PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pakan merupakan sesuatu yang dapat dimakan oleh
ternak baik itu yang bersumber dari protein hewani dan nabati, sumber energi,
sumber mineral dan sumber-sumber yang lain yang akan mencukupi kebutuhan dari
ternak.
Pengenalan alat-alat laboratorium
penting dilakukan untuk keselamatan kerja saat melakukan penelitian. Alat-alat
laboratorium biasanya dapat rusak atau bahkan berbahaya jika penggunaannya
tidak sesuai dengan prosedur (Plummer, 1987). Sebab pentingnya dilakukan pengenalan
alat-alat laboratorium adalah agar dapat diketahui cara-cara penggunaan alat
tersebut dengan baik dan benar, Sehingga kesalahan prosedur pemakaian alat
dapat diminimalisir sedikit mungkin. Hal ini penting supaya saat melakukan
penelitian, data yang diperoleh akan benar pula. Data-data yang tepat akan
meningkatkan kualitas penelitian seseorang..
Salah satu faktor yang mempengaruhi
kualitas produk pakan adalah bahan pakan yang berkualitas. Kualitas bahan pakan
dapat diketahui dengan melakukan pengujian dan pemeriksaan terhadap
kualitasnya.
Analisis
Proksimat disebut juga dengan
analisis weende, yang menemukan hennerberg dan Stohmann (1856-1863 ) artinya
analisis yang mendekati dengan hasil yangsesungguhnya.Bahan makanan adalah
segala sesuatu yang dapat dimakan. Tetapi tidak semua bahan makanan mempunyai
nilai manfaat bagi tubuh. Bagian dari
bahan makanan yang dapat dicerna, diserap serta bermanfaat bagi tubuh disebut
zat makanan. Zat makanan terdiri dari 6 jenis, yakni ; air, karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral.Uji proksimat adalah uji analisis terhadap
suatu bahan yang menyangkut kadar air, protein, kadar abu, lemak dan serat.
Untuk menguji kadar air suatu bahan pakan dapat dilakukan dengan cara oven.
Kandungan yang terdapat
pada energi bruto di dalam bahan organic dapat dicerminkan dengan melihat
kondisi yang terjadi dari proses oksidasi yang dilakukan didalam mencari energi
bruto tersebut. Besarnya energi kimia juga sangat dipengaruhi dengan adanya ratio
antar C/H dengan atom O dan N.
Banyaknya
kandunagan energi bruto didalam bahan makanan sangat tergantung pada
komposisi dari karbohidrat, protein dan lemak yang terdapat dalam bahan makanan
tersebut. Nilai energi bruto dari berbagai bahan makanan bermacam- macam
dan tidak menentu, akan tetapi secara umum telah ditetapkan nilai energi bruto
untuk KH = 4,15 kkal/kg, protein = 5,65 kkal/kg, dan lemak = 9,45 kkal/kg. (Ella Hendalia, et.al. 2008).
Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari pratikum bahan
pakan dan formulasi ransum (BFPR) dalah agar mahasiswa dapat mengambil sampel secara benar dan
representative dalam pengambilan sample perlu diperhatikan, sebab apabila tidak
hati-hati maka sample tersebut akan rusak dan tidak bisa digunakan lagi untuk
menganalisis pakan ternak dan menyesuaikan kandungan nutrisi bahan pakan untuk
ternak.
Maka dari itu manfaat
yang didapatkan dari praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum adalah mahasiswa harus dituntut untuk dapat belajar untuk
menyusun suatu sample yang akan digunakan dan dan menyusun suatu formula ransum sesuai dengan tjuan dan
kebutuhan ternak dan mendapatkan pengalaman cara-cara mencampur ransum secara manual.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengenalan Alat–alat Laboratorium
Adam (2001) menyatakan bahwa
setiap alat-alat laboraorium memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda.
Bradford ﴾2005﴿
menyatakan bahwa bentuk-bentuk yang berbeda pada alalt-alat laboratorium
memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda.
Choct, M. (2000), menyatakan
bahwa cara penggunaan alat-alat laboratorium berbeda dikarenakan fungsi,
bentuk, rupa dan karakter yang berbeda di setiap alat-alat laboratorium.
Ketaren,﴾2000), menyatakan bahwa setiap alat –alat lab
memiliki fungsi masinng – masing dan mempunyai peranan yang berbeda-beda.
Parning,
(2000) menyatakan bahwa biasanya alat-alat laboratorium yang digunakan pada
suatau analisis memiliki karakter khusus penggunaan dan fungsinya.
Sunarso et al. (2009)
menyatakan bahwa alat-alat laboratorium tidak semudah menggunakan alat-alat
yang biasa digunakan pada penelitian.
Trobos (2008) menyatakan bahwa alat-alat laboratorium sensitive penggunannya
tergantung atas pemakaiannya.
2.2. Pengenalan Bahan Pakan
Bahan pakan harus disesuaikan dengan komposisi pakan
dari ternak itu sendiri sebab di dalam pemberian pakan harus disesuaikan berapa
yang harus diberikan kepada ternak (Anshory,
1997).
Pakan ternak terdiri dari sumber protein, sumber energi
dan sumber mineral, jika semua bahan tersebut di campur secara homogen maka
akan terbentuk suatu komposisi pakan yang akurat (Benson, 1991).
Bahan pakan harus disesuaikan
dengan komposisi pakan itu sendiri sebab dalam pemberian pakan harus
disesuaikan (Jamestown, 1997).
Pakan ternak terdiri dari
sumber protein, sumber energi dan sumber mineral, jika semua bahan tersebut di
campur secara homogen maka akan terbentuk suatu komposisi pakan yang akurat (Joseph, 1991).
Pakan yang mengandung protein dapat meningkatkan
ketahanan tubuh dan dapat menjadi kekebalan tubuh terhadap virus-virus yang
merugikan (Mozes, 1986).
Pakan merupakan sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak
baik itu yang bersumber dari protein hewani dan nabati, sumber energi, sumber
mineral dan sumber-sumber yang lain yang akan mencukupi kebutuhan dari ternak (Parning,
2000).
Bahan pakan merupakan segala sesuatu yang dapat dimakan
dicerna dengan sempurna atau sebagian dan tidak menimbulkan efek toksin (racun)
pada ternak (Nurhayati, et all, 2008).
Diantara bahan pakan sumber protein tepung ikan
merupakan bahan pakan yang paling baik dan superior dibandingkan dengan yang
lainnya (Nurhayati, et all, 2008).
Protein nabati meskipun kualitasnya lebih rendah dari
protein hewani tetapi ada zat-zat dalam protein nabati yang tidak terdapat
dalam protein hewani dalam bentuk prekusaor-prekusor vitamin (Anggorodi.R, 1997).
Bungkil kedele, ampas tahu ,merupakan bahan pakan sumber
protein nabati yang lazim digunakan sebagai pakan ternak (Parrakkasi.a. 1995).
Bahan pakan sumber energi yang utama adalah bahan pakan
yangkandungan utamanya berupa karbohidrat yang mana lebih mudah dimetabolisme
daripada energi yang berasal dari lemak (Tobing.L.R.
1995).
Bahan pakan sumber energi antaralain jagung, sorghum,
beras, dedak padi, hijauan, serta minyak yang merupakan sumber energi yang
berasal dari lemak yang berbentuk cairan (Anggorodi.R. 1997).
Dedak padi atau sekam padi merupakan hasil ikutan bahan
penggiling beras yang masih bisa dimanfaat sebagai bahan pakan sumber energi
yang berbentuk bubuk (tepung) (Trobos,
2007).
Bahan-bahan pakan sumber mineral antara lain tepung
tulang, tepung kulit kerang, mineral supplement (Hendaka, et al. 2008).
Bahan-bahan sumber vitamin lebih banyak dalam bentuk
teblet atau bubuk yang diproduksi secara modern oleh indutri-iondustri bidang
peternakan (Trobos, 2008).
Bahan-bahan pemalsu pakan merupakan bahan-bahan yang bentuk, tekstur
hampir sama dengan bahan pakan yang dipalsukan akan tetapi satu hala yang sulit
untuk dipastikan yaitu bau (Parrakkasi.A.
1995).
Hijauan merupakan bahan pakan utama ternak rumanisia
yang merupakan sumber energi yang diperoleh dari pencernaan serat (Parrakkasi.A. 1995).
Untuk mengatasi masalah-masalah pada ternak antara lain
mempercepat parfum bahan, memperpanjang masa produksi telur, mengobati/
menghindari serangan penyakit dll. Sebaiknya ternak diberikan obat-obatan yang
diproduksi industri obat-obatan dan vitamin supplement (Trobos, 2008).
2.3. Preparasi
Sampel
Adnan, P. 2001, menyatakan bahwa
pada preparasi sampel, terdapat tehnik pemanfaatan bahan pakan dengan konversi
penggunaan bahan pakan yang sesuai pada standardnya.
Chaplin, M.F. dan C. Bucke.
2006, menyatakan bahwa menyamakan sampel dalam kebutuhan yang akan
dipakai dalam analisis, serta membandingkan antara struktur sampel yang besar
dengan yang kecil dalam pengambilannya, dan diratakan untuk kualitasnya adalah
tehnik homogenitasi bahan pakan untuk preparasinya.
Choct, M. 2000, yang
menyatakan bahwa pada sebagian ternak memanfaatkan bahan pakan sebanyak 10 %
dari bobot badannya, demikian untuk pemanfaatan dalam analisis preparasinya
sekitar 10% daripada jumlah bahan pakan yang digunakan dari total berat
penimbangannya.
Egerht. H. 2008, menyatakan
bahwa hijauan dengan kualitas yang diunggulkan, untuk pemanfaatannya terhadap
ternak akan menghasilkan bahan kering yang kecil dibandingkan dengan bahan
segarnya sekitar 80 %.
Fakri, S. 2010, menyatakan
bahwa sampel yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti rerumputan, biji-bijian,
buah-buahan, hasil ikutan produksi pertanian dan pangan maupun berasal dari
hewan dan ikutan lainnya, sebelum dikeringkan bahan segar dipotong-potong untuk
mendapatkan partikel yang lebih kecil agar dapat dengan cepat kering.
Fardiaz, S. 2000, menyatakan bahwa jangka penyimpanan bahan
pakan yang lama, akan mempercepat aktifitas kimiawis daripada enzim yang berada
dalam bahan pakan, sehingga untuk penyediaannya, bahan pakan tidak mengandung
kualitas yang baik ataupun unggul dalam kandungan zat makanannya bagi ternak.
Gusriyanti, 2006, menyatakan bahwa jangka pengambilan sampel
harus dilakukan dengan aselektif dan selektif dan penyimpanan bahan pakan yang
lama, akan mempercepat aktifitas kimiawis daripada enzim yang berada dalam
bahan pakan, sehingga untuk penyediaannya, bahan pakan tidak mengandung
kualitas yang baik ataupun unggul dalam kandungan zat makanannya bagi ternak.
Kanisius, 2002, menyatakan bahwa fisik
bahan pakan stelah dipreparasikan harus pada keseimbangan yang
diharapkan, karena dalam kelayakannya sebagai bahan pakan untuk ternak akan
berakibat fatal dalam pemanfaatannya.
Parakkari.
2004, mengatakan bahwa, Air
merupakan salah satu komponen utama dalam bahan dan produk pangan karena kandungan
air dalam bahan cukup besar jumlahnya, dapat mempengaruhi penampakan, tekstur,
serta cita rasa. Pada penentuan kadar air pada bahan pakan digunakan metode
oven atau pengeringan yaitu mengeringkan bahan didalam oven selama 12-16 jam
terlebih dahulu dengan suhu 105ÂșC. Berdasarkan hasil pengujian dari beberapa
macam bahan pakan, diperoleh kadar air yang terdapat pada table diatas. Hijuan merupakan bahan pakan ternak yang
mempunyai kadar air yang tinggi sekitar 70-80% dari Hijuan.
Tobing.L.R,
2001, yang menyatakan bahwa
untuk mengakumulasikan dalam perolehan bahan kering yang sesungguhnya dari
suatu bahan, harus diperoleh berat kering bahan udara (partial dry matter) yang
dikalikan dengan berat bahan kering oven (dry matter). Dan menyatakan bahwa dalam analisis pengambilan
sampel bahan pakan untuk ternak, dapat menggunakan 2 buah rumus preparasi bahan
yang secara benar dan representatif
yaitu secara selektif dan aselektif.
Tilman,
S. 2008, yang menyatakan
bahwa dunia ransum ternak unggas adalah dunia untuk analisis zat dalam bahan
pakan ternak, analisis sangat mendorong terhadap persepsi setiap peternak dalam
mempreparasikan bahan pakan untuk analisis zatnya dalam takaran kebutuhan yang
tertentu.
Uripsantoso. 2010, yang
menyatakan bahwa pada penentuan kadar air seharusnya sangat berpengaruh pada
lamanya melakukan pengeringan oleh sebab itu analisis preparasi bahan pakan,
bahan pakan yang diakumulasikan terhadap zatnya sangat identik dengan faktor
luar yang dapat mengganggu aktifitas pengujiannya. Seperti: tekanan udara besar saat penimbangan
bahan kering bahan pakan.
2.4. Analisis Proksimat
Pakan merupakan sesuatu yang dapat dimakan oleh
ternak baik itu yang bersumber dari protein hewani dan nabati, sumber energi,
sumber mineral dan sumber-sumber yang lain yang akan mencukupi kebutuhan dari
ternak.. (Anonim, 2006).
Analisis
Proksimat disebut juga dengan
analisis weende, yang menemukan hennerberg dan Stohmann (1856-1863 ) artinya
analisis yang mendekati dengan hasil yangsesungguhnya.Bahan makanan adalah
segala sesuatu yang dapat dimakan. Tetapi tidak semua bahan makanan mempunyai
nilai manfaat bagi tubuh. Bagian dari
bahan makanan yang dapat dicerna, diserap serta bermanfaat bagi tubuh disebut
zat makanan. Zat makanan terdiri dari 6 jenis, yakni ; air, karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral.Uji proksimat adalah uji analisis terhadap
suatu bahan yang menyangkut kadar air, protein, kadar abu, lemak dan serat.
Untuk menguji kadar air suatu bahan pakan dapat dilakukan dengan cara oven.
(Anggorodi, 2000).
PENENTUAN KADAR AIR
Kadar air suatu bahan makanan ternak
perlu untuk diketahui, hal ini disebabkan oleh kerusakan yang dapat terjadi
jika bahan mkanan ternak mengandung kadar air yang tinggi. kadar air suatu
bahan pakan ditentukan sebagai % kehilangan bobot sampel bahan pakan makanan
setelah dikeringkan dalam oven sampai bobotnya tidak susut lagi (Allend,2001)
Beberapa bahan makanan ternak,
terutama hijaun yang dilakukan pengawetan seacar basah, seperti silase,
memerlukan analisis yang berbeda untuk menetukan kadar airnya.. dengan
menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven dengan suhu 100°-105°C
dalam jangka waktu tertentu (3-24 jam) hingga seluruh air yang terdapat dalam
bahan menguap atau penyusutan berat bahan tidak berubahlagi. (Arora, 2009).
Tiap bahan makanan selalu mengandung
air,makanan hijauan selalu mengandung air kurang lebih 75-90%, sedangkan
makanan ynag Nampak kering masih mengandung air kira-kira10%.seriap bahan
makanan mengandung air dan baha kering yang terdiri atas zat yang mengandung N
[protein murni dan amiden] (Anggorodi, 1969).
PENENTUAN KADAR ABU
Komponen abu tidak memberikan nialai
makaknan yang penting karena abu tidak mengalami pembakaran sehingga tidak menghaasilkan energy.jumlah abu dalam
bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan bahan ekstrak tanpa
nitrogen.meskipun abu terdiri dari
komponen mineral namun bervariasinya koposisi unssur mineral dalam bahan
pakan asal tanaman menyebabkan abu tidak dapat dipakai sebagai indeks unuutuk
menentukan jumlalh unsure mineral
tertentu.kadar abu suatu bahan makanan ditentukan dengan pembakkaran bahan tersebut pada suhu
tinggi (500-600)
I pada suhu tinggi bahan organic yang ada
akan terbakar dan sisanya merupakan abu. (Sudarmadji, 2001)

Kadar mineral yang Ditentukan secara
pembakaran didalam tanur tidak
menggambabrkan mineral apa saja yang ada
didalam bahan makanan
tersebut(Parrakasi,1999).dalam hai ini (Allend,1982) juga menyatakan bhwa kadar
mineral yang diperoleh dari analisis proximat
hanya member gambaran kasar tentang kandungan mineral suatu bhan pakan.
Oleh karena itu kadar abu sering disebut ASH, buksn disebur mineral. (Arif,
2006)
Bahan kering dihitung sebagai selisih antara 100% dengan %
kadar air. sebagian bahan kering mengandung bahan organik (mineral).kadar air
mineral ditentukan dengan membakar sampel bahan pakan pada tanur suhu 400-600
selama 6 jam, semua bahan organic akan menguap,yang tinggal adalah abu.
Pengukuran kadar abu bertujuan untuk mengetahui besarnya kandungan mineral dalam bubuk coklat. Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organil. Penentuan kadar abu berhubungan dengan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan. Pada prinsipnya dengan membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600°C selama 3-8 jam sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam bahan. (Arora, 2009).

Pengukuran kadar abu bertujuan untuk mengetahui besarnya kandungan mineral dalam bubuk coklat. Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organil. Penentuan kadar abu berhubungan dengan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan. Pada prinsipnya dengan membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600°C selama 3-8 jam sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam bahan. (Arora, 2009).
PENENTUAN KADAR PROTEIN KASAR
Protein merupakan salah satu zat
makanan yang berperan dalam penentuan produktifitas ternak.kelemahan analisis
proximat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang
digunakan.pertama diasumsikan bahwa
semua nitrogen bahan pakan merupakan protein padahal padakenyataannya tidak
semua nitrogen berasal dari protein dan kedua bahwa kadar nitrogen 16% tetpai
kenyataanya kadar nitrogen protein tidak selalu 16%.penetuan kadar protein
melalui metode kjeldahl dilakukan melalui tahap-tahap diantaranya prosses
destruksi(oksidasi), proses destilasi(penyulingan), dan proses titrasi.
(Hunter, 2002).
Beberapa penelitian menunjukan bahwa
mungkin perlu mengetahui bagian-bagian yang larut dan tak larut dari protein
kasar. Protein kasar tidak menggambarkan angka atau nilai protein yang bukan
protein sejati dari suatu bahan makanan. Protein adalah senyawa organik
kompleks yang mempunyai berat molekul yang besar.Lemak merupakan senyawa yang
sangat penting bagi makhluk hidup. (Sudarmadji, 2001)
Penetapan nilai protein kasar
dilakukan secara tidak langsung, karena analisis ini didasarkan pada penentuan
kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan.pada dasarnya kandungan nitrogen yang diperoleh dikalikan
dengan angka 6,25 sebagai angka konversi menjadi nilai protein. Nilai 6,25
diperoleh dari asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen(perbandingan
protein : nitrogen =100 :16 = 6,25:1). (Arora, 2009)
Penentuan nitrogen dalam analisis ini
melalui tiga tahapan analis kimia :
Destruksi yaitu menghancurkan bahan menjadi komponen sederhana, sehingga nitrogen dalam bahan terurai dari ikatan organiknya. Nitrogen yang terpisah diikat olehH2SO4menjadi(NH4)2SO4. . (Hunter, 2002).
Destruksi yaitu menghancurkan bahan menjadi komponen sederhana, sehingga nitrogen dalam bahan terurai dari ikatan organiknya. Nitrogen yang terpisah diikat olehH2SO4menjadi(NH4)2SO4. . (Hunter, 2002).
Destilasi
yaitu Pengikatan komponen organik
tidak hanya kepada nitrogen saja, tetapi juga terhadap komponen lain, oleh
karena itu nitrogen harus diisolasi. Untuk melepaskan nitrogen dalam larutan
hasil destruksi adalah dengan membentuk gas NH3. Pemberian NaOH 40% akan
merubah (NH4)2SO4 menjadi NH4OH. NH4OH bila dipanaskan akan berubah menjadi gas
NH3 dan air, yang kemudian dikondensasi. NH3 akhirnya ditangkap oleh larutan
asam borat 5% membentuk (NH4)3BO3.sedangkantitrasiNitrogen dalam (NH4)3BO3 ditentukan jumlahnya
dengancaradititrasidenganHCl. (Iwan. 2009)
Dalam penentuan kadar protein kasar
sampel dianalisis dengan metode kjeldahl.semua turunan tubuuh hewan mengandung
banyak protein,kadarnya sekitar 15-17%. Protein terbentuk dari asam
amino,beberapa asam amino tidak dapat tidak dapat dibentuk didalam tubuh
hewan,oleh karena itu harus harus
tersedia dalam ransum.ransum yang mengandung protein snagat penting artinya bagi pertumbuhan
seekor ternak(Annonimous,1973).manfaat dari pritein adalah untuk pertumbuhan
badan,mengganti jringan yang rusak,dan untuk berproduksi dalam menghasilkan
ddaguung dan susu(soeradji,1957)
Protein kasar diperoleh dan
hasil penetapan N X 6,25 (protein rata-rata mengandung N 16 %). Protein
merupakan kumpulan asam amino yang saling diikatkan dengan ikatan peptida. (Arif, 2006)
Energi protein 5,50 kcal/g,
bila digunakan sebagai energi 1,25 kcal/g keluar sebagai urea dan setiap unit
protein, tinggal 4,25 kcal/g. Oleh karena digesti protein tidak sempurna, nilai
energi berkurang 0,25 kcal/g jadi tinggal 4 kcal/g.
PENENTUAN KADAR LEMAK KASAR
Istilah lemak kasar menggambarkan bahwa zat dimaksud bukan hanya mengandung
senyawa yang tergolong kedalam lemak,tetapi termasuk senyawa lain.kandungan
lemak suatu bhan pakan dapat detentukan dengan metode soxlet yaitu proses
ekstrtaksi suatu bahan dalam tabung soxlet dengan menggunakan bahan pelarut
lemak seperti eter, kkloroform, atau benzenena. (Arif, 2006)
Bahan organic yang larut dalam pelarut
organic disebut lemak,sedagkan yang tidak larut dalam pelarut organic diebut
karbohidrat.dalam nalisisproximat kadar lemak ditentukan dengan mengekstrak
sampel bahan makanan didalam pelarut organic .lemak juga merupakan trigliserida
yaitu ester gliserol dari asam lemak.oleh karena itu didalam ekstraksi
sampel makanan bukan hanya lemak saja
yang diekstrak,akan tetapi semua yang larut pelarut tersebut. (Sudarmadji,
2001)
Kadar lemak memperlihatkan jumlah
lemak kasar(semua zat yang larut dalam eter)ynag dikandung oleh bahna
makanan(K.A.Buckle,1997).lemak merupakan unsure penying dalam abbhan
organic.slah satu senyawa yang mengandung energy ynag cukup besar adalah lemak. Seperti yang
telah dinyatakan oleh (Siregar1990)Fungsi lemak antara lain sebagai sumber energi yang lebih kaya serta sebagai penyekat
organ-organ tertentu. . (Hunter, 2002).
Kadar energi lemak yang tinggi dapat
meningkatkan energyPada prinsipnya dengan melarutkan (ekstraksi) lemak yang
terdapat dalam bahan dengan pelaut lemak (ether) selama 3-8 jam. Ekstraksi
menggunakan alat sokhlet. Beberapa pelarut yang dapat digunakan adalah
kloroform, heksana, dan aseton. (Wikipedia. 2010)
Lemak yang terekstraksi (larut dalm pelarut)
terakumulasi dalam wadah pelarut (labu sokhlet) kemudian dipisahkan dari
pelarutnya dengan cara dipanaskan dalam oven suhu 105°C. Pelarut akan menguap
sedangkan lemak tidak (titik didih lemak lebih besar dari 105°C, sehingga tidak
menguap dan tinggal di dalam wadah). Lemak yang tinggal dalam wadah ditentukan
beratnya. (Arif, 2006)
PENENTUAN KADAR SERAT KASAR
Serat kasar merupakan bagian dari
karbohidrat dan didefinissikan sebagai fraksi yang tersisa setelah didigesti
dengan larutaa asam sulfat standar dan
sodium hidroksida pada kondisi yang terkontrol.serat kasar yang terdapat dalam
bahan makanan sebgaian besar tidak dapat dicerna pada ternak non ruminansia
namun digunakan secara luas pada ternak ruminansia.sebgaian besar berasal dari
dinding sel tumbuhan dan mengndun selulosa,hemiselulosa dan lignin.pengukuran
seratb kasar dapat dilakukan dengan menghilangkan semua bahan yang larut dalam asam dengan pendidihan
dalam asam sulfat. (Hunter, 2002).
Bahan makanan yang mengandung banyak
serat kasar lebih tinggi kecernaannya dibanding bahan makanan yang lebih banyak
mengandung bahan ekstrak tanpa nitrogen. Penggunaan serat kasar adalah kadar
ligninnya yang tidak dapat dicerna bervariasi dengan prosedur analisis serat
kasar. (Arif, 2006)
Pada prinsipnya komponen dalam suatu bahan yang tidak dapat
larut dalam pemasakan dengan asam encer dan basa encer selama 30 menit adalah
serat kasar dan abu sebagaimana pendapat
(Allend,1982) yang menyatakan bahawa serat kasar adlah karbohidrat yang tidak
larut setelah dimasak berturut-turut dalam Lurtan asam sulfat dan NaOH. Untuk
mendapatkan nilai serat kasar, maka bagian yang tidak larut tersebut (residu)
dibakar sesuai dengan prosedur analisis abu. Selisih antara residu dengan abu
adalah serat kasar. (Ridwan. 2002)
Masalah utama dari penguanaan serat
kadar adalah ligninnya(yang tidak dapat dicerna) bervariasi bila proses
analisisnya menggunakan prosedur analisis serat kasar seperti yang disebutkan
dalam metode weende(analisis proximat). Materi yang hilang dalam metode
tersebut adalah bahan extrak tanpa nitrogen (BETN) sebagaimana yang telah dikemukakan (K.A.Buckle,1997)
PENENTUAN BAHAN EKSTRAK TANPA NITROGEN
Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lalinnya seperti abu, protein kasar, serat
kasar, dan lemak kasar. Hal ini disebabkan penentuan kandungan BETN hanya
berdasarkan perhitungan dari zat-zat yang tersedia.bias yang ditemukan pada
perhitungan tersebut tergantung pada keragaman hasil yang diperoleh. (Ridwan.
2002)
Hal ini sesuai dengan pendapat
(Siregar,1990).yang menyatakan bahwa kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lalinnya seperti abu, protein kasar, serat kasar,
dan lemak kasar. Hal ini disebabkan penentuan kandungan BETN hanya berdasarkan
perhitungan dari zat-zat yang tersedia.semula BETN diperkirakan leih mudah dicerna dibandingkan serat kasar,
namun dalam banyak kasus serat kasar lebih tinggi kecernaanya dibandingkan
dengan makanan yang lebih banyak mengandung
BETN. (Anonim. 2006)
Untuk mengetahui komposisi
susunan kimia dan kegunaannya suatu bahan pakan dilakukan analisis kimia yang
disebut analisis proksimat. Cara ini dikembangkan dan Weende Experiment Station
di Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun 1865, dengan menggolongkan
komponen yang ada pada makanan.
(Arif, 2006)
2.5. Formulasi
Ransum
Pakan merupakan sesuatu yang dapat dimakan oleh
ternak baik itu yang bersumber dari protein hewani dan nabati, sumber energi,
sumber mineral dan sumber-sumber yang lain yang akan mencukupi kebutuhan dari
ternak (Anonim,
2006).
Salah satu faktor yang mempengaruhi
kualitas produk pakan adalah bahan pakan yang berkualitas. Kualitas bahan pakan
dapat diketahui dengan melakukan pengujian dan pemeriksaan terhadap
kualitasnya. (Arif, 2006).
Formulasi adalah pencampuran atau
penggabungan 2 bahan atau lebih. Sedangkan ransum adalah Campuran dari
berbagai macam bahan makanan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak
baik dalam jumlah maupun kualitasnya. (Iwan, 2009)
Penyusunan formulasi ransum
bertujuan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi seperti: energi, protein, vitamin dan mineral agar produktifitas
ternak dapat maksimal. Atau dengan kata lain, menyediakan ransum yang
baik secara nutrisional, agar dapat dikonsumsi dalam jumlah yang
cukup untuk mendukung tingkat produksi pada harga yang layak. (Ridwan, 2002)
Sebelum menyusun formulasi ransum,
terlebih dahulu harus diketahui berapa kebutuhan ternak. Selanjutnya memilih
bahan makanan yang dapat memenuhi persyaratan nutrisi dan ekonomis. (Wikipedia,
2010)
2.6. Mencampur
Ransum
Pakan
merupakan sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak baik itu yang bersumber dari
protein hewani dan nabati, sumber energi, sumber mineral dan sumber-sumber yang
lain yang akan mencukupi kebutuhan dari ternak. (Anonim, 2006).
Ransum
adalah susunan dari beberapa bahan pakan dengan. perbandingan tertentu sehingga
dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak. Jadi dengan mencampur beberapa jenis
bahan pakan diharapkan kandungan gizi ransum sesuai dengan kebutuhan gizi ayam
sehingga ayam dapat berproduksi dengan baik.
Metode
yang digunakan untuk menyusun ransum ternak diantaranya adalah metode coba-coba
atau trial and error method,
metode persamaan simulat, metode matriks dan metode persamaan linear. Macam-macam
metode tersebut pada prinsipnya sama, hanya teknis penghitungannya yang
berbeda.
Penyusunan
ransum harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : Memperhatikan kualitas
bahan pakan yang digunakan, Memperhatikan batasan maksimum dan faktor
pembatasnya, Memperhatikan kebutuhan gizi sesuai dengan fase pertumbuhan ayam.
Selain itu hal lain yang harus diperhatikan adalah mengetahui bahan mana yang
harus dicampur terlebih dahulu agar hasilnya rata atau homogen. Jika ransom
dibuat dalam jumlah kecil dapat dilakukan secara manual tetapi bila dalam
jumlah besar dapat digunakan mesun pencampur atau mixer.
Jagung
merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung merupakan bahan sumber
utama dalam ransum unggas sejak amerika serikat mampu berswasembada jagung.
Jagung mempunyai kedudukan yang sangat penting ditinjau dari ospek pengusahaan
dan penggunaan hasil, karena disamping bahan pakan juga berperan sebagai bahan
pangan. (Ika, 2003)
Dedak
halus biasa. Merupakan hasil sisa dari penumbukan padi secara tradisional
(disebut juga dedak kampung). Dedak halus biasa ini banyak mengandung komponen
kulit gabah, juga selaput perak dan pecahan lembaga beras. Kadar serat kasarnya
masih cukup tinggi akan tetapi sudah termasuk dalam golongan konsentrat karena
kadar serat kasar dibawah 18%. Martabat Pati nya termasuk rendah dan hanya
sebagian kecil saja yang dapat dicerna. Analisa nutrisi: 16.2% air, 9.5%
protein, 43.8% bahan ekstrak tanpa N, 16.4% serat kasar, 3.3% lemak dan 10.8%
abu serta nilai Martabat Pati (MP) nya 53. (Amrullah, 2003)
Tepung
ikan adalah produk berkadar air rendah yang diperoleh dari penggilingan ikan.
Produk yang kaya dengan protein dan mineral ini digunakan sebagai bahan baku
pakan. Tepung ikan, Berasal dari ikan sisa atau buangan yang tidak dikonsumsi
oleh manusia, atau sisa pengolahan industri makanan ikan, sehingga kandungan
nutrisinya beragam, tapi pada umumnya berkisar antara 60 – 70%. Tepung ikan
merupakan pemasok lysin dan metionin yang baik, dimana hal ini tidak terdapat
pada kebanyakan bahan baku nabati. Mineral kalsium dan fosfornya pun sangat
tinggi, dan karena berbagai keunggulan inilah maka harga tepung ikan menjadi
mahal. Tepung ikan merupakan bahan baku yang memiliki kandungan protein paling
tinggi. Tepung ikan yang dipakai sebagai bahan penyusun pakan, terutama pakan
yang kandungan proteinnya tinggi seperti pakan udang, harus mengandung kadar
protein di atas 65%. Penurunan kadar protein ini biasanya diimbangi dengan
peningkatan kadar abu, yang pada akhirnya akan meningkatkan kadar abu pakan
atau tidak terpenuhinya unsur nutrient dalam pakan seperti yang telah
diformulasikan. Penggunaan tepung ikan di dalam pakan komersial biasanya
berkisar antara 10% sampai 40%. Kisaran jumlah yang dipakai ini semata-mata
hanya didasarkan pada pertimbangan harga, bukan dari aspek nurisi. Kualitas
tepung ikan dipengaruhi oleh berbagai factor seperti kesegeran ikan dan metode
pengeringannya. Metode vacuum dan steam merupakan cara pengeringan yang
direkomendasi dalam pembuatan tepung ikan. Pengeringan dengan pengapian
menyebabkan tepung tersebut terkena suhu yang sangat tinggi sehingga
ketersediaan protein menjadi menurun, terjadi oksidasi lipid, serta terbentuk
zat anti nutrient seperti histamine misalnya. (Supriono, 2004)
Bungkil inti sawit (BIS) merupakan salah satu hasil
samping pengolahan inti sawit dengan kadar 45-46% dari inti sawit. BIS umumnya
mengandung air kurang dari 10%
dan 60% fraksi nutrisinya berupa selulosa, lemak, protein, arabinoksilan, glukoronoxilan, dan mineral. Bahan ini dapat diperoleh dengan
proses kimia atau dengan cara
mekanik. Walaupun BIS proteinnya rendah, tapi kualitasnya cukup
baik dan serat kasarnya tinggi. Namun BIS memiliki palatabilitas yang rendah sehingga menyebabkan kurang cocok
untuk ternak monogastrik dan lebih sering diberikan kepada ruminansia terutama sapi perah.
Ransum yang yang diformulasikan haruslah mendapat cukup palatable agar
dapat meransang nafsu makan, karena apabila ransum yang dibuat ditolak oleh
ternak maka dapat dikatakan ransum tersebut kurang baik. (Teja Kaswari, 2008)
METODOLOGI PENGAMATAN
Waktu dan
Tempat
Praktikum Pengenalan Bahan Pakan dan Alat
Laboratorium dimulai dari tanggal 4 April 2013 s/d 25 Mei 2013. Praktikum ini dilaksanakan setiap hari Senin dan bertempat di
Laboratorim fakultas Peternakan Universitas Jambi yang dimulai pada pukul 14.00
WIB sampai dengan selesai.
Materi
Di dalam praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum ini,
adapun alat dan bahan yang digunakan antara lain: Pengenalan Bahan Pakan, adapun alat yang digunakan adalah untuk
protein hewani yaitu tepung ikan,
tepung jeroan ikan, tepung darah, tepung bulu ayam
sedangkan untuk protein nabati yakni bungkil kelapa, ampas tahu, bungkil kelapa sawit, bungkil kacang
kedele, cangkang biji karet, tepung kulit duku, jagung, tepung biji karet. Untuk sumber energi
yaitu ada yang berbentuk biji-bijian yang terdiri dari: jagung, bungkil kacang kedele, dedak padi, bungkil
inti sawit, tepung biji durian, menir. Untuk berbentuk
tepung terdiri dari: dedak halus, jagung giling, dedak poles. Berbentuk cairan
terdiri dari: minyak sayur dan
molases. Sumber
Mineral terdiri dari: tepung
kulit kerang, tepung tulang dan tepung kerabang telur.
Asal Limbah Pertanian/Agroindustri terdiri dari: kulit kacang kedele, tepung biji durian, tepung kulit duku, jeroan
ikan, klobot, pelepah sawit, bungkil kelapa, dan tongkol jagung. Kemudian Obat Hewannya terdiri dari: coxy,
therapy dan vitabro. Serta additif pakan yang digunakan yaitu: neobro, egg
stimulant, vita chicks, supertop, multivit. Sedangakan bahan palsuannya berupa tepung batu bata, sekam, serbuk gergaji, dan pasir. Untuk Hijauan Makanan
Ternak yang digunakan yakni rumput setaria (Setaria Anceps/spacelata),
rumput stylo (Stylosanthes humillis), rumput gajah (Pennisetum purpureum),
rumput benggala (Panicum maximum), rumput mutiara, daun lamtoro (Leucaena
leucochepala) dan rumput raja (Pennisetum purpopoides).
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah untuk preparasi sampel adalah
sebagai berikut alatnya yaitu
praktikan, dan alat-alat tulis dan bahannya adalah rumput gajah, rumput raja,
feses ayam, feses rusa, feses kerbau, feses babi dan feses sapi.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Bahan
Pakan dan Formulasi Ransum ini adalah alat
laboratorium seperti neraca atau timbangan, oven, eksikator, cawan porselin,
tanur, peralatan gelas, peralatan penyaring, penjepit, buret, alat soklet,
praktikan, dan juga alat-alat tulis yang digunakan untuk pencatatan hasil
pengamatan, timbangan ohaus, cawan porselen, eksikator, oven 105°C, penjepit, neraca analitik,tanur,
pembakar bunsen, labu destruksi, labu destilasi, destilator, pemanas listrik,
labu erlemeyer 250 ml dan 500 ml, biuret, corong, pipet, gelas ukur, batu
didih, soxhlet, kertas saring bebas lemak no 5, tisu, pinset, pompa vakum,
corong Buchner,gelas piala, kalkulator, komputer, baskom,terpal 1x1m, kantong plastik ukuran 5 kg, 2 kg, dan ¼ kg, serbe,
dan tissu.
Di dalam
praktikum menentukan energi bruto dengan oxygen bomb calorimeter, adapun alat
dan bahan yang digunakan antara lain : Unit Bomb Calorimeter, Tabung Oksigen,
Termometer, Alat Pembuat Pellet, Kawat Platina, Larutan Methyl Orange dan
Larutan Na2CO3.
Metoda
Adapun metoda atau cara kerja yang dilakukan dalam
praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum ini adalah, sebagai berikut:
Cara kerja dalam praktikum mengenai pengenalan alat
dan bahan: untuk pengenalan alat – alat laboratorium praktikan mengamati alat –
alat yang berada di laboratorium, kemudian menggambarkan alat – alat tersebyut
dan menuloskan fungsi dari masing – masing alat laboratorium itu. Untuk
praktikum pengenalan hijauan makanan ternak, dalam hal pengamatan hijauan
praktikan mengamati 9 macam hijauan makanan ternak seperti yang telah
disebutkan didalam mater, kemudian hasil pengamatan dari masing – masing
hijauan tersebut ditulis berdasarkan klasifikasinya masing – masing, kemudian
untuk feed additive (obat – obatan dan vitamin), praktikan mengamati dan
menuliskan nama, kegunaan, bentuk dan warna, cara pemakaian, kandungan bahan,
dan produsen dari masing – masing obat dan vitamin.
Cara kerja
yang dilakukan pada praktikum mengenai pengenalan bahan pakan: dimulai dengan
pengamatan terhadap bahan pakan ternak, dan menentukan bahan tersebut tergolong
kedalam sumber pakan energi, mineral, protein, pemalsu dan asal agrosindustri
sesuai petunjuk dalam buku penuntun praktikum, dan diakhiri dengan pembuatan
laporan dari masing- masing bahan pakan
yang diamati.
Cara kerja
dari praktikum mengenai preparasi sampel: mula- mula sampel diambil, dalam hal
ini ada dua sampel yang digunakan, yaitu hijauan makanan ternak feses sapi dan
feses ayam, untuk hjauan makanan ternak (rumput raja dan rumput gajah), Sebelum
dikeringkan bahan segar dipotong-potong untuk mendapatkan partikel yang lebih
kecil agar cepat kering. Sejumlah sampel ditimbang (A gram) kemudian dijemur
sampai kering dibawah sinar matahari atau dikeringkan dalam oven dengan
temperature 60-40°C selama 24-48 jam. Setelah kering sampel ditimbang (B gram)
dan digiling untuk analisis lebih lanjut. Selisih antara berat sebelum dengan
setelah dikeringkan merupakan kadar air (KA) sampel segar dan selanjutnya dapat
ditentukan bahan Kering (BK) udara sampel. Untuk feses ayam dan sapi, sampel
diambil dari kandang dengan jumlah tertentu kemudian sampel langsung ditimbang
untuk mengetahui kadar air awal, sete;ah itu sampel dikeringkan atau dijemur,
stelah kering sampel dibawa kelaboratorium untuk dianalisis.
Adapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum
mengenai analisis proksimat bahan pakan
ini adalah, cara kerja dalam penentuan kadar air:
dimulai dengan mencuci cawan porselen, dikeringkan dalam oven 105°C selama ± 1
jam, dinginkan dalam eksikator sekitar 20-30 menit dan ditimbang (C). Sampel
ditimbang sebanyak 0,5-1 gram (D) dan dimasukkan ke dalam cawan porselen lalu
keringkan dalam oven 105°C selama ± 12-16 jam. Cawan dan sampel (E) dikeluarkan
dari oven dan didinginkan dalam eksikator selama 10-20 menit sampai diperoleh
berat yang tetap. Hasil pengamatan dibahas dan
simpulkan dalam laporan saudara.
Cara kerja dalam penentuan kadar abu: dimulai
dengan mencuci cawan porselen lalu dikeringkan dalam oven sekitar 1 jam dengan
temperatur 105°C, didinginkan dalam eksikator sekitar 10-20 menit dan ditimbang
dengan teliti (F). Kemudian sampel ditimbang dengan teliti sebanyak 3 gram
untuk sampel hijauan sedangkan unutk
konsentrat sebanyak 5 gram (G) dan masukkan ke dalam cawan porselen.
Pijarkan sampel yang terdapat dalam cawan porselen hingga tak berasap, bakar
cawan porselen dalam tanur bersuhu 600°C, biarkan sampel terbakar selama 3-4
jam atau sampai warna sampel berubah menjadi putih semua. Setelah sampel
berwarna putih semua, kemudian didinginkan dalam tanur pada suhu 120°C sebelim
dipindahkan kedalam eksikator. Setelah dingin timbang dengan teliti (H). Hasil pengamatan dibahas dan simpulkan dalam laporan saudara.
Cara kerja dalam penentuan protein kasar:
pertama-tama timbang sampel dengan teliti sejumlah 0,3 gram (I) dan masukan
kedalam labu destruksi. Tambahkan kira-kira 0,2 gram katalis campuran dan 5 ml
H2SO4 pekat, panaskan campuran dalam lemari asam.
Perhatikan proses destruksi selama pemanasan agar tidak meluap. Destruksi
dihentikan bila larutan sudah menjadi hijau terang atau jernih lalu dinginkan
dalam lemari asam, kemudian dimasukkan dalam labu destilasi dan diencerkan
dengan 60 ml aquades, masukan beberapa buah batu didih, tambahkan pelan-pelan
melalui dinding labu 20 ml NaOH 40% dan segera hubungkan dengan destilator,
sulingan (NH3 dan air) ditangkap oleh labu erlemeyer yang berisi 25
ml H2SO4 0,3 N dan 2 tetes indikator campuran (Methyl Red
0,1% dan Bromcresol green 0,2% dalam alkohol). Penyulingan dilakukan hingga
nitrogen dari cairan tersebut tertangakap oleh H2SO4 yang
ada dalam erlemeyer (2/3 dari cairan yang ada pada labu destilasi menguap atau
terjadi letupan-letupan kecil atau erlemeyer mencapai erlemeyer mencapai volume
75 ml). Labu erlemeyer berisi sulingan diambil dan dititer kembali dengan NaOH
0,3 N (J). Perubahan dari warna merah ke biru menandakan titik akhir titrasi.
Bandingkan dengan titer blanko (K). Hasil pengamatan dibahas
dan simpulkan dalam laporan saudara.
Cara kerja dalam Penentuan Lemak Kasar: dengan
menimbang sampel sebanyak 1 gram (L) dan bungkus dengan
kertas saring bebas lemak. Keringkan dalam oven 105°C, selama 5 jam dinginkan
dalam eksikator dan timbang (M). Kemudian masukkan tabung ekstraksi soxhlet,
alat soxhlet diisi dengan pelarut lewat kondensor dengan corong, alat pendingin
dialirkan dan panas dihidupkan, ektaksi berlangsung selama 16 jam sampai
pelarut pada alat soxhlet terlihat jernih, sampel dikeluarkan dari alat soxhlet
dan dikeringkan dalam oven 105°C selama 5 jam, kemudian didinginkan dalam
eksikator dan timbang (N). Hasil pengamatan dibahas dan simpulkan dalam laporan
saudara.
Cara kerja dalam Penentuan Serat Kasar: kertas
saring dikeringkan dalam oven 105°C selama satu jam dan timbang (O), timbang
dengan teliti 1 gram (P) sampel dan masukkan kedalam gelas piala. Tambahkan 50
ml H2SO4 0,3 N dan didihkan selama 30 menit. Setelah 30
menit didihkan, tambahkan dengan cepat 50 ml NaOH 1,5 N dan didihkan kembali
selama 30 menit. Cairan disaring melalui kertas saring yang telah diketahui
beratnya didalam corong Buchner yang
telah dihubungkan dengan pompa vakum. Kertas saring bersama residu dicuci
berturut-turut dengan 50 ml H2O panas, 50 ml H2SO4
0,3 N, 50 ml H2O panas dan aseton. Kertas saring berisi residu dimasukkan
kedalam cawan porsselen bersih dan kering oven. Cawan berisi sampel dikeringkan
dalam oven 105°C samapi didapat berat yang konstan, dinginkan dalam eksikator
dan ditimbang (Q). Pijarkan sampai sampel tidak berasap, kemudian cawan bersama
isinya dimasukkan ke dalam tanur 600°C selama 3-4 jam. Setelah isi cawan
berubah menjadi abu yang berwarna putih diangkat, didinginkan dan ditimbang
(R). Hasil pengamatan dibahas dan simpulkan dalam laporan saudara.
Cara kerja dalam penentuan BETN (Bahan Ekstrak Tanpa
Nitrogen): ditentukan dengan mengurangi total kandungan zat makanan dalam bahan
pakan dengan persentase air,abu,protein kasar,lemak kasar dan serat kasar.
Hasil pengamatan dibahas dan simpulkan dalam laporan saudara.
Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum mengenai
formulasi ransum: pertama praktikan menentukan jenis ternak dan fase produksinya serta kebutuhannya terhadap zat
makanan, kemudian memilih bahan pakan yang akan digunakan dalam formulasi,
menentukan persentase penggunaan bahan pakan, setelah itu menghitung kontribusi
zat makanan berupa (PK,SK, LK, Men atau Energi metabolisme) dan menyeimbangkan
kadar zat makanan bahan pakan dengan batasan yang dibutuhkan oleh ternak,
setelah itu dapat menghitung harga bahan pakan dengan persentase penggunaan
bahan yang dikonversikan dalam kebutuhan ransum pada ternak tersebut.
Cara kerja
yang dilakukan dalam praktikum Mencampur ransum : mencampur ransum dengan cara
manual. Pertama hitung berapa penggunaan dari masing masing bahan pakan yang
akan digunakan dalam menyusun ransum.Kemudian bahan pakan yang telah ditimbang
beratnya di letakkan di atas terpal.Lalu masukkan bahan pakan yang bentuknya
halus dan strukturnya kecil kedalam baskom yaitu premix.Lalu tambahkan bungkil
kelapa sawit dan campur.Pada saat pencampuran,tambahkan minyak sawit sedikit
demi sedikit lalu campur sampai homogen dan pada saat pencampuran jangan sampai
bahan yang dicampur bergumpal.Kemudian tambahkan jagung lalu campur sampai rata
atau homogen. Selanjutnya tambahkan tepung ikan dan campur dan
tambahkan minyak sawit sedikit demi sedikit.Kemudian terakhir tambahkan dedak
lalu campur semua bahan sampai rata dan homogen.
Adapun
cara kerja dari praktikum menentukan energi bruto dengan oxygen bomb
calorimeter Yaitu : sampel dalam bentuk pellet ditimbang 0,5–1 gram, kemudian
dimasukkan kedalam cawan bomb dan disentuhkan kawat platina sepanjang 10 cm
pada sampel dalam tabung bomb, terus diisi dengan oksigen sebanyak 25 atm.
Tabung bomb dimasukkan kedalam buchet yang sudah diisi air sebanyak 2 liter
kemudian ditulis, serta suhu distabilkan dengan memutar tombol pemutar selama 5
menit, setelah itu dicatat sebagai suhu awal. Sampel dibakar dengan menekan
tombol pemutar pada alat Parr Ignation, biarkan temperatur naik sampai stabil
(lebih kurang 5 menit), setelah itu suhu dicatat sebagai suhu akhir, kemudian
buka calorimeter dan keluarkan tabung bomb dan buang oksigen dari bomb, lalu
cuci bagian dalam tabung dan cawan bomb dengan menyemprotkan aquadest dan beri
beberapa tetes larutan methyl orange. Titer dengan larutan Na2CO3 sampai berubah
warna dan catat volume titrasi yang dipakai lalu kawat yang dibakar diukur
dengan sekala dari kawat yang tidak terbakar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengenalan
Alat–alat Laboratorium
Pengenalan alat - alat laboratorium salah satu
komponen penting dalam melaksanakan kegiatan praktikum di dalam laboratorium
dengan perlengkapan laboratorium ini mempunyai fungsi yang beragam mulai dari
yang sangat spesifik untuk pengujian zat tertentu hingga yang bersifat
universal, hal ini sesuai pendapat Ketaren ,﴾2000), menyatakan bahwa setiap alat
–alat lab memiliki fungsi masinng – masing dan mempunyai peranan yang
berbeda-beda. Yaitu sebagai berikut :
Neraca
atau timbangan

Fungsi dari pada neraca atau timbangan pertama
berfungsi untuk menimbang dalam jumlah sekala paling kecil, dan neraca bisa
juga digunakan untuk menimbang ukuran yang paling besar, dan juga berfungsi
untuk menimbang sampel dengan jumlah yang besar.
Gambar 1. neraca
Oven


Gambar
2. oven
Oven berfungsi untuk
memanaskan sampel atau bahan dengan suhu yang digunakan adalah 105°C sehingga
otomatis kadar airnya akan berkurang dengan kata lain oven juga digunakan
sebagai merubah sampel atau bahan menjadi sisa bahan kering.
Eksikator


Gambar
3. eksikator
Eksikator berfungsi untuk mendinginkan sampel atau bahan setengah
dipanaskan dengan oven , dengan syarat : bahan atau sampel yang masih panas
tidak boleh langsung dimasukkan kedalam eksikator terlebih dahulu dimana
didalam tabung eksikator terdapat butir-butiran ( Silika gell) yang berfungsi
untuk menyerap panas suatu bahan atau sampel, dan untuk membuka tutupnya harus
digeser dan tidak boleh diangkat begitu saja.

Cawan porselin berfungsi untuk
menempatkan sampel yang akan dipanaskan dan sebagai alat yang digunakan untuk
tempat sampel yang akan diteliti atau di praktikumkan dan mengusahakan agar
suhu didalam cawan porselin tersebut tidak terkontaminasi dengan suhu udara
luar.
Gambar 4. Cawan porselin

Tanur berfungsi untuk memanaskan sampel atau bahan yang digunakan pada
suhu 400- 600°C hingga sampel berubah menjadi abu, biasanya digunakan untuk
mengukur kadar abu dari pada suatu percobaan.
Buret


Gambar
5. buret
Buret berfungsi untuk meneteskan zat yang akan digunakan untuk penelitian
atau pencamuran suatu bahan percobaan. Dan juga
berfungsi untuk sebagai mentitrasi cairan, pada skala buret ini lebih akurat
dibandingkan dengan gelas ukur.
Peralatan
gelas



Peralatan gelas merupakan salah satu yang paling banyak fungsinya
diantaranya adalah sebagai mengukur suatu bahan baik berupa cairan dan padatan,
dan juga berfungsi untuk mentitrasi suatu bahan baku, dan tempat sementara
untuk sampel pada saat berlangsungnya penelitian.
Labu erlenmeyer Berfungsi untuk menampung
larutan, bahan atau cairan yang. Labu Erlenmeyer dapat digunakan untuk meracik
dan menghomogenkan bahan-bahan komposisi media, menampung akuades, kultivasi
mikroba dalam kultur cair, dll. Terdapat beberapa pilihan berdasarkan volume
cairan yang dapat ditampungnya yaitu 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500
ml, 1000 ml, dsb.
Peralatan Penyaring



Fungsi dari pada alat penyaring
adalah suatu alat pembantu yang sangat berguna dalam proses penentuan serat
kasar, setelah disaring yang kasar atau
yang berbentuk butiran akan tinggal pada saring tersebut.
Penjepit

Fungsi dari pada penjepit adalah sebagai menjepit
tabung reaksi pada saat pemanasan dan juga sebagai alat untuk pemindahan alat
atau bahan yang di praktikumkan.

Alat tanur
berfungsi sebagai alat untuk membantu dari pada proses penentuan kadar lemak,
sebab tanur tersebut berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam pengujian kadar
lemak tersebut, dan sebagai media untuk menentukan kadar lemak suatu bahan
makanan ternan.
4.2.
Pengenalan Bahan Pakan
Tabel. 1. Pengenalan bahan pakan
Nama
Hijauan dan Gambar Literatur
|
Klasifikasi
|
Ciri-ciri
|
Gambar
Praktikan
|
Stylosantes
![]() |
Stylosanthes
Scientific
classification Kingdom: Plantae
(unranked): Angiosperms (unranked): Eudicots (unranked): Rosids Order: Fabales Family: Fabaceae Subfamily: Faboideae Tribe: Aeschynomeneae Genus: Stylosanthes |
-akar
serabut
-tergolong
legum
-batang
bercabang
-berdaun
tiga
-berbunga
kuning
|
|
Daun
Cabe-cabe
![]() |
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Magnoliidae Ordo : Piperales Famili : Piperaceae(suku sirih-sirihan) Genus : Piper Spesies : Piper retrofractum Vahl. |
-daun
kecil
-akar
serabut
-daun
bulat
-bunga
berwarna putih
|
|
Rumput
Mutiara
![]() |
Kingdom : Plantae
Subkingdom :Tracheobionta Super Divisi :Angiospermae Divisi :Magnoliophyta Kelas :Dicotyledoneae Ordo :Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Hedyotis
Spesies : Hedyotis Corimbosa L.
|
-daun
kecil
-batang
lurus
-akar
serabut
|
|
Rumput
Setaria
![]() |
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas: Commelinidae Ordo: Poales Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan) Genus: Setaria Spesies: Setaria palmifolia (J. Koenig) Stapf |
-daun
panjang melengkung
-tak
ada batang
-akar
serabut
|
|
Rumput
Benggala
![]() |
Divisio
: Spermatophyta
Sub
divisio : angiospermae
Class
: monocotyledoneae
Ordo
: glumiflora
Familia
: graminae
Subfamilia
: panicoideae
Genus
: panicum
Spesies
: panicum maximum
|
-akar
serabut
-batangnya
beruas
-daun
memanjang
-pada
ujung tanaman terdapat bunga berwarna putih
|
|
Rumput
Gajah
![]() |
Divisio
: Spermatophyta
Sub
divisio : angiospermae
Class
: monocotyledoneae
Ordo
: glumiflora
Familia
: graminae
Subfamilia
: panicoideae
Genus
: pennisetum
Spesies
: pennisetum purpureum
|
-akar
serabut
-batang
besar dan beruas
-memilki
bulu-bulu halus pada batang
|
|
Petai
Cina
![]() |
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Rosidae Ordo: Fabales Famili: Fabaceae (suku polong-polongan) Genus: Leucaena Spesies: Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit |
-akar
tunggang
-tergolong
legum
-batang
bercabang
-monokotil
|
|
Rumput
Raja
![]() |
Divisio
: Spermatophyta
Sub
divisio : angiospermae
Class
: monocotyledoneae
Ordo
: glumiflora
Familia
: graminae
Subfamilia
: panicoideae
Genus
: pennisetum
Spesies
: pennisetum purpopoides
|
-daun
panjang
-batang
kecil
-berbulu/
berserabut
-lebih
kecil dari rumput gajah
|
|
Kacang
Tanah
![]() |
Kerajaan: Plantae
Divisi: Tracheophyta Upadivisi: Angiospermae Kelas: Magnoliophyta Ordo: Leguminales Famili: Papilionaceae Upafamili: Faboideae Bangsa: Aeschynomeneae Genus: Arachis Spesies: Arachis hypogeae L. Arachis tuberosa Benth. Arachis guaramitica Chod & Hassl. Arachis idiagoi Hochne. Arachis angustifolia (Chod & Hassl) Killip. Arachis villosa Benth. Arachis prostrata Benth. Arachis helodes Mart. Arachis marganata Garden. Arachis namby quarae Hochne. Arachis villoticarpa Hochne. Arachis glabrata Benth. |
-akar
tunggang
-punya
bintil akar
-berdaun
kecil
-memiliki
kacang-kacangan pada akar.
|
|
OBAT-OBATAN
HEWAN
NAMA
OBAT : TETRA-CHLOR
![]() |
KEGUNAAN
: obat flu, kolera, batuk, CRD (ngorok)), berak putih.
|
BENTUK
DAN WARNA : kapsul dan berwarna merah
|
CARA
PEMAKAIAN : <> 8 minggu: 1 kapsul dua kali per hari.
Diberikan selama 4-5 hari berturut-turut. |
KANDUNGAN
BAHAN : Tetracycline HCl 50 mg, Erythromycin 10 mg, Vitamin B1 1 mg, Vitamin
B2 2 mg, Vitamin B6 1 mg, Vitamin B12 3 mg, Vitamin C 10 mg, Potassium
chloride 50 mg, Sodium sulfate 25 mg
|
PRODUSEN
: medion, Bandung
|
NAMA
OBAT : DOXY VET
![]() |
KEGUNAAN
: mengatasi gangguan pernapasan
|
BENTUK
DAN WARNA : bubuk, berwarna kuning
|
CARA
PEMAKAIAN : 2 gram per liter air minum selama 3 hari berturut-turut.
|
KANDUNGAN
BAHAN : Doxycycline hydrochloride 25 g, Excipients up to 1 kg
|
PRODUSEN
: medion, Bandung
|
NAMA
OBAT : COXY
![]() |
KEGUNAAN
: untuk pengobatan kolera Coccidiosis & unggas
|
BENTUK
DAN WARNA : bubuk, berwarna coklat
|
CARA
PEMAKAIAN :
Pengobatan:
· Coccidiosis: 5 gram per liter air minum. Administer oleh metode 3-2-3, yaitu: 3 hari diperlakukan air minum, 2 hari air minum biasa, dan 3 hari diperlakukan air minum. Lanjutkan metode ini sampai gejala hilang. · Fowl kolera: 3,75 gram per liter air minum selama 6 hari berturut-turut. Pencegahan: 2,5 gram per liter air minum. Administer untuk ayam pada usia 2-3 minggu dengan metode 3-2-3 sekali setiap 2 minggu sampai umur 2 bulan. |
KANDUNGAN
BAHAN : Natrium sulfaquinoxaline 82,5 g, Vitamin A 2.500.000 IU, 1,25 g
vitamin K3
|
PRODUSEN
: medion, Bandung
|
NAMA
OBAT : THERAPY
![]() |
KEGUNAAN : Untuk mencegah penyakit pada waktu stress, dan untuk mencegah adanya wabah
|
BENTUK
DAN WARNA : bubuk, berwarna coklat hitam gelap
|
CARA
PEMAKAIAN :
Pencegahan:
· Untuk mencegah terhadap penyakit selama stres: 1 gram per 2 liter air minum selama 2-3 hari berturut-turut. · Untuk mencegah terhadap terjadinya wabah: 1 gram per 2 liter air minum selama 5-7 hari berturut-turut. Pengobatan: 1 gram per liter air minum selama 5-7 hari berturut-turut. |
KANDUNGAN
BAHAN : Oxytetracycline HCl 100 g, Amprolium 50 g, Vitamin A 3,750,000 IU,
Vitamin K 5 g
|
PRODUSEN
: medion, Bandung
|
ADITIF
PAKAN
NAMA
OBAT : NEOBRO
![]() |
KEGUNAAN : Memepercepat pertumbuhan, Mengurangi angka kematian,
Meningkatkan efisiensi, penggunaan ransum
|
BENTUK
DAN WARNA : bubuk hitaam
|
CARA
PEMAKAIAN : 1 gram tiap 2 litter minum/1
gram tiap kg ransum
|
KANDUNGAN
BAHAN : methione, lysine, sodium
saliascate, vitamin ( A, B3,
E, K3, B, B1, B6, B12, C )
|
PRODUSEN
: medion, Bandung
|
NAMA
OBAT : EGG STIMULANT
![]() |
KEGUNAAN : Mempercepat tercapainya produksi telur yang maksimal,
Mencegah kemerosotan produksi telur sewaktu ayam terserang penyakit
memepercepat proses penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
|
BENTUK
DAN WARNA : bubuk orange
|
CARA
PEMAKAIAN : 1 gram 2 litter air minum
atau 1 sendok plastik putih tiap 1 litter air minum
|
KANDUNGAN
BAHAN : bacitracin, Mg, UH
|
PRODUSEN
: medion, Bandung
|
NAMA
OBAT : TURBO
|
KEGUNAAN : meningkatkan dan memperpanjang masa produksi telur, menambah
kesuburan, mencegah stress, mencegah kekurangan vitamin.
|
BENTUK
DAN WARNA : bubuk hitam
|
CARA
PEMAKAIAN : 5gr / 1l air minum campur krdalam 2 kg ransum
|
KANDUNGAN
BAHAN : Vitamin A, D3, K3,
B1, B2, B6, B12,
methionn, calcium penthonate.
|
PRODUSEN
: medion, Bandung
|
NAMA
OBAT : VITA STRESS
|
KEGUNAAN : menambah daya tahan tubuh, mencegah kekurangan vitamin,
mempercepat pemulihan kesehatan.
|
BENTUK
DAN WARNA : serbuk orange
|
CARA
PEMAKAIAN : 1gr / liter (sebelum/sesudah vaksin), 1 gr / 2 liter 7-10 hari.
|
KANDUNGAN
BAHAN : maradion siodium, Vitamin A, D3, K3, B1,
B2, B6, B12, calcium
D panthoterat, elektrolit.
|
PRODUSEN
: medion, Bandung
|
NAMA
OBAT : VITA CHICK
![]() |
KEGUNAAN : Memepercepat pertumbuhan, mencegah kekurangan vitamin, mengatasi stress dan mengurangi angka
kematian
|
BENTUK
DAN WARNA : serbuk hitam
|
CARA
PEMAKAIAN : 5 gram tiap 1 litter air
minum/2sendok plastik putih rata-rata terlampir tiap 1,5 litter air minum
|
KANDUNGAN
BAHAN : bacitracin MD, Vitamin A, D3,
K3, B1, B2, B6, B12
|
PRODUSEN
: medion, Bandung
|
SUMBER PROTEIN
PROTEIN HEWANI
Tabel.2. Pakan
Sumber Protein Asal Hewani
No
|
Bahan Pakan
|
Bentuk Fisik
|
Tekstur
|
Warna
|
Bau
|
1
|
Tepung Ikan
|
Bubuk
|
Halus
|
Kecoklatan
|
Amis
|
PROTEIN NABATI
Tabel. 3.Pakan Sumber Protein Asal Nabati
No
|
Bahan Pakan
|
Bentuk Fisik
|
Tekstur
|
Warna
|
Bau
|
1
|
Bungkil Kelapa
|
Bubuk
|
Serbuk
|
Coklat
|
Amis
|
2
|
Tepung Kedelai
|
Bubuk
|
Serbuk
|
Kuning
|
Menyerupai Kacang
|
3
|
Bungkil Kedelai
|
Butiran
|
Kasar
|
Kecoklatan
|
Apek
|
4
|
Bungkil Inti Sawit
|
Bubuk
|
Serbuk
|
Coklat
|
Menyerupai Kopi
|
Dari hasil kedua praktikum diatas diperoleh hssil bahwa bahan pakan yang
berasal dari protein hewani adalah tepung ikan sedangkan protein yang berasal
protein nabati adalah, bungkil kelapa, tepung kedelai, bungkil kedelai, dan
bungkil inti sawit. Dimana bahan pakan sumber protein mengandung protein kasar
lebih atau sama dengan dari 20 %, serat kasar kurang dari 18%.
Bahan pakan sumber protein terdiri dari dua sumber yaitu protein yang
berasal dari sumber hewani dan yang berasal dari sumber nabati. Sumber protein
nabati terutama dari jenis kacang-kacangan dan dari jenis leguminosa. Bahan
pakan sumber protein bisa juga berupa biji. bijian, misalnya tepung bungkil
kedelai, ampas tahu, ampas kecap, biji kapas, atau tepung-tepungan yang berasal
dari hewan atau bagian tubuh hewan, seperti tepung ikan dan tepung darah. Ada
pula beberapa jenis hijauan yang merupakan sumber protein, seperti daun gliricidae,
turi, lamtoro, centrocema, dan kacang gude. Ada beberapa jenis hijauan
yang masih mengandung racun bila diberikan secara segar misalnya daun singkong
dan gliricidae. Oleh karena itu sebaiknya untuk jenis hijauan seperti ini
sebaiknya dilayukan dulu selama 2-3 jam dibawah terik matahari atau dibiarkan
selama semalaman. Kebutuhan bahan pakan hijauan bagi kambing umumnya 10%
dari berat badanya per hari. Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan
pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari
hewan/tanaman). Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok: Kelompok hijauan
sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan sebagai hasil
sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat, ganggang dan bungkil),
Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi kaliandra, gamal
dan sentero, Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung
tulang dan sebagainya). Tepung kedelai merupakan sumber protein nabati yang
memiliki profil asam amino yang terbaik diantara sumber protein nabati lainnya.
Tepung kedelai merupakan sumber protein yang murah dan harus mengandung protein
di atas 44%. Yang menjadi faktor pembatas pada penggunaan kedelai ini adalah
asam amino metionin. Penggunaan tepung kedelai di dalam pakan komersial
berkisar antara 10% sampai 25%. Tepung kedelai dalam pakan udang maksimum
dipakai sebanyak 40%.
SUMBER ENERGI
BERBENTUK BIJI-BIJIAN/BUTIRAN-BUTIRAN
Tabel. 4. Pakan Sumber Energi Berbentuk Biji-bijian
No
|
Bahan Pakan
|
Bentuk Fisik
|
Ukuran (mm)
|
Warna
|
Bau
|
|
Panjang
|
Lebar
|
|||||
1
|
Menir
|
Butiran
|
6mm
|
1mm
|
Coklat Kemerahan
|
Beras
|
2
|
Jagung
|
Butiran
|
5mm
|
3mm
|
Orange
|
Apek
|
3
|
Sekam
|
Padian
|
7mm
|
1mm
|
Coklat Kekuningan
|
Apek
|
BERBENTUK TEPUNG
Tabel. 5. Sumber Energi Berbentuk Tepung
No
|
Bahan Pakan
|
Bentuk Fisik
|
Warna
|
Bau
|
1
|
Pati
|
Halus
|
Putih
|
Menyerupai Tape
|
2
|
Dedak
|
Halus
|
Coklat Muda
|
Apek
|
Dari praktikum diatas diperoleh hasil bahwa bahan pakan sumber energi
yang berbentuk butiran adalah menir, jagnung, dan sekam. Sedangkan yang
merupakan bahan pakan sumber energi yang berbentuk tepung adalah pati dan
dedak.
Bahan pakan sumber energi umumnya terdiri dari bahan pakan berupa
biji-bijian dan sisa serealia (tepung jagung dan dedak padi), umbi-umbian
(tepung singkong, onggok, dan ubi jalar), dan hijauan (misalnya rumput setaria
dan rumput lapangan). Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan
ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi
serat kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi
dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: Kelompok serealia/biji-bijian (jagung,
gandum, sorgum), Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan),
Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya), Kelompok
hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput gajah, rumput benggala
dan rumput setaria). Jagung, sebagai sumber energi yang rendah serat
kasarnya, sumber Xantophyll, dan asam lemak yang baik, jagung kuning tidak
diragukan lagi. Asam linoleat jagung kuning sebesar 1,6%, tertinggi diantara
kelompok biji-bijian. Untuk mengetahui kualitas jagung, digunakan analisis
laboratorium yang biasanya dapat dilakukan di laboratorium makanan yang
terdapat di tiap ibukota kabupaten, bahkan pabrik-pabrik pakan ikan. Pemeriksaan ini menjadi penting, sejak ditemukan
banyak jagung kuning yang dipalsukan atau dicampur bahan lain. Dedak merupakan limbah proses pengolahan gabah, dan
tidak dikonsumsi manusia, sehingga tidak bersaing dalam penggunaannya. Dedak
mengandung bagian luar beras yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan
bagian penutup beras itu. Hal ini mempengaruhi tinggi-rendahnya kandungan serat
kasar dedak.
SUMBER MINERAL
Tabel. 6.Pakan Sumber Mineral
No
|
Bahan Pakan
|
Bentuk Fisik
|
Warna
|
Bau
|
1
|
Tepung Tulang
|
Bubuk Halus
|
Kecoklatan
|
Amis
|
2
|
Tepung Kulit Kerang
|
Bubuk Agak Kasar
|
Abu-abu
|
Menyerupai Semen
|
Adapun hasil praktikum diatas adalah bahan pakan sumber mineral yaitu
tepung tulang dan tepung kulit kerang.
Mineral merupakan komponen dari pesenyawaan organik jaringan tubuh dan persenyawaan
kimiawi lainnya yang berperan dalam proses metabolisme. Kebutuhannya sangat
sedikit tetapi sangat vital, teutama pada proses tumbuh dan bereproduksi
penyusunnya yaitu kalsium dan fosfor. Apabila ternak kekurangan bahan pakan
yang mengandung mineral maka dapat menyebabkan pertumbuhannya lambat. Salah
satu sumber kalsium dan fosfor yang sering digunakan di Indonesia pada tahun
1960-1970 adalah tepung kerang yang sampai saat ini masih digunakan oleh
penyusun ransum. Tepung kerang digunakan sebagai sumber kalsium yang penting
untuk unggas pedaging dan unggas yang sedang bertelur dengan kadar kalsium yang
cukup besar yaitu 38 % dan kandungan nutrien lainnya yaitu 1,2 % BETN, 46,7 %
PK, dan 86 % BK. Kulit kerang diperlukan lebih banyak dalam ransum untuk ayam
petelur yang bereproduksi tinggi sehingga dapat menahan telur dalam saluran
telur dalam waktu yang relatif singkat. Tepung kulit kerang memiliki warna
hitam keabuan, berbau amis karena termasuk dalam hewan laut dan memiliki rasa
asin.
ASAL LIMBAH PERTANIAN/AGROINDUSTRI
Tabel. 7. Pakan Asal Limbah Pertanian/Agroindustri
No
|
Nama Limbah
|
Asal Limbah
|
Bentuk Fisik
|
Warna
|
Bau
|
1
|
Klobot
|
Jagung
|
Kelopak
|
Kuning
|
Apek
|
2
|
Ampas Tebu
|
Tebu
|
Serat
|
Hijau Kekuningan
|
Menyerupai tebu
|
3
|
Pelepah Sawit
|
Sawit
|
Batang
|
Krem
|
Menyerupai tebu
|
4
|
Kulit Pisang
|
Pisang
|
Lembaran
|
Kuning
|
Menyerupai pisang
|
5
|
Ampas Tahu
|
Tahu
|
Lembek
|
Putih
|
Menyerupai tahu
|
6
|
Tongkol Jagung
|
Jagung
|
Tongkol
|
Kuning
|
Menyerupai tahu
|
Dari praktikum diatas diperoleh hasil bahwa bahan pakan asal limbah
pertanian/agrobisnis adalah klobot, ampas tebu, pelepah sawit, kulit pisang,
ampas tahu, dan tongkol jagung.
Pemanfaatan produk samping yang sering diangap sebagai limbah dari
agroindustri dan biomas yang berasal dari limbah pertanian menjadi pakan ternak
akan mendorong berkembangnya usaha agribisnis ternak secara integratif. Di Nusa
Tenggara Barat tersedia limbah pertanian dan limbah agroindustri untuk bahan
baku pakan dan belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian limbah-limbah
tersebut terbuang atau dibakar yang berpotensi merusak lingkungan. Penggunaan
limbah sebagai pakan ternak harus didasari pengetahuan tentang kebutuhan dasar
yang diperlukan ternak meliputi: Kebutuhan zat gizi Kebutuhan zat gizi bagi
ternak setiap hari adalah: energi, protein, vitamin dan mineral. Kebutuhan
tersebut dipengaruhi oleh umur ternak (anak, muda, dewasa), jenis kelamin
(jantan, betina), ukuran tubuh (kecil, sedang, besar), tipe produksi
(pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan penggemukan) dan tingkat produksi
(Pertambahan berat badan rendah, sedang atau tinggi)
BAHAN PALSUAN
Tabel 8. Bahan
Palsuan
No
|
Nama Bahan
|
Warna
|
Bentuk
|
1
|
Serbuk Gergaji
|
Krem
|
Kasar/serbuk
|
2
|
Serbuk Batu Bata
|
Orange
|
Halus
|
3
|
Tepung Kapur
|
Putih
|
Halus
|
Hasil dari praktikum bahan palsuan yang biasa digunakan sebagai bahan
palsuan pakan adalah serbuk gergaji, serbuk batu bata, dan tepung kapur.
Pemalsuan bahan pakan pada umumnya dilakukan dengan mengganti sebagian
bahan pakan utama atau mencampurnya dengan bahan lain. Bahan yang digunakan
untuk memalsu dapat berupa suatu bahan yang nilai gizinya lebih rendah, tidak
memiliki kandungan gizi sama sekali, bahkan terkadang mempunyai pengaruh buruk
bagi ternak. Bahan yang sengaja
dicampurkan/ditambahkan pada bahan pakan utama disebut dengan bahan
subalan/palsuan. Bahan pakan utama yang telah dicampur dengan bahan subalan
harganya akan lebih murah, namun nilai gizinya juga mengalami penurunan. Oleh
karena peternak harus jeli terhadap setiap pembelian bahan pakan karena
kemungkinan adanya penyubalan /pemalsuan bisa saja terjadi.
Serbuk kayu merupakan limbah dari pemotongan kayu, serbuk kayu ini tidak
dapat dimanfaatkan karena tidak memiliki kandungan tertentu, serbut kayu dapat
dijadikan sebagai bahan palsuan dengan mencampurkan dengan dedak padi, , sekam
juga dapat dipisahkan dari dedak dengan cara menampah dedak tersebut. sekam
akan ikut terbang karena berat jenis yang lebih rendah daripada dedak.
4.3. Preparasi Sampel
Preparasi Sampel adalah Suatu analisis suatu
bahan pakan yang hanya akan dicapai secara baik jika pengambilan sampel bahan
dilakukan secara benar dan reprentatif. Pengambilan sampel perlu memperhatikan
beberapa hal sepereti :Homogenitas sampel Salah satu faktor yang menentukan tingkat
representatif sampel yang diambil adalah homogenitas bahan yang akan diambil
sampelnya. Efek ukuran dan berat partikel sangat berpengaruh terhadap
homogenitas bahan, dimana bagian yang berukuran dan berat lebih besar
kemungkinan akan berpisah dengan bagian yang lebih kecil dan ringan
(segregasi). Sehingga pada bahan yang ditumpuk atau dimuat di atas truk, bagian
bahan yang mempunyai ukuran dan berat partikel yang lebih besar akan terletak
bagian bawah atau bagian dasar dari tumpukan tersebut. Hal ini sesuai dengan
pendapat Adnan, P. 2001, menyatakan bahwa pada preparasi sampel, terdapat
tehnik pemanfaatan bahan pakan dengan konversi penggunaan bahan pakan yang
sesuai pada standardnya.
Oleh
karena itu sebelum bahan diambil sampelnya harus dicampur secara merata
sehingga bahan benar-benar homogen, atau sampel diambil secara acak dari
beberapa bagian baik bagian dasar, tengah, maupun bagian atas sehingga
diperoleh sampel yang benar-benar representatif. Demikian juga pada hijauan di
suatu lahan, kualitas hijauan pada tiap-tiap bagian lahan, kemungkinan
mempunyai kualitas yang berbeda karena adanya kemungkinan perbedaan kesuburan
tanah pada lahan tersebut. Oleh karena itu agar diperoleh sampel harus
dilakukan pada beberapa bagian lahan secara acak, sehingga data yang diperoleh
memberikan informasi yang benar terhadap kualitas bahan tersebut., Cara
pengambilan sampel, Jumlah sampel, Penangan sampel, Presesing
sampel., dan Penentuan kadar sampel segar, hal ini sesuai dengan
pendapat Chaplin, M.F. dan C. Bucke. 2006, menyatakan bahwa menyamakan sampel dalam kebutuhan yang akan dipakai dalam analisis, serta
membandingkan antara struktur sampel yang besar dengan yang kecil dalam
pengambilannya, dan diratakan untuk kualitasnya adalah tehnik homogenitasi
bahan pakan untuk preparasinya.
Cara pengambilan sampel. Sampel dari bahan dapat
diambil secara aselektif dan selektif. Aselektif artinya pengambilan sampel
secara acak dari keseluruhan bahan tanpa memperhatikan atau memisahkan bagian
dari bahan tersebut. Misalnya dalam pengambilan sampel rumput gajah, sampel
diambil dari seluruh bagian rumput, baik daun maupun batang, kemudian
dipotong-potong dan dicampur secara merata agar diperoleh bahan yang homogen.
Selektif artinya pengambilan sampel secara acak dari bagian tertentu suatu
bahan. Misalnya sampel rumput gajah tadi dipisahkan sampel batang dan daun. Hal
ini sesuai dengan pendapat Gusriyanti, 2006, menyatakan
bahwa jangka pengambilan sampel harus dilakukan dengan aselektif dan selektif
dan penyimpanan bahan pakan yang lama, akan mempercepat aktifitas kimiawis
daripada enzim yang berada dalam bahan pakan, sehingga untuk penyediaannya,
bahan pakan tidak mengandung kualitas yang baik ataupun unggul dalam kandungan
zat makanannya bagi ternak.
Jumlah sampel. Jumlah sampel yang diambil akan
sangat berpengaruh terhadap tingkat representatif sampel yang diambil. Jumlah
sampel yang diambil tergantung dari kebutuhan untuk evaluasi dan jumlah bahan
yang diambil sampelnya. Sebagai pedoman jumlah sampel yang diambil adalah 10 % dari
jumlah bahan. Penangan sampel. Sampel yang telah diambil harus segera diamankan
agar tidak rusak atau berubah sehingga sifat yang berbeda dari sampel saat
diambil. Presesing sampel. Untuk tujuan evaluasi terutama evaluasi secara
mikroskopis, kimia, dan biologi, semua sampel harus digiling sehingga diperoleh
sampel yang halus. Hal ini sesuai dengan pendapat Fardiaz, S. 2000, menyatakan
bahwa jangka penyimpanan bahan pakan yang lama, akan mempercepat aktifitas
kimiawis daripada enzim yang berada dalam bahan pakan, sehingga untuk
penyediaannya, bahan pakan tidak mengandung kualitas yang baik ataupun unggul
dalam kandungan zat makanannya bagi ternak.
Penentuan kadar sampel segar. Sampel dapat
berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti rumput-rumputan, biji-bijian, buah-buahan,
hasil ikutan produksi pertanian dan pangan maupun berasal dari hewan dan hasil
ikutanya. Sebelum dikeringkan bahan segar dipotong-potong untuk mendapatkan
partikel yang lebih kecil agar cepat kering. Sejumlah sampel ditimban (A grm)
kemudian dijemur sampai kering dibawah sinar matahari atau dikeringkan dalam
oven dengan temperatur 40-50 oC selama 24-48 jam. Setelah kering
sampel ditimban ( B grm) dan digiling untuk analisis lebih lanjut. Selisih
antara berat sebelum dengan setelah dikeringkan merupakan kadar air (KA) sampel
segar dan selanjutnya merupakan kadar bahan kering (BK) udara sampel. Hal ini
sesuai dengan pendapat Uripsantoso.2010, yang menyatakan bahwa pada penentuan kadar air seharusnya sangat
berpengaruh pada lamanya melakukan pengeringan oleh sebab itu analisis
preparasi bahan pakan, bahan pakan yang diakumulasikan terhadap zatnya sangat
identik dengan faktor luar yang dapat mengganggu aktifitas pengujiannya. Seperti: tekanan udara besar saat penimbangan bahan
kering bahan pakan.
KADAR
AIR( % , Y) = A – B x
100%
A
Kadar
BK ( % ) = B
x 100 %
A
Kadar
BK % = 100 % - % Kadar air
Perhitungan
Feses babi
A gram = 500
gram
B gram = 200
gram
%
KADAR AIR = A – B x
100 %
A
=500 – 200 x
100 %
500
=
0,6 x 100
=
60 %
%
BK = 300 X 100 %
500
=
40 %
%
BK =
100 % - 60 %
= 40 %
Contoh
Soal:
Pada
rumput benggala segar berat segarnya adalah 250 gr,setelah dijemur dibawah
sinar matahari dengan temperatur 40-50 c dalam waktu kurang lebih 24 jam,
diperoleh berat keringnya yaitu 101,9gr.untuk menentukan persen kadar air dan
persen bahan kerngnya yaitu sebagai berikut:
A-B
kadar
air (% y)= ------------- x100%
A
= 250-101,9 x
100%
250
= 59%
Kadar
Bk (%) = B x100%
A
= 250 x
100%
101,9
= 41% kadar air setelah
pengeringan
Maka
diketahui lah kadar airnya 59% dan berat
bahan keringnya 41%.
4.4. Analisis
Proksimat
Kadar air ini termasuk katagori rendah dari standar yang telah ditetapkan
SNI sebesar 12 %. Hal ini dikarenakan bahan pakan yang dianalisis sudah
mengalami pengeringan di bawah sinar matahari terlebih dahulu sehingga kadar
air sebelum dianalisis sudah berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman
(1991) bahwa pentingnya air dalam menentukan nilai makanan adalah
pengaruhnya terhadap komposisi makanan ternak karena sifat pengencer air
tersebut. Banejee (1997) menambahkan bahwa perhitungan kadar air
dilakukan dengan pemanasan sampel dalam oven untuk mendapatkan berat konstan.
Berdasarkan hasil pratikum, diperoleh hasil kadar abu pada bahan pakan
7,8241 %, kadar abu ini sudah sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh SNI.
Menurut Hartadi et al., (1993), kadar abu pada bahan pakan
sekitar 8 %, hal ini dikarenakan bahan pakan mengandung mineral yang tidak
mudah menguap pada suhu tinggi sehingga mencapai 8 %. Tillman (1991)
menambahkan bahwa jumlah abu dalam makanan hanya penting untuk menentukan
perhitungan BETN.
Tingginya kadar protein ini disebabkan oleh adanya beberapa unsur yang
bukan protein dan terhitung sebagai protein. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartadi
et al., (1993) bahwa kadar protein pada suatu bahan pakan tinggi
bisa disebabkan karena pada waktu pengovenan terdapat beberapa unsur yang bukan
protein ikut terhitung sebagai protein. Ditambahkan oleh Tillman (1991)
yang menyatakan bahwa protein kasar dalam anĂĄlisis yang mendekati angka nyata
proksimat hanya dicantumkan energi fraksi yang tidak dapat menggambarkan
komposisi asam amino dalam protein.
Menurut Hartadi et al., (1993), kadar lemak pada bahan pakan dapat
larut dalam ether, sehingga hal tersebut yang sering menyebabkan kadar lemak
pada bungkil kedelai sulit diketahui secara pasti. Ditambahkan pula oleh Tillman
(1991) bahwa bahan pakan ternak yang berasal dari tanaman sterolililin dan
berbagai produk vitamin A, D, karotin sering kali menyususun lebih dari 50 %.
Lemak makanan dan lemak kasar adalah semua bahan pakan yang larut dalam ether.
Kadar serat kasar ini bernilai negatif karena sampel bungkil kedelai
setelah di tanur belum seluruhnya menjadi abu karena adanya kandungan mineral
yang cukup tinggi sehingga terhitung sebagai serat kasar. Menurut Hartadi et
al., (1993), kadar serat kasar pada bungkil kedelai sebesar 9 %. Banerjee
(1998) menambahkan bahwa serat kasar terdiri dari sellulosa, hemisellulosa,
lignin. Bahkan pakan tersebut sebagian besar sulit dicerna hewan monogastrik.
Menurut
Banerjee (1998), perhitungan BETN diperoleh dari total 100 % BK
dikurangi dengan kadar abu, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar. Kadar
BETN menurut SNI (1996) pada bungkil kedelai adalah sekitar 46,2 %.
- Hasil
Praktikum Penentuan Kadar Air
Tabel 9. Hasil Penentuan Kadar Air % Bahan Kering
No
|
Bahan
|
C (gr)
|
D (gr)
|
E (gr)
|
KA (%)
|
BK (%)
|
1
|
Bungkil kedelai
|
29,57
|
1
|
30,45
|
12
|
88
|
2
|
Kelobot
|
27,46
|
1
|
28,43
|
3
|
97
|
3
|
Tepung ikan
|
39,50
|
1
|
40,19
|
31
|
69
|
4
|
Tepung erabang
telur
|
25,17
|
1
|
26,17
|
0
|
100
|
5
|
Tepung kulit
kerang
|
22,64
|
1
|
23,64
|
0
|
100
|
6
|
Tepung kulit nenas
|
37,31
|
1
|
38,13
|
18
|
82
|
7
|
Tepung kulit
apel
|
22,79
|
1
|
23,55
|
24
|
76
|
8
|
Ampas tahu
|
24,32
|
1
|
25,23
|
9
|
91
|
9
|
Tepung legume
stylo
|
28,86
|
1
|
29,82
|
4
|
96
|
10
|
Tepung bagasse
|
22,60
|
1
|
23,47
|
13
|
87
|
11
|
Dedak padi
|
22,24
|
1
|
23,15
|
9
|
91
|
Tidak
hanya air yang menguap, tetapi juga senyawa – senyawa asam – basa organic
sederhana (BM rendah) yang ikut menguap (misal : asam asetat, asam butirat,
propionate, ester dan lai – lain). (Girindra, 1996)
Air yang terikat dalam senyawa unsure sukar untuk menguap sehingga
mengurangi total air yang sebenarnya. (Winarno, 1991)
- Hasil
Praktikum Penentuan Kadar Abu
Abu atau mineral diperoleh dengan jalan membakar sempurna bahan pakan
pada temperatur 5500 C sampai semua bahan oganik terbakar. (Winarno, 1991)
Tabel 10. Hasil
Penentuan Kadar Abu
No
|
Bahan
|
H (gr)
|
F (gr)
|
G (gr)
|
Ka.Abu (%)
|
1
|
Bungkil kedelai
|
38,00
|
29,57
|
1,01
|
8,72
|
2
|
Kelobot
|
33,07
|
27,64
|
1,01
|
5,70
|
3
|
Tepung ikan
|
32,89
|
22,23
|
1,01
|
10,9
|
4
|
Tepung erabang
telur
|
37,65
|
28,85
|
1,01
|
9,09
|
5
|
Tepung kulit
kerang
|
35,28
|
25,15
|
1,01
|
10,38
|
6
|
Tepung kulit
nenas
|
42,52
|
37,30
|
1,01
|
5,59
|
7
|
Tepung kulit
apel
|
33,16
|
22,27
|
1
|
10,39
|
8
|
Ampas tahu
|
43,92
|
39,49
|
1,01
|
4,82
|
9
|
Tepung legume
stylo
|
36,28
|
27,45
|
1,01
|
9,10
|
10
|
Tepung bagasse
|
34,14
|
24,31
|
1
|
9,86
|
11
|
Dedak padi
|
30,18
|
18,07
|
1,01
|
12,29
|
Tidak seluruhnya unsure utama pembentuk senyawa organic dapat terbakar
dan berubah menjadi gas oksigen yang masih tinggal dama abu sehingga senyawa
oksida (missal : CaO) dan karbon sebagai karbonat. (Winarno, 1991)
Sebagian
mineral tertentu menguap menjadi gas (missal : sulfur sebagai H2S).
- Hasil
Praktikum Penentuan Protein Kasar
Protein kasar diperoleh dan hasil penetapan N X 6,25 (protein rata-rata
mengandung N 16 %). Protein merupakan kumpulan asam amino yang saling diikatkan
dengan ikatan peptida. Energi protein 5,50 kcal/g, bila digunakan sebagai
energi 1,25 kcal/g keluar sebagai urea dan setiap unit protein, tinggal 4,25
kcal/g. Oleh karena digesti protein tidak sempurna, nilai energi berkurang 0,25
kcal/g jadi tinggal 4 kcal/g. (Anonim, 1997)
Tabel 11. Hasil Penentuan Protein Kasar
No
|
Bahan
|
I (gr)
|
J (gr)
|
K (gr)
|
PK (%)
|
1
|
Bungkil kedelai
|
0,3
|
21,5
|
21,8
|
2,625
|
2
|
Kelobot
|
0,3
|
21,7
|
21,8
|
0,875
|
3
|
Tepung ikan
|
0,3
|
5,3
|
21,8
|
56,875
|
4
|
Tepung erabang
telur
|
0,3
|
20,9
|
21,8
|
7,875
|
5
|
Tepung kulit
kerang
|
0,3
|
20,1
|
21,8
|
14,875
|
6
|
Tepung kulit
nenas
|
0,3
|
20,03
|
21,8
|
13
|
7
|
Tepung kulit
apel
|
0,3
|
21,5
|
21,8
|
3
|
8
|
Ampas tahu
|
0,3
|
20,5
|
21,8
|
11
|
9
|
Tepung legume
stylo
|
0,3
|
20,7
|
21,8
|
10
|
10
|
Tepung bagasse
|
0,3
|
20,9
|
21,8
|
7,875
|
11
|
Dedak padi
|
0,3
|
18,4
|
21,8
|
30
|
Nitrogen yang terdapat dalam bahan selain terdapat dalam protein juga
terdapat dalam senyawa organic lain yang bukan protein. Senyawa nitrogen yang
bukan berasal dari senyawa protein disebut NPN 9non protein nitrogen) sehingga
terhitung sebagai PK (Anonim, 1997)
Nilai 6,25 tidak selalu tetap, tergantung bahan yang dianalisis. Umumnya
protein nabati kurang dari 6,25.
- Hasil
Praktikum Penentuan Lemak Kasar
Semua bahan organik yang larut dalam pelarut lemak termasuk lipida dan
zat yang tidak berlemak. Dengan demikian bukan gambaran lemak yang sebenarnya
(gliserol dan 3 asam lemak). Energi lemak adalah 9 kcal/g, bagaimana dengan
EE? apakah juga menghasilkan kalori
sebesar 9 kcal/g. (Hilman, 1992)
Tabel 12. Hasil Penentuan Lemak Kasar
No
|
Bahan
|
L (gr)
|
M (gr)
|
N (gr)
|
LK (%)
|
1
|
Bungkil kedelai
|
1
|
1,37
|
1,99
|
0,62
|
2
|
Kelobot
|
1
|
1,33
|
2,12
|
0,79
|
3
|
Tepung ikan
|
1
|
1,26
|
2,02
|
0,76
|
4
|
Tepung erabang
telur
|
1
|
1,4
|
2,17
|
0,77
|
5
|
Tepung kulit
kerang
|
1
|
1,38
|
2,15
|
0,77
|
6
|
Tepung kulit
nenas
|
1
|
1,25
|
1,98
|
0,73
|
7
|
Tepung kulit
apel
|
1
|
1,24
|
2,00
|
0,76
|
8
|
Ampas tahu
|
1
|
1,38
|
2,06
|
0,68
|
9
|
Tepung legume
stylo
|
1
|
1,32
|
2,09
|
0,77
|
10
|
Tepung bagasse
|
1
|
1,28
|
0,62
|
0,34
|
11
|
Dedak padi
|
1
|
1,26
|
2,03
|
0,77
|
Tidak hanya lemak yang dapat larut dalam pelarut, tetapi terdapat pula
senyawa komponen organic lainnya yang bukan lemak larut dalam pelarutlemak
(misal : pigmen, asam organic, klorofil, sterol, vitamin A,D,E,K) (Hilman,
1992)
- Hasil
Praktikum Penentuan Serat Kasar
Serat kasar
=
X 100%

Tabel 13. Hasil Penentuan Serat Kasar
No
|
Bahan
|
O (gr)
|
P (gr)
|
Q (gr)
|
R (gr)
|
SK (%)
|
1
|
Bungkil kedelai
|
0,96
|
1
|
19,38
|
17,69
|
73
|
2
|
Kelobot
|
0,99
|
1
|
16,143
|
14,86
|
29,36
|
3
|
Tepung ikan
|
1,01
|
1
|
25,87
|
24,67
|
19
|
4
|
Tepung erabang
telur
|
1,05
|
1
|
16,4
|
15,05
|
29,5
|
5
|
Tepung kulit
kerang
|
1,00
|
1
|
16,56
|
15,27
|
29
|
6
|
Tepung kulit
nenas
|
0,99
|
1
|
28,87
|
23,45
|
43
|
7
|
Tepung kulit
apel
|
0,99
|
1
|
16,57
|
15,47
|
11
|
8
|
Ampas tahu
|
0,99
|
1
|
17,76
|
12,27
|
34
|
9
|
Tepung legume
stylo
|
1,08
|
1
|
15,07
|
13,67
|
32
|
10
|
Tepung bagasse
|
0,98
|
1
|
15,03
|
13,53
|
53
|
11
|
Dedak padi
|
1,00
|
1
|
16,07
|
14,84
|
18
|
Terdapat sebagian kecil senyawa organic yang tergolong serat masih dapat
larut dalam asam dan basa encer, sehingga mengurangi nilai kandungan komponen
serat.(Selvi,2001)
Serat kasar (SK) : adalah bahan organik yang tahan terhadap hidrolisis
asam dan basa lemah. (Selvi,2001)
- Hasil
Praktikum Bahan Ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
Tabel 14.
Hasil Penentuan BETN
No
|
Bahan
|
BETN %
|
1
|
Bungkil kedelai
|
74,34
|
2
|
Kelobot
|
34,49
|
3
|
Tepung ikan
|
57,66
|
4
|
Tepung erabang
telur
|
42,84
|
5
|
Tepung kulit
kerang
|
53,19
|
6
|
Tepung kulit
nenas
|
45,32
|
7
|
Tepung kulit
apel
|
2,15
|
8
|
Ampas tahu
|
42,5
|
9
|
Tepung legume
stylo
|
48,87
|
10
|
Tepung bagasse
|
58,2
|
11
|
Dedak padi
|
53,06
|
Ekstrak tanpa nitrogen diperoleh dengan jalan sbb: 100 - (5K + FE + PK +
Abu). Ekstrak tanpa nitrogen terdiri dan karbohidrat yang mudah larut terutama
pati yang kecernaannya tinggi. Energi yang dihasilkan sekitar 3,75-4,75 kcal/g.
Rata-rata karbohidrat mengandung energi 4 kcal/g. Berdasarkan hasil analisis
proksimat (analisis Weende) diperoleh nutrien yang terbagi dalam 7 komponen :
Zat organik (Karbohidrat, Lemak, Protein, Vitamin) dan Zat anorganik (Air,
Udara, Mineral). (Winarno, 1991)
4.5. Formulasi Ransum
Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum tentang Formulasi ransum
adalah sebagai berikut:
Tabel 15. Penggunaan bahan pakan
No
|
Bahan pakan
|
Penggunaan (%)
|
PK (%)
|
SK (%)
|
EM (kkal/kg)
|
Lemak (%)
|
1
|
Tepung ikan
|
30
|
55,39
|
0,57
|
2640
|
11,67
|
2
|
BIS
|
11
|
16,91
|
11,64
|
1525
|
9,35
|
3
|
Jagung
|
38
|
6,93
|
1,96
|
3430
|
4,32
|
4
|
Dedak
|
16
|
8,23
|
22,31
|
1630
|
9,25
|
5
|
Minyak sawit
|
3
|
-
|
-
|
800
|
10,0
|
6
|
premix
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
100
|
|
|
|
|
|
Kebutuhan (%)
|
|
22-24
|
5-8
|
2500-2800
|
6-9
|
Analisis bahan makanan bertujuan untuk memperkirakan respon produktivitas
dari ternak bila diberi ransum dengan komposisi bahan makanan tertentu. Bila
data tertabulasi digunakan hendaknya dipahami bahwa suatu bahan makanan
komposisinya bervariasi. Protein kasar, lemak, serat kasar, dapat bervariasi
sekitar 15% dan energy minimal kurang lebih 10%. Oleh karena itu angka yang
diperlihatkan dalam tabel hanya merupakan petunjuk dan karena itu disebut
komposisi umum. Adapun kegunaan dari formulasi ransum adalah untuk menuangkan
pengetahuan tentang zat atau beberapa zat makanan, bahan atau beberapa bahan
makanan menjadi suatu bahan makanan atau ransum yang dapat memenuhi kebutuhan
ternak yang mempunyai tingkat produksi tertentu yang dikehendaki oleh peternak,
Anggorodi, 2000.
Sebelum memulai bermanipulasi dengan berbagai cara perhitungan, sebaiknya
dimulai dengan langkah dan memperkirakan kebutuhan zat makanan dari ternak
bersangkutan. Untuk itu dibutuhkan suatu table kebutuhan zat makanan yang akan
digunakan sebagaia patokan, Anonim, 2001.
Tabel 16. Hasil perhitungan kandungan zat makanan berdasarkan
penggunaan.
No
|
Bahan pakan
|
Penggunaan(%)
|
PK(%)
|
SK(%)
|
EM(kkal/kg)
|
Lemak(%)
|
1
|
Tepung ikan
|
30
|
16,77
|
0,71
|
792
|
3,50
|
2
|
BIS
|
11
|
1,86
|
1,28
|
167,7
|
1,02
|
3
|
Jagung
|
38
|
2,6
|
0,74
|
1303,4
|
1,64
|
4
|
Dedak
|
16
|
1,31
|
3,56
|
260,8
|
1,4
|
5
|
Minyak sawit
|
3
|
-
|
-
|
24
|
0,3
|
6
|
Premix
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
100
|
22,54
|
6,29
|
2547,9
|
7,94
|
Konsentrasi zat makanan dalam suatu ransum yang diharapkan untuk memenuhi
kebutuhan fisiologi tergantung pada banyaknya konsumsi. Dalam praktek dapat
terjadi bahan makanan yang mengandung serat kasar lebih tinggi kecernaanya
dibanding dengan bahan makanan yang lebih banyak mengandung BETN. Salah satu
sebab serat kasar masih penting diperlihatkan dalam table komposisi karena
untuk mendapatkan nilai TDN, Hans, 2000.
Protein kasar tidak menggambarkan angka atau nilai protein dan yang bukan
protein sejati dari suatu bahan makanan. Banyak table komposisi bahan makanan
memperlihatkan protein dapat dicerna, akan tetapi berhubungan dalam feses
banyak diperoleh dalam tubuh. Bila protein kasar dari 10% bahan kering, semua
lebihnya dianggap tidak didegradasi, Sudirman 2002.
4.6. Mencampur Ransum
Adapun hasil dan pembahasan dari praktikum Bahan
Pakan dan Formulasi Ransum yang berjudul Mencampur Ransum adalah sebagai
berikut: Ransum adalah susunan dari beberapa bahan pakan dengan. perbandingan
tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak. Jadi dengan mencampur
beberapa jenis bahan pakan diharapkan kandungan gizi ransum sesuai dengan
kebutuhan gizi ayam sehingga ayam dapat berproduksi dengan baik. Menyusun
ransum dilakukan denagn cara kelompokkan
dulu bahan-bahan makanan yang jumlahnya sedikit dan teksturnya halus sampai bahan pakan yang jumlahnya banyak dan bertekstur kasar.
Bahan pertama yang dimasukkan kedalam baskom adalah
premix yang sedikit-sedikit dihomigenkan dengan minyak sawit, kemudian
ditambahkan bungkil inti sawit dengan tetap penambahan minyak sawit sedikit
demi sedikit selajutnya dengan jagung halus dan tepung ikan hingga homogen.
Pada pencampuran dengan dedak, minyak sawit sudah dalam keadaan habis.
Jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah
beras. Jagung merupakan bahan sumber utama dalam ransum unggas sejak amerika
serikat mampu berswasembada jagung. Jagung mempunyai kedudukan yang sangat
penting ditinjau dari ospek pengusahaan dan penggunaan hasil, karena disamping
bahan pakan juga berperan sebagai bahan pangan.
(Ika, 2003)
Dedak halus biasa. Merupakan hasil sisa dari
penumbukan padi secara tradisional (disebut juga dedak kampung). Dedak halus
biasa ini banyak mengandung komponen kulit gabah, juga selaput perak dan
pecahan lembaga beras. Kadar serat kasarnya masih cukup tinggi akan tetapi
sudah termasuk dalam golongan konsentrat karena kadar serat kasar dibawah 18%.
Martabat Pati nya termasuk rendah dan hanya sebagian kecil saja yang dapat
dicerna. Analisa nutrisi: 16.2% air, 9.5% protein, 43.8% bahan ekstrak tanpa N,
16.4% serat kasar, 3.3% lemak dan 10.8% abu serta nilai Martabat Pati (MP) nya
53. (Amrullah, 2003)
Tepung ikan adalah produk berkadar air rendah yang
diperoleh dari penggilingan ikan. Produk yang kaya dengan protein dan mineral
ini digunakan sebagai bahan baku pakan. Tepung ikan, Berasal dari ikan sisa
atau buangan yang tidak dikonsumsi oleh manusia, atau sisa pengolahan industri
makanan ikan, sehingga kandungan nutrisinya beragam, tapi pada umumnya berkisar
antara 60 – 70%. Tepung ikan merupakan pemasok lysin dan metionin yang baik,
dimana hal ini tidak terdapat pada kebanyakan bahan baku nabati. Mineral
kalsium dan fosfornya pun sangat tinggi, dan karena berbagai keunggulan inilah
maka harga tepung ikan menjadi mahal. Tepung ikan merupakan bahan baku yang
memiliki kandungan protein paling tinggi. Tepung ikan yang dipakai sebagai
bahan penyusun pakan, terutama pakan yang kandungan proteinnya tinggi seperti
pakan udang, harus mengandung kadar protein di atas 65%. Penurunan kadar
protein ini biasanya diimbangi dengan peningkatan kadar abu, yang pada akhirnya
akan meningkatkan kadar abu pakan atau tidak terpenuhinya unsur nutrient dalam
pakan seperti yang telah diformulasikan. Penggunaan tepung ikan di dalam pakan
komersial biasanya berkisar antara 10% sampai 40%. Kisaran jumlah yang dipakai
ini semata-mata hanya didasarkan pada pertimbangan harga, bukan dari aspek
nurisi. Kualitas tepung ikan dipengaruhi oleh berbagai factor seperti kesegeran
ikan dan metode pengeringannya. Metode vacuum dan steam merupakan cara
pengeringan yang direkomendasi dalam pembuatan tepung ikan. Pengeringan dengan
pengapian menyebabkan tepung tersebut terkena suhu yang sangat tinggi sehingga
ketersediaan protein menjadi menurun, terjadi oksidasi lipid, serta terbentuk zat
anti nutrient seperti histamine misalnya. (Supriono, 2004)
Bungkil inti sawit (BIS) merupakan salah satu hasil
samping pengolahan inti sawit dengan
kadar 45-46% dari inti sawit. BIS umumnya mengandung air kurang dari 10% dan 60% fraksi nutrisinya berupa selulosa, lemak, protein, arabinoksilan, glukoronoxilan, dan mineral. Bahan ini dapat diperoleh dengan proses kimia atau dengan cara mekanik. Walaupun
BIS proteinnya rendah, tapi kualitasnya cukup baik dan serat kasarnya tinggi.
Namun BIS memiliki palatabilitas yang rendah sehingga menyebabkan kurang cocok untuk ternak monogastrik dan lebih
sering diberikan kepada ruminansia terutama sapi perah.
Tabel 17.
Penyusunan Ransum
NNO
|
NAMA BAHAN PAKAN
|
PERSENTASE FORMULASI RANSUM
|
HASIL KONVERSI
|
1
|
JAGUNG
|
41 %
|
2050 gr
|
2
|
DEDAK
|
29 %
|
1450 gr
|
3
|
TEPUNG IKAN
|
26 %
|
1300 gr
|
4
|
BUNGKIL KELAPA
|
2 %
|
100 gr
|
5
|
TOP MIX
|
1 %
|
50 gr
|
6
|
MINERAL MIX
|
1 %
|
50 gr
|
JUMLAH
|
100 %
|
5000 gr
|
Penyusunan ransum harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut: Memperhatikan kualitas bahan pakan yang digunakan,
Memperhatikan batasan maksimum dan faktor pembatasnya, Memperhatikan kebutuhan
gizi sesuai dengan fase pertumbuhan ayam. Selain itu hal lain yang harus
diperhatikan adalah mengetahui bahan mana yang harus dicampur terlebih dahulu
agar hasilnya rata atau homogen. Jika ransum dibuat dalam jumlah kecil dapat dilakukan secara manual tetapi bila
dalam jumlah besar dapat digunakan mesun pencampur atau mixer.
4.7. Energi Bruto
Untuk
mempermudah mengetahui nilai energi bruto praktikan menggunakan beberapa bahan
sampel seperti dedak, bungkil kelapa, rumput gajah, jagung giling yang kemudia
dicetak berbentuk pellet dengan menggunakan pellet press dan diukur dengan
timbangan analitik dengan kisaran 0,5-1 gram. Selajutnya ditentukan energinya
dengan menggunakan unit bomb kalorimeter. Hal ini sesuai dengan pendapat Sri (2007) bahwa Sebelum sampel dimasukkan kedalam cawan bomb kalorimeter
sampel dibentuk pelet dahulu kemudian ditimbang, agar mudah untuk menghitung
energinya.
Adapun
rumus yang digunakan dalam menentukan energi bruto pada sampel bahan pakan:
Energi
(Kal/gram) = (TA – TM) x W – E1 – E2
Berat sampel
x % BK
Oleh
karena itu, dalam memperoleh hasil energi bruto yang diperoleh dari beberapa
bahan sampel yang digunakan dalam pembuatan pelet tersebut maka kita harus
mengetahui suhu awal, suhu akhir, berat sampel dan kabar bahan kering dari
masing-masing bahan. Perhitungan dari energi ditentukan dulu energi ekuivalen
asam benzoat, suhu awal dan suhu akhir, volume titrasi serta jumlah kawat
terbakar (Teja, 2008).
PENUTUP
Kesimpulan
Dari praktikum BPFR ini dapat diambil beberapa
kesimpulan sesuai dengan berbagai praktikum yang telah dilakukan. Pada
praktikum pengenalan bahan pakan dapat diambil kesimpulan bahwaini bahan pakan
dapat dibedakan berdasarkan kandungan nutrisinya dan sebagian bahan pakan
tersebut terdiri dari rumput-rumputan dan kacang-kacangan. Pada praktikum
analisis proksimat dapat diambil kesimpulan bahwa kandungan gizi yang
terkandung dari setiap bahan pakan berbeda-beda. Kandungan gizi ini meliputi
kadar air, kadar bahan kering, kadar protein kasar, kadar lemak kasar, kadar
serat kasar, kadar abu, dan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen. Pada praktikum
formulasi ransom dapat diambil kesimpulan bahwa penyusunan kandungan bahan makanan didasarkan pada kebutuhan nutrisi ternak.
Dan pada praktikum menyusun ransum dapat diambil kesimpulan bahwa penyusunan kandungan bahan makanan didasarkan
pada kebutuhan nutrisi ternak serta harus mengetahui bahan-bahan makanan yang
merupakan sumber energi, protein, mineral bagi ternak.
Saran
Setelah melakukan praktikum ini saya
menyarankan kepada setiap mahasiswa yang melakukan praktikum hendaknya dapat
lebih teliti lagi dalam melakukan praktikum dan hendaknya setiap mahasiswa dapat mendalami praktikum
yang telah dilakukan sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Agustono, dkk.
2005. Hijauan Pakan Ternak. Bumi Aksara. Yogyakarta
Anonymous. 2008. Bahan Pakan dan Ransum Ternak Unggas. Penerbit Eka Offset. Semarang.
Anggorodi,
Raden. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum.
Jakarta: Gramedia.
Anonim,.
1997 Analisis Proksimat. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta.
Brenndorfer,
2005. Penentuan Bahan Kering http://belog.web.id/archives/ penetapan-kadar-bahan-kering (diakses 4 desember 2010)
Banarje 1998. Pengenalan Analisis
Proksimat. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta.
Buckle.
1985. Ilmu Pangan. Jakarta:
Penerbit UI-PRESS.
Elihasridas. 2004. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Jakarta: UI – PRESS.
Girinda. 1996 Bahan Pakan dan Formulasi Ransum Prosimat. Gadjah Mada
University Press. Yogjakarta.
Hartadi.1993. Bahan Pakan dan
Formulasi Ransum Prosimat. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta.
Hilman. 1992. Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai Pakan Broiler. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Haritadi, 2003. Suplemen Makanan Ternak. Seribu Pena. Bogor.
Indonesia
H. Arida. 2000. Ilmu Pangan. Jakarta: Penerbit UI-PRESS.
Kartadisastra,
H.R. (2000).
Penyediaan & Pengelolaan Pakan ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba,
Kambing). Yogyakarta, Kanisius
Kanisius, A A. 1983. Hijauan Makanan Ternak. Yogyakarta:
Kanisius.
Murtidjo, B A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas.
Yogyakarta: Kanisius.
Neraca, 2001. Jenis Pakan Ternak. Gramedia.
Jakarta
Prawirokusumo. 1993. Ilmu Gizi
Komparatif. Yogyakarta: UGM.
Rasyaf. 2001. Metode Kuantitatif
Industri Ransum Ternak, Programa Linier. Yogyakarta: Kanisius.
Prawirokusumo. 1993. Ilmu Gizi Komparatif. Yogyakarta:
UGM.
Rasyaf, Muhamad. 1990. Metode Kuantitatif Industri Ransum Ternak,
Programa Linier. Yogyakarta: Kanisius.
Rasidi,
2003. Prepasasi Sampel. http://www.batan.go.id/ptbn/php/index.php?
option=com_content&view=article&id=6:paduan-logam-&catid=1:latest-news&Itemid=54 (diakses 4 desember 2010)
Samanta .2001.Prosiding
Makalah Nasional Biologi 4.Botani
Keanekaragamam Hayati dan Propeksnya dimasa Depan.November.Surabaya.Hal
185-187.
Suseno,
2000.Ilmu Makanan Ternak.PT
Gramedia.Jakarta.
Santoso, Urip.
1987. Limbah Bahan Ransum Unggas Yang
Rasional.
Jakarta: Bhratara karya aksara.
Santoso, Urip.
1987. Limbah Bahan Ransum Unggas Yang
Rasional.
Jakarta: Bhratara karya aksara.
Siregar, A.P., M.
Sabrani dan Pramu Suroprawiro. 1982. Teknik
Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Edisi 2. Jakarta: Margie Group.
Santoso. 2008. Limbah Bahan Ransum
Unggas Yang Rasional. Jakarta: Bhratara karya aksara.
S. Almatsier. 2005 Pedoman Meramu Pakan Unggas. Yogyakarta: Kanisius.
Sudarno,
2002. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Ke- 6. Fakultas Peternakan.
Universitas Gajah Mada. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Suratno. 2001. Pemanfaatan
hasil samping industri kelapa sawit sebagai bahan pakan ternak sapi potong. In.:
Sistem Integrasi Kelapa Sawit‑Sapi. Pros. Lokakarya Nasional. Hal. 110‑119.
Dept. Pertanian, Pemda Prov. Bengkulu dan P.T. Agricinal. Bengkulu
Tilman. 1997. Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia serta
Analisisnya . Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Winarno. 1991. Ikhtisar
Ruminologi. Departemen Ilmu dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Wiratno,
2000. Pengaruh suplementasi mineral organik (Zn-Proteinat, Cu-Proteinat) dan
amonium molibdat terhadap performans domba lokal. Tesis. Program Pasca Sarjana.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Wikipedia.
2010. Sampling. http://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_sampling (diakses 4 desember 2010)
Yeti. 2010.
Kandungan Zat Makanan. PT Gramedia. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar