat memenuhi kebutuhan ternak yang mempunyai tingkat produksi tertentu yang dikehendaki oleh peternak, Anggorodi, 2000.
Sebelum memulai bermanipulasi dengan berbagai cara perhitungan, sebaiknya dimulai dengan langkah dan memperkirakan kebutuhan zat makanan dari ternak bersangkutan. Untuk itu dibutuhkan suatu table kebutuhan zat makanan yang akan digunakan sebagaia patokan, Anonim, 2001.
                                               
Tabel 16. Hasil perhitungan kandungan zat makanan berdasarkan penggunaan.
No
Bahan pakan
Penggunaan(%)
PK(%)
SK(%)
EM(kkal/kg)
Lemak(%)
1
Tepung ikan
30
16,77
0,71
792
3,50
2
BIS
11
1,86
1,28
167,7
1,02
3
Jagung
38
2,6
0,74
1303,4
1,64
4
Dedak
16
1,31
3,56
260,8
1,4
5
Minyak sawit
3
-
-
24
0,3
6
Premix
2
-
-
-
-

Jumlah
100
22,54
6,29
2547,9
7,94

Konsentrasi zat makanan dalam suatu ransum yang diharapkan untuk memenuhi kebutuhan fisiologi tergantung pada banyaknya konsumsi. Dalam praktek dapat terjadi bahan makanan yang mengandung serat kasar lebih tinggi kecernaanya dibanding dengan bahan makanan yang lebih banyak mengandung BETN. Salah satu sebab serat kasar masih penting diperlihatkan dalam table komposisi karena untuk mendapatkan nilai TDN, Hans, 2000.
Protein kasar tidak menggambarkan angka atau nilai protein dan yang bukan protein sejati dari suatu bahan makanan. Banyak table komposisi bahan makanan memperlihatkan protein dapat dicerna, akan tetapi berhubungan dalam feses banyak diperoleh dalam tubuh. Bila protein kasar dari 10% bahan kering, semua lebihnya dianggap tidak didegradasi, Sudirman 2002.

4.6. Mencampur Ransum
Adapun hasil dan pembahasan dari praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum yang berjudul Mencampur Ransum adalah sebagai berikut: Ransum adalah susunan dari beberapa bahan pakan dengan. perbandingan tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak. Jadi dengan mencampur beberapa jenis bahan pakan diharapkan kandungan gizi ransum sesuai dengan kebutuhan gizi ayam sehingga ayam dapat berproduksi dengan baik. Menyusun ransum dilakukan denagn cara kelompokkan dulu bahan-bahan makanan yang jumlahnya sedikit dan teksturnya halus sampai bahan pakan yang jumlahnya banyak dan bertekstur kasar.
Bahan pertama yang dimasukkan kedalam baskom adalah premix yang sedikit-sedikit dihomigenkan dengan minyak sawit, kemudian ditambahkan bungkil inti sawit dengan tetap penambahan minyak sawit sedikit demi sedikit selajutnya dengan jagung halus dan tepung ikan hingga homogen. Pada pencampuran dengan dedak, minyak sawit sudah dalam keadaan habis.
Jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung merupakan bahan sumber utama dalam ransum unggas sejak amerika serikat mampu berswasembada jagung. Jagung mempunyai kedudukan yang sangat penting ditinjau dari ospek pengusahaan dan penggunaan hasil, karena disamping bahan pakan juga berperan sebagai bahan pangan.  (Ika, 2003)
Dedak halus biasa. Merupakan hasil sisa dari penumbukan padi secara tradisional (disebut juga dedak kampung). Dedak halus biasa ini banyak mengandung komponen kulit gabah, juga selaput perak dan pecahan lembaga beras. Kadar serat kasarnya masih cukup tinggi akan tetapi sudah termasuk dalam golongan konsentrat karena kadar serat kasar dibawah 18%. Martabat Pati nya termasuk rendah dan hanya sebagian kecil saja yang dapat dicerna. Analisa nutrisi: 16.2% air, 9.5% protein, 43.8% bahan ekstrak tanpa N, 16.4% serat kasar, 3.3% lemak dan 10.8% abu serta nilai Martabat Pati (MP) nya 53. (Amrullah, 2003)
Tepung ikan adalah produk berkadar air rendah yang diperoleh dari penggilingan ikan. Produk yang kaya dengan protein dan mineral ini digunakan sebagai bahan baku pakan. Tepung ikan, Berasal dari ikan sisa atau buangan yang tidak dikonsumsi oleh manusia, atau sisa pengolahan industri makanan ikan, sehingga kandungan nutrisinya beragam, tapi pada umumnya berkisar antara 60 – 70%. Tepung ikan merupakan pemasok lysin dan metionin yang baik, dimana hal ini tidak terdapat pada kebanyakan bahan baku nabati. Mineral kalsium dan fosfornya pun sangat tinggi, dan karena berbagai keunggulan inilah maka harga tepung ikan menjadi mahal. Tepung ikan merupakan bahan baku yang memiliki kandungan protein paling tinggi. Tepung ikan yang dipakai sebagai bahan penyusun pakan, terutama pakan yang kandungan proteinnya tinggi seperti pakan udang, harus mengandung kadar protein di atas 65%. Penurunan kadar protein ini biasanya diimbangi dengan peningkatan kadar abu, yang pada akhirnya akan meningkatkan kadar abu pakan atau tidak terpenuhinya unsur nutrient dalam pakan seperti yang telah diformulasikan. Penggunaan tepung ikan di dalam pakan komersial biasanya berkisar antara 10% sampai 40%. Kisaran jumlah yang dipakai ini semata-mata hanya didasarkan pada pertimbangan harga, bukan dari aspek nurisi. Kualitas tepung ikan dipengaruhi oleh berbagai factor seperti kesegeran ikan dan metode pengeringannya. Metode vacuum dan steam merupakan cara pengeringan yang direkomendasi dalam pembuatan tepung ikan. Pengeringan dengan pengapian menyebabkan tepung tersebut terkena suhu yang sangat tinggi sehingga ketersediaan protein menjadi menurun, terjadi oksidasi lipid, serta terbentuk zat anti nutrient seperti histamine misalnya. (Supriono, 2004)
Bungkil inti sawit (BIS) merupakan salah satu hasil samping pengolahan inti sawit dengan kadar 45-46% dari inti sawit. BIS umumnya mengandung air kurang dari 10% dan 60% fraksi nutrisinya berupa selulosa, lemak, protein, arabinoksilan, glukoronoxilan, dan mineral. Bahan ini dapat diperoleh dengan proses kimia atau dengan cara mekanik. Walaupun BIS proteinnya rendah, tapi kualitasnya cukup baik dan serat kasarnya tinggi. Namun BIS memiliki palatabilitas yang rendah sehingga menyebabkan kurang cocok untuk ternak monogastrik dan lebih sering diberikan kepada ruminansia terutama sapi perah.

Tabel 17. Penyusunan Ransum
NNO
NAMA BAHAN PAKAN
PERSENTASE FORMULASI RANSUM
HASIL KONVERSI
1
JAGUNG
41 %
2050 gr
2
DEDAK
29 %
1450 gr
3
TEPUNG IKAN
26 %
1300 gr
4
BUNGKIL KELAPA
2 %
100 gr
5
TOP MIX
1 %
50 gr
6
MINERAL MIX
1 %
50 gr
JUMLAH
100 %
5000 gr

Penyusunan ransum harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Memperhatikan kualitas bahan pakan yang digunakan, Memperhatikan batasan maksimum dan faktor pembatasnya, Memperhatikan kebutuhan gizi sesuai dengan fase pertumbuhan ayam. Selain itu hal lain yang harus diperhatikan adalah mengetahui bahan mana yang harus dicampur terlebih dahulu agar hasilnya rata atau homogen. Jika ransum dibuat dalam jumlah kecil dapat dilakukan secara manual tetapi bila dalam jumlah besar dapat digunakan mesun pencampur atau mixer.

4.7. Energi Bruto
Untuk mempermudah mengetahui nilai energi bruto praktikan menggunakan beberapa bahan sampel seperti dedak, bungkil kelapa, rumput gajah, jagung giling yang kemudia dicetak berbentuk pellet dengan menggunakan pellet press dan diukur dengan timbangan analitik dengan kisaran 0,5-1 gram. Selajutnya ditentukan energinya dengan menggunakan unit bomb kalorimeter. Hal ini sesuai dengan pendapat Sri (2007) bahwa Sebelum sampel dimasukkan kedalam cawan bomb kalorimeter sampel dibentuk pelet dahulu kemudian ditimbang, agar mudah untuk menghitung energinya.
Adapun rumus yang digunakan dalam menentukan energi bruto pada sampel bahan pakan:
Energi (Kal/gram) = (TA – TM) x W – E1 – E2
                                                Berat sampel x % BK
Oleh karena itu, dalam memperoleh hasil energi bruto yang diperoleh dari beberapa bahan sampel yang digunakan dalam pembuatan pelet tersebut maka kita harus mengetahui suhu awal, suhu akhir, berat sampel dan kabar bahan kering dari masing-masing bahan. Perhitungan dari energi ditentukan dulu energi ekuivalen asam benzoat, suhu awal dan suhu akhir, volume titrasi serta jumlah kawat terbakar (Teja, 2008).



















PENUTUP
Kesimpulan
Dari praktikum BPFR ini dapat diambil beberapa kesimpulan sesuai dengan berbagai praktikum yang telah dilakukan. Pada praktikum pengenalan bahan pakan dapat diambil kesimpulan bahwaini bahan pakan dapat dibedakan berdasarkan kandungan nutrisinya dan sebagian bahan pakan tersebut terdiri dari rumput-rumputan dan kacang-kacangan. Pada praktikum analisis proksimat dapat diambil kesimpulan bahwa kandungan gizi yang terkandung dari setiap bahan pakan berbeda-beda. Kandungan gizi ini meliputi kadar air, kadar bahan kering, kadar protein kasar, kadar lemak kasar, kadar serat kasar, kadar abu, dan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen. Pada praktikum formulasi ransom dapat diambil kesimpulan bahwa penyusunan kandungan bahan makanan didasarkan pada kebutuhan nutrisi ternak. Dan pada praktikum menyusun ransum dapat diambil kesimpulan bahwa  penyusunan kandungan bahan makanan didasarkan pada kebutuhan nutrisi ternak serta harus mengetahui bahan-bahan makanan yang merupakan sumber energi, protein, mineral bagi ternak.

Saran
Setelah melakukan praktikum ini saya menyarankan kepada setiap mahasiswa yang melakukan praktikum hendaknya dapat lebih teliti lagi dalam melakukan praktikum dan hendaknya  setiap mahasiswa dapat mendalami praktikum yang telah dilakukan sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.






DAFTAR PUSTAKA
Agustono, dkk. 2005. Hijauan Pakan Ternak. Bumi Aksara. Yogyakarta
Anonymous. 2008. Bahan Pakan dan Ransum Ternak Unggas. Penerbit Eka Offset. Semarang.
Anggorodi, Raden. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: Gramedia.
Anonim,. 1997 Analisis Proksimat. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta.
Brenndorfer, 2005. Penentuan Bahan Kering http://belog.web.id/archives/ penetapan-kadar-bahan-kering (diakses 4 desember 2010)
Banarje 1998. Pengenalan Analisis Proksimat. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta.
Buckle. 1985. Ilmu Pangan. Jakarta: Penerbit UI-PRESS.
Elihasridas. 2004. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Jakarta: UI – PRESS.
Girinda. 1996 Bahan Pakan dan Formulasi Ransum Prosimat. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta.
Hartadi.1993.  Bahan Pakan dan Formulasi Ransum Prosimat. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta.
Hilman. 1992. Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi Onggok sebagai Pakan Broiler. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Haritadi, 2003. Suplemen Makanan Ternak. Seribu Pena. Bogor. Indonesia
H. Arida. 2000. Ilmu Pangan. Jakarta: Penerbit UI-PRESS.
Kartadisastra, H.R. (2000). Penyediaan & Pengelolaan Pakan ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Yogyakarta, Kanisius
Kanisius, A A. 1983. Hijauan Makanan Ternak. Yogyakarta: Kanisius.
Murtidjo, B A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Yogyakarta: Kanisius.
Neraca, 2001. Jenis Pakan Ternak. Gramedia. Jakarta
Prawirokusumo. 1993. Ilmu Gizi Komparatif. Yogyakarta: UGM.
Rasyaf. 2001. Metode Kuantitatif Industri Ransum Ternak, Programa Linier. Yogyakarta: Kanisius.
Prawirokusumo. 1993. Ilmu Gizi Komparatif. Yogyakarta: UGM.
Rasyaf, Muhamad. 1990. Metode Kuantitatif Industri Ransum Ternak, Programa Linier. Yogyakarta: Kanisius.
Samanta .2001.Prosiding Makalah Nasional Biologi 4.Botani  Keanekaragamam Hayati dan Propeksnya dimasa Depan.November.Surabaya.Hal 185-187.
Suseno, 2000.Ilmu Makanan Ternak.PT Gramedia.Jakarta.
Santoso, Urip. 1987. Limbah Bahan Ransum Unggas Yang Rasional. Jakarta: Bhratara karya aksara.
Santoso, Urip. 1987. Limbah Bahan Ransum Unggas Yang Rasional. Jakarta: Bhratara karya aksara.
Siregar, A.P., M. Sabrani dan Pramu Suroprawiro. 1982. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Edisi 2. Jakarta: Margie Group.
Santoso. 2008. Limbah Bahan Ransum Unggas Yang Rasional. Jakarta: Bhratara karya aksara.
S. Almatsier. 2005 Pedoman Meramu Pakan Unggas. Yogyakarta: Kanisius.
Sudarno, 2002. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Ke- 6. Fakultas Peternakan. Universitas Gajah Mada. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Suratno. 2001. Pemanfaatan hasil samping industri kelapa sawit sebagai bahan pakan ternak sapi potong. In.: Sistem Integrasi Kelapa Sawit‑Sapi. Pros. Lokakarya Nasional. Hal. 110‑119. Dept. Pertanian, Pemda Prov. Bengkulu dan P.T. Agricinal. Bengkulu
Tilman. 1997.  Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia serta Analisisnya . Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Winarno. 1991. Ikhtisar Ruminologi. Departemen Ilmu dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wiratno, 2000. Pengaruh suplementasi mineral organik (Zn-Proteinat, Cu-Proteinat) dan amonium molibdat terhadap performans domba lokal. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Wikipedia. 2010. Sampling. http://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_sampling (diakses 4 desember 2010)
Yeti. 2010. Kandungan Zat Makanan. PT Gramedia. Jakarta









Tidak ada komentar:

Posting Komentar