Kamis, 30 Oktober 2014

materi BPFR




BAHAN AJAR
BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM











DISUSUN OLEH:
Ir. ADRIZAL, MSc, PhD
Ir. RASMI MURNI, MS
Dr. Ir. SUPARJO, MP
Dr. YATNO, SPt., MSi















FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
NOVEMBER 2010








OUTLINE BAHAN AJAR
BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM

I.
PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Bahan Pakan

1.2. Istilah-istilah yang Digunakan
II.
KLASIFIKASI BAHAN PAKAN

2.1. Klasifikasi Klasik

      
2.1.1. Konvensional


2.1.2. Nonkonvensional

2.2. Klasifikasi Modern

       
2.2.1. Bahan Pakan Kasar


2.2.2. Bahan Pakan Hijauan


2.2.3. Silase


2.2.4. Bahan Pakan Sumber Energi


2.2.5. Bahan Pakan Sumber Protein


2.2.6. Bahan Pakan Sumber Vitamin


2.2.7. Bahan Pakan Sumber Mineral


2.2.8. Aditif Bahan Pakan

2.3. Klasifikasi Berdasarkan Asal

2.4. Pertanyaan dan Tugas

2.5. Daftar Pustka
III.
Kandungan Zat Makanan, Senyawa aktif dan Antinutrisi Bahan Pakan

3.1. Kandungan zat makanan dan antinutrisi pakan sumber energi

3.2. Kandungan zat makanan dan antinutisi pakan sumber protein

3.3. Senyawa Aktif pada bahan pakan

3.4. Imbuhan Pakan

3.5. Pertanyaan dan Tugas

3.6. Daftar Pustaka
IV.
METODE ANALISIS BAHAN PAKAN

4.1. Pendahuluan

4.2. Analisis Proksimat

      
4.2.1. Bahan Kering


4.2.2. Kadar Abu


4.2.3. Protein Kasar


4.2.4. Lemak Kasar


4.2.5. Serat Kasar


4.2.6. Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen


4.2.7. Variasi Analitik


4.2.8. Konversi Kandungan Nutrien

4.3. Analisis Serat (Van Soest Analysis)

4.4. Pertanyaan dan Tugas

4.5. Daftar Pustaka
V.
TEKNIK DASAR FORMULASI RANSUM

5.1. Pengenalan tabel standar 

5.2. Pemilihan bahan baku untuk ransum unggas

5.3. Pemilihan bahan pakan dan formulasi konsentrat untuk  unggas

5.4. Pemilihan bahan baku untuk ruminansia

5.5. Pemilihan bahan pakan dan formulasi konsentrat untuk  ruminansia

5.6. Pertanyaan dan Tugas

5.7. Daftar Pustaka


BAB 3.
Kandungan Zat Makanan, Senyawa aktif
dan Antinutrisi Bahan Pakan


3.1. Pendahuluan
       Tujuan pemberian pakan pada ternak adalah untuk memenuhi kebutuhan ternak akan zat-zat makanan yang pada akhirnya dapat menghasilkan produksi ternak semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan pemeliharaannya. Pemilihan bahan tidak akan terlepas dari ketersediaan zat makanan itu sendiri yang dibutuhkan oleh ternak. Beberapa zat makanan  menurut analisis proksimat antara lain;  air (moisture), abu (ash), protein kasar (crude protein), lemak kasar (ether extract), serat kasar (crude fiber) dan bahan ekstrak tanpa nitrogen  (nitrogen free extract). Karbohidrat merupakan zat makanan sumber energi, dimana  skema analisis proksimat  merupakan gabungan dari serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen atau sering disebut BETN.
Dalam hal penyusunan ransum ternak, baik untuk ruminansia maupun non ruminansia/monogastrik maka terdapat hal-hal yang harus perhatikan  antara lain; kebutuhan ternak akan zat makanan, kandungan zat makanan setiap bahan pakan penyusun ransum serta batas pemakaian bahan pakan mengingat bahan pakan yang digunakan mempunyai berbagai keterbatasan antara lain kandungan serat kasar dan juga faktor antinutrisi yang dimilikinya.
Secara garis besar jumlah zat makanan dapat dideterminasi dengan analisis kimia, seperti analisis proksimat dan analisis serat (analisis Van Soest). Zat makanan dapat ditentukan dengan analisis proksimat, dan terhadap pakan berserat analisis proksimat lebih dikembangkan lagi menjadi analisis serat.
Pengetahuan tentang komposisi nutrien dan jenis bahan pakan merupakan salah satu komponen penting bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian bidang peternakan guna menyusun tugas akhir (skripasi). Pemahaman yang masih rendah terhadap prinsip dan prosedur analisis nutrien bahan pakan menyebabkan mahasiswa mengalami kesulitan dalam melaksanakan penelitian dan interprestasi data yang diperoleh. Pemahaman terhadap analisis secara kimiawi memiliki relevansi dengan pengetahuan mahasiswa terhadap proses dan fisiologi yang terjadi pada ternak.
       Cakupan materi yang disajikan pada Bab 3 ini meliputi kandungan zat makanan dan antinutrisi pakan sumber energi dan sumber protein, senyawa aktif pada bahan pakan Disamping itu juga dibahas cara memperoleh komponen aktif  pada subuah bahan pakan dan imbuhan pakan.
Tujuan instruksional khusus yang diharapkan dari materi ini adalah Mahasiswa mampu menyebutkan kandungan zat makanan dan antinutrisi serta zat aktif  dalam bahan pakan.

3.2. Bahan pakan dan Zat Makanan
          Sebelum menjelaskan  pengertian dan apa saja yang termasuk zat makanan, terlebih dahulu harus mengingat kembali pengertian dari  bahan pakan (feed) dan ransum (ration atau diet). Bahan  pakan (feed) merupakan bahan  yang disusun oleh zat makanan yang dapat diberikan  kepada ternak dan tidak mengganggu kesehatan ternak. Bahan tersebut bisa berasal dari   tanaman  (bahan pakan nabati) seperti jagung, dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kelapa sawit, bungkil kedelai, corn gluten mill dan lain sebagainya, selain itu juga  bisa berasal dari hewan (bahan pakan hewani) seperti tepung ikan, meat bone meal, tepung kerang dsb.  Zat makanan (nutrient)  adalah semua unsur atau senyawa kimia dalam pakan/pangan yang menunjang  reproduksi, pertumbuhan, laktasi dan kebutuhan  hidup pokok. Zat makan tersebut merupakan penyusun dari bahan makanan yang terdiri dari air,i karbohidrat, protein dan asam amino, lemak, vitamin dan mineral atau unsur anorganik. Protein, karbohidrat dan lemak disebut sebagai nutrien makro (dibutuhkan  tubuh dalam jumlah besar/banyak), sedangkan  vitamin dan mineral  disebut sebagai  nutrien mikro (diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil).  Untuk mengetahui zat makanan tersebut dapat dilakukan analisis proksimat. Secara umum zat makanan  dibedakan menjadi dua macam yaitu zat organik (senyawa bernitrogen,  karbohidrat, lemak dan vitamin) dan zat anorganik meliputi  mineral yang merupakan bagian dari abu. Klasifikasi zat makanan menurut  Campbell et al,. (1969) adalah sebagaimana tercantum pada Gambar 1.



3.2.1. Air
          Air merupakan suatu senyawa kimia yang mengandung  dua atom karbon dan satu atom oksigen dengan rumus kimia H2O, dengan titik didik pada suhu 100oC. Istilah air pada pakan ternak  adalah “moisture” bukan “water”, hal ini dikarenakan pada istilah moisture didalamnya  masih mengandung vitamin yang larut dalam air dan mineral-mineral lain, sedangkan istilah water merupakan  air yang diminum sehari-hari, jadi tidak mengandung vitamin, dan kemungkinan hanya mengandung mineral-mineral tertentu.
Prinsip analisis kadar air sebagaimana telah disampaikan pada materi analisis proksimat adalah  menggunakan oven 105oC, dimana air tersebut akan menguap pada pemanasan suhu tersebut. Untuk mengetahui kandungan air suatu bahan pakan hanya dengan melakukan pengurangan 100 – kadar bahan kering (%).
3.2.2. Karbohidrat
          Karbohidrat merupakan  zat organik yang mengandung  Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O) dalam perbandingan yang bervariasi. Karbohidrat  merupakan zat organik  utama terdapat  dalam tanaman, dimana jumlahnya mencapai  50-75% dari bahan kering (BK).  Jika dilihat dari distribusinya karbohidrat tersebut tersebar  dalam biji, buah dan akar tanaman.
          Karbohidrat dibentuk dari air (H2O) yang berasal dari tanah, karbondioksida (CO2) dari  udara dan energi  yang berasal dari matahari. Adapun bentuk sederhana reaksi dari ketiga komponen tersebut adalah sebagai berikut:
 




          Karbohidrat dibagi menjadi beberapa golongan   antara lain monosakarida (merupakan gula-gula sederhana), disakarida ( terdiri dari dua molekul gula-gula sederhana) dan polisakarida (terdiri dari banyak molekul gula-gula sederhana), sebagaimana tercantum pada Tabel 1.

          Tabel 1. Penggolongan  karbohidrat pada bahan pakan.
Penggolongan
Nama Komponen
Unit Monosakarida
Bagian Analisis
Monosakarida
Arabinosa
C5H10O5

Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
Deoksiribosa
Ribosa
Xilosa
Fruktosa (levulosa)
C6H12O6

Galaktosa
Glukosa (dekstrosa)
Manosa
Disakarida
Laktosa
Galaktosa, Glukosa

Maltosa
Glukosa, glukosa

Sukrosa
Glukosa, fruktosa
Trisakarida
Rafinosa
Galaktosa, glukosa, fruktosa
Polisakarida (biasanya mengandung  lebih dari 10 unit monosakarida)
Dekstrin
(C6H10O5)n
Glikogen
Pati
Selulosa
(C6H10O5)n
Serat kasar
          Dalam metabolisme di dalam tubuh , karbohidratr terlebih dahulu diuraikan menjadi senyawa yang lebih sederhan berupa onosakarida yang dapat diserap oleh tubuh.
3.2.3. Lipid
          Lipid merupakan sekelompok  zat-zat yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut  organik seperti eter, kloroform dan benzene. Yang termasuk lipid antara lain lemak, sterol  dll. Seperti halnya  karbohidrat, lipid  mengandung banyak karbon dan hidrogen  dalam perbandingannya terhadap oksigen. Sebagai misal,  sukrosa mempunyai formulasi umum C12H22O11, sedangkan lemak yang mengandung  asam stearat  mempunyai  C57H110O6.   Dalam proses metablisme di dalam tubu lipid diuraikan terlebih dahulu menjadi asam lemak dan trigliserida.
3.2.4. Protein
          Protein merupakan  zat organik yang mengandung karbon, hidrogen, nitrogen,  oksigen, sulfur dan fosfor.  Proporsi  komponen dasar penyusun protein adalah sebagai berikut.
Komponen dasar (atom)
Proporsi (%)
Karbon  (C)
51 - 55
Hidrogen (H)
6.5 – 7.3
Nitrogen (N)
15.5 - 18
Sulfur (S)
0.5 – 2.0
Fosfor (P)
0.0 – 1.5

          Secara umum protein terdiri dari protein kasar sebagaimana terdapat pada analisis proksimat, mengingat hasil perolehan protein tersebut tidak seluruhnya berupa nitrogen, tapi ada juga yang berupa nitrogen tapi bukan protein (NPN), seperti urea. Sedangkan jika protein murni hanya terdiri dari asam amino. Banyaknya asam amino yang terdapat pada protein mengindikasikan kualitas dari protein  pada bahan pakan.  Semakin tinggi jumlah dan proporsi asam amino pada protein  menunjukkan kualitas protein yang tinggi.
Oleh karena itu pada aplikasi di lapangan saat ini untuk penyusunan ransum  ternak tidak cukup hanya mengetahui kandungan protein, tetapi sudah lebih jauh tentang kandungan asam amino  dan keseimbangan asam amino tersebut pada sebuah protein. Dalam metabolismenya  didalam tubuh protein terlebih dahulu diuraikan menjadi asam amino, yang nantinya akan diserap oleh tubuh melalui usus halus. Dalam analisis proksimat untuk mengetahui  kandungan protein  sebuah bahan pakan, terdapat faktor pengalian 6.25. Artinya secara rata-rata protein pada bahan pakan engandung 16% nitrogen





         
3.2.5. Zat An organik
          Zat anorganik merupakan bagian penyusun dari abu yang merupakan sisa hasil pembakaran bahan pakan pada tanur suhu 500-600oC.  Keberadaan zat anorganik atau juga disebut zat-zat mineral tersebut dalam tubuh mencapai 3 – 5%  dari tubuh, mengingat tubuh tidak bisa membentuk sendiri mineral didalam tubuh ternak, sehingga harus disuplai dari pakan yang diberikan.
          Untuk memperoleh kandungan zat organik atau abu, sebagaimana pada analisis proksimat, yaitu dilakukan dengan cara membakar sampel menggunakan  tanur pada  suhu 500-600oC, sisa yang tertinggal tersebut merupakan bahan organik, sedangkan  yang terbakar adalah semua bahan organik seperti karbohidrat, protein,  lemak  dan vitamin. Secara umum mineral ada 2 yaitu mineral mikro, artinya diperlukan tubuh dalam jumlah kecil dan mineral makro  yang dibutuhkan  dalam jumlah besar. Namun kedua-duanya memegang peranan penting dalam pertubuhan ternak, tulang dan gigi (Gambar 1).
         


3.2. 6. Kandungan zat makanan Pakan Ternak
Tabel 2. Kandungan zat makanan dan antinutrisi pakan pakan
Kandungan Nutrient
B. Kedelai
CGM
Jagung K
D. Halus
MBM
R.Komersil
BISPLUS
BIS
Dry matter (%)
88.32
90.53
87.84
86.87
89.97
88
86.5
89.28
Ash (%)
6.79
16.72
1.34
12.8
30.12
13.5
22.26
4.69
Crude Protein (%)
43.55
60.04
7.22
10.87
52.59
22
39.41
16.5
Crude Fibre (%)
7.51
0.76
1.18
20.3
2.46
5.5
0.01
24.22
Ether Extract (%)
0.27
0.4
2.54
7.51
0.72
5.5
11.34
5.69
N Free Extract (%)
30.2
12.61
75.56
53.39
14.08
47
13.48
38.17
Ca (%)
0.5
0.1
0.1
0.2
10.59
3.3
1.22
0.58
P (%)
0.54
0.38
0.26
1.2
4.64
0.7
0.78
0.45
NaCl (%)
0.1
0.1
0.1
0.11
0.12
0
0
0.1
Gross Energy (kkal/kg)
3918
4434
4425
3315
4094
4100
3497
3543
Aspartic acid (%)
6.04
3.76
0.44
0.83
3.7
0
3.5
1.31
Glutamic acid (%)
9.62
13.23
1.18
1.25
5.82
0
7.88
3.03
Serine (%)
2.05
2.74
0.26
0.33
1.6
0
1.59
0.62
Histidine (%)
1.34
1.34
0.21
0.24
0.84
0
0.85
0.27
Glysine (%)
2.12
1.69
0.26
0.49
7.07
0
1.86
0.72
Threonine (%)
1.82
1.9
0.21
0.32
1.68
0
1.82
0.43
Arginine  (%)
3.38
2.06
0.3
0.69
3.7
0
3.46
1.28
Alanine (%)
2.2
5.43
0.48
0.55
3.77
0
1.79
0.94
Tyrosine (%)
1.66
3.01
0.2
0.24
0.92
0
1.26
0.42
Methionine (%)
0.6
1.27
0.06
0.05
0.52
0
0.77
0.24
Valine (%)
2.57
2.82
0.32
0.5
1.99
0
2.3
0.81
Phenilalanine (%)
2.69
3.91
0.31
0.39
1.64
0
1.88
0.62
Isoleusine (%)
2.62
2.75
0.26
0.37
1.47
0
1.72
0.59
Leusine (%)
3.97
9.75
0.76
0.63
2.9
0
2.79
1.01
Lysine (%)
3.2
1.05
0.79
0.4
2.43
0
3.2
0.35
Total  asam amino
45.88
56.71
6.04
7.28
40.05
0
36.67
12.64



Tabel 3. Komposisi  kimia  hasil analisis proksimat beberapa bahan pakan
Bahan
BK (%)
Komposisi  BK (%)
Ca (%)
P (%)
Abu
PK
LK
SK
BETN
Rumput :








R. alam
23.50
14.30
8.82
1.46
32.50
42.80
0.40
0.25
Brachiaria sp
27.50
7.07
9.83
2.36
28.90
51.80
0.24
0.18
R. gajah
21.30
12.70
9.30
2.48
33.70
41.40
0.46
0.37
Alang-alang
31.00
6.61
5.25
2.23
40.40
40.90
0.40
0.26
Leguminosa :








Calopogonium sp
22.60
8.50
30.31
4.73
30.20
26.30
0.76
0.46
Centrocema sp
24.10
9.43
16.80
4.04
33.20
36.50
1.20
0.38
Stylosanthes sp
21.40
8.86
15.60
2.09
31.80
41.60
1.16
0.42
Daun kacang tanah
22.80
9.18
13.80
4.94
25.20
46.90
1.68
0.27
Konsentrat :








Ampas tahu
14.60
4.98
29.4
10.24
22.70
32.70
0.53
0.38
Wheat pollard
88.50
5.90
18.46
3.88
9.70
62.00
0.23
1.10
Dedak halus
87.60
13.10
13.18
10.1
13.50
50.00
0.22
1.25
jagung
86.80
2.20
10.78
4.33
2.70
80.00
0.21
0.40
          Secara umum kandungan zat  makanan kelompok  bahan leguminosa dan konsentrat mempunyai kandungan protein lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok rumput-rumputan masing-masing sebesar 13.8–30.31, 10.78-29.24 vs 5.25-9.83 (Tabel 3)
3.3. Zat Antinutrisi  pada  Bahan Pakan   Ternak
            Beberapa jenis bahan pakan  memiliki potensi untuk mensintesis substansi kimia tertentu sebagai mekanisme untuk mempertahankan diri dari gangguan infeksi oleh jamur, bakteri dan insekta. Banyak di antara substansi kimia ini ternyata dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia maupun ternak yang mengkonsumsinya. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan pertumbuhan, seperti : penurunan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH), oleh karena dihambatnya enzim pencernaan tertentu. Gangguan yang lain berupa gangguan kesehatan, seperti gangguan pernapasan bahkan kematian. Selanjutnya senyawa-senyawa tersebut dikenal dengan istilah antinutrisi.
            Beberapa jenis bahan pakan tentu memiliki zat antinutrisi  yang berlainan juga. Senyawa antinutrisi yang sering ditemukan, antara lain : Protein inhibitor (penghambat protease), goitrogen, nekaloid, oksalat, fitat, tannin, HCN/asam sianida dan gossipol.   Antinutrisi tersebut seringkali mengikat protein, zat-zat mineral, sehingga pemanfaatan gizi dalam bahan pakan oleh ternak menjadi berkurang. Sebagai akibatnya akan menimbulkan gangguan pertumbuhan pada ternak atau gangguan kesehatan yang lain.
            Antinutrisi dalam bahan pakan kadang-kadang dihasilkan oleh metabolisme jamur atau mikroba dalam bahan pakan, atau oleh tumbuhan itu sendiri sebagai mekanisme untuk mempertahankan diri dari gangguan infeksi. Hasil samping atau sisa pengolahan bahan pakan seringkali menimbulkan efek toksik pada ternak, hal ini diduga adanya kandungan nutrisi dalam bahan limbah atau sisa pengolahan tersebut.
Beberapa bahan pakan dengan kemungkinan zat-zat antinutrisi yang terkandung di dalamnya adalah sebagai berikut:
a. Leguminosa    
Penggunaan leguminosa seperti  kacang kedelai,  pada ternak harus dibatasi Leguminosa, seperti : kedelai dan kacang tanah merupakan sumber gizi penting bagi ternak. Namun penggunaannya harus dibatasi, karena leguminosa mengandung zat-zat antinutrisi, antara lain: Protein inhibitor (penghambat protease), phytphaemagluttin (Lectin), urease, hypoxygenase, glukoside-sianogenik dan faktor-faktor antivitamin.  Hampir semua leguminosa mengandung unsur penghambat tripsin, dan akan mengikat tripsin sehingga terbentuk suatu kompleks yang inaktif. Sebagai akibatnya tripsin tidak dapat berfungsi. Keadaan ini menyerupai dengan kejadian gangguan sintesis tripsin oleh pankreas. Sebagai konsekuensinya, pankreas akan mengalami hipertrofi untuk mensintesis tripsin secara berlebih. Hipertrofi pankreas akan diikuti hambatan pertumbuhan dan menurunnya efisiensi pakan. Protein inhibitor ternyata mudah diinaktifkan atau dinonaktfkan  oleh perlakuan panas. Hasil penelitian Yatno menunjukkan terjadinya pembesaran pankreas pada ternak ayam yang diberi ransum mengandung kacang kedelai mentah dibandingkan  dengan kacang kedelai hasil sanggrai maupun pengukusan.
            Antinutrisi lain yang hampir selalu ditemukan dalam leguminosa adalah phytohaemagluttin atau lectin, yang memegang peran penting dalam simbiosis antara legum dengan bakteri pengikat nitrogen. Lectin terikat secara reversibel dengan gula-gula yang berkombinasi dengan protein (glikoprotein) pada permukaan mikrovilli usus halus, dan menimbulkan lesi-lesi serta perkmbangan mikrovilli yang tidak no9rmal serta gangguan absorbsi nutrisi lewat dinding intestinum. Gangguan absorbsi  (malabsorbsi) dapat terjadi terhadap vitamin B12, glukosa dan asam-asam amino. Gangguan transport ion lewat intestinum, tidak tercernanya karbohidrat dan protein bisa terjadi. Adanya lectin pada epithelium intestinum yang reseptornya terdapat di glikoprotein antara intestinum dengan permukaan bakteri enterik, merupakan perekat antara intestinum dengan bakteri. Pertumbuhan berlebih bakteri  coliform telah dilaporkan terjadi pada ayam yang ransumnya mengandung kedelai tanpa perlakuan (prosesing) sebelum penggunaannya sebagai bahan pakan.  Lectin menimbulkan lesi-lesi pada ephitelium intestinum yang diikuti dengan dikeluarkannya endotoksin bakteri yang masuk ke peredaran darah dan menggangu kesehatan ternak. Ayam muda sangat sensitif terhadap lectin.
            Beberapa zat antinutrsi ditemukan pada kacang kedelai  antara lain antitripsin,  urease, yaitu suatu enzim yang berperan untuk menghidrolisis urea menjadi ammoniak dan CO2, goitrogen, merupakan senyawa yang berhubungan dengan aktivitas fungsi  kelenjar thyroid, cyanogenic-glukoides (senyawa yang membebaskan HCN pada proses hidrolisis), terdapat pada semua leguminosa.Alipoxidase ditemukan pada kulit kedelai yang akan menurunkan vitamin A dengan cara merusak karoten.
            Protease inhibitor, lectin, urease dan faktor-faktor antivitamin serta lipoxygenase dapat dirusak oleh panas. Besarnya tingkat kerusakan tergantung kepada tinggi rendahnya temperatur pemanasan, lama pemanasan, ukuran partikel dan kondisi-kondisi penguapan. Fermentasi merupakan suatu metode untuk menurunkan level tripsin inhibitor. Germinasi juga merupakan cara untuk memperbaiki nilai gizi pada kedelai.
            Karbohidrat yang sulit dicerna juga merupakan antinutrisi. Kira-kira 40% dari tepung kedelai disusun oleh serat kasar, polisakarida serta oligosakarida yang bervariasi. Diketahui sekitar 15 -22% polisakarida dibentuk oleh acidic polisakarida sebesar 8 – 10%, arabinogalaktan sebesar 5%, selulosa 1,2% dan starch 0,5%. Senyawa terakhir tidak dapat dicerna oleh ayam. Starch dan mannan tidak sensitif terhadap pemanasan dan merupakan antinutrisi bagi ayam. Oligosakarida dalam kedelai merupakan karbohidrat yang mudah dicerna, akan tetapi menghasilkan TMEn(Energi termetabolisme sesungguhnya) yang rendah. Sebagai bahan makanan unggas, biji kedelai memang tidak digunakan dalam bentuk mentah, akan tetapi dalam bentuk bungkil kacang kedelai yang merupakan limbah dari proses pembuatan minyak kedelai, dan digunakan sebagi pendamping tepung ikan, sehingga penggunaan tepung ikan tidak berlebihan.
            Penggunaan bungkil kacang tanah untuk unggas kira-kira 0% – 25%. Penggunaannya untuk membantu menggantikan jagung kuning dan minyak nabati guna memenuhi kebutuhan energi. Kelemahan penggunaan bungkil kacang tanah adalah ketersediaannya yang terbatas, hanya ada di daerah-daerah yang memiliki pabrik pengolah kacang tanah serta penyimpanan bungkilnya yang sulit, karena mudah tercemar   oleh Aspergillus flavus, yaitu jamur yang menghasilkan racun berbahaya bagi ayam.
b.Singkong (ubi kayu)
            Singkong (ubi kayu) sebagai bahan makanan memang tidak pernah dimakan dalam bentuk mentah sebagaimana ubi manis. Secara fisik, apabila ubi kayu dibuka kulitnya dan dibiarkan, tidak segera digoreng atau direbus, maka akan berubah warna menjadi kebiru-biruan. Hal ini menunjukkan adanya sesuatu zat yang perlu diperhatikan secara serius. Namun apabila ubi kayu t digoreng, dibakar atau direbus, maka zat yang kebiru-biruan tersebut akan punah. Oleh karena itu diperlukan proses tertentu sebelum ubi kayu digunakan.
            Kandungan energi  ubi kayu ± 2970 Kkal/kg, mengalahkan energi dalam dedak, kacang kedelai dan bungkil kelapa. Oleh karena itu ubi kayu banyak diberikan kepada unggas pedaging yang memang memerlukan energi tinggi, seperti : ayam broiler, bebek, angsa dan sejenisnya, tetapi tidak diperlukan untuk anggas petelur.
            Cyanogenic-glucosides merupakan senyawa toksik yang terkandung dalam ubi kayu dan merupakan mekanisme pertahanan tubuh bagi tumbuhan ubi kayu untuk melindungi dirinya dari serangan insekta. Berkaitan dengan hal tersebut, maka ubi kayu mentah tidak dapat digunakan untuk ternak.
            Linamarin termasuk dalam  Cyanogenic-glucoside. Adanya enzim hidrolitik berupa ß-glycosidase, linamarin akan terurai dan menghasilkan aseton, glukosa dan HCN.   Terbebasnya HCN inilah yang menyebabkan keracunan pada ternak. Enzim ß-glycosidase  merupakan protein yang mudah rusak selama pemanasan. Jika enzim tersebut rusak, maka tidak mampu mengkatalisis pembebasan HCN yang toksik tadi. Pemanasan di bawah matahari terbuka, direbus atau dipanaskan dalam oven dalam temperatur 700C hingga 800C dapat mengurangi pengaruh racun HCN dalam ubi kayu.
            Ubi kayu juga mengandung tripsin inhibitor dan khemotripsin inhibitor, meskipun dalam kadar rendah. Antinutrisi ini bisa dirusak dengan cara pemanasan.
c. Biji Kapas        
            Biji kapas sebagai bahan pakan ternak dibatasi penggunaannya, karena mengandung zat antinutrisi yang dikenal dengan sebutan ”gossipol”. Gossipol merupakan senyawa polifenol dan menyebabkan pucatnya kuning telur pada ayam atau unggas petelur. Bagi tumbuhan kapas, gossipol merupakan senyawa yang berperan penting dalam mekanisme pertahanan diri terhadap serangan insekta.
            Gossipol bersifat sangat toksik bagi ruminansia maupun monogastrik muda. Lesi-lesi pada jantung, saluran reproduksi, paru-paru dan hati terjadi pada ayam dan ruminansia. Oleh adanya gossipol, jika biji kapas digunakan pada ayam petelur, maka akan terjadi kepucatan pada warna kuning telur.
3.4.  Komponen aktif (aktive compound) pada bahan pakan
          Komponen  aktif  dalam pakan merupakan hal yang menarik untuk diketahui mengingat perannya sangat potensial dan urgen di dalam tubuh ternak. Pemakaian   zat tersebut pada ternak sangat sedikit namun mempunyai efek positif yang cukup besar. Komponen tersebut dapat diperoleh dari tanaman atau bahan pakan dengan cara memisahkan dan mengekstraksi dari bahan yang bersangkutan. Beberapa kompoenen aktif dari pakan antara lain :
  1. Daun saga ((Abrusprecatorius L.).  Telah ditemukan  antibakteri  yang mampu menghambat pertumbuhan  Staphylococcus aureus ATCC 52938, . zpiococcus beta hemoliticus standar strain WHO, dan Streptococcus pneumoniae standar. Selain itu juga ditemukan  senyawa pemanis  yang disebut glycyrrhizin yang mempunyai kemanisan 30 - 100 kali manisnya gula. Apabila dibandingkan dengan daun saga. manis dari Miami, (Florida-USA) daun saga manis yang diperoleh di Bandung, (Indonesia), ternyata mempunyai penampilan kromatografi lapis tipis yang berbeda untuk senyawa-senyawa glikosidanya. Dengan cara fraksinasi bioakthitas terarah, telah dapat diisolasi dan dikarakterisasi beberapa pemanis dari daun saga manis yang berasal dari Bandung. Senyawa-senyawa pemanis tcrsebut  sangat berpotensi  sebagai alternatif  gula untuk konsumsi penderita diabetes dan obesitas.
  2. Daun Bandotan. Hasil  penelitian pengaruh ekstrak petroleum eter daun bandotan dalam minyak  kelapa terhadap luka terbuka buatan menggunakan metoda Morton yang dimodifikasi. Sebagai hewan percobaan digunakan empat puluh delapan ekor tikus putih betina strain LMR dengan berat badan antara 100 sampai 170 g yang dibagi dalam enam kelompok. Dosis pemeriksaan adalah 20; 40 dan 80% dan sebagai obat  embanding digunakan povidon yodium. Bahan uji diberikan setiap hari dimulai hari pertama dan pengamatan dilakukan setiap hari sampai hari kesepuluh setelah luka dibuat. Kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang diberikan minyak kelapa dan dengan kelompok yang tidak diberikan apa-apa. Persentase penyembuhan luka dianalisa secara statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun bandotan dosis 20% tidak memberikan efek penyembuhan luka yang bermaloiarsedangkan dosis 40% memberikan efek penyembuhan luka yang bermakna (P < 0,05) pada hari kelima sampai hari kesepuluh. Ekstrak daun bandotan dosis 80% memberikan efek penyembuhan luka yang bermakna (P < 0.05) pada hari kedua sampai hari 35 kesepuluh. Peningkatan dosis bahan uji menunjukkan peningkatan efek penyembuhan. Efek penyembulian luka dari ekstrak daun bandolan dosis 80% tidak berbeda bermakna dengan po^'idon vodium 10%
  3. Bawang Merah (allium ascolanium L). Telah dilakukan penelitian untuk melihat mekanisme sari air bawang merah (Allium ascolanicum L.) dalam melindungi hati, terhadap keracunan CCI4 pada tikus. Hasil penelitian menunjukkan  bahwa sari air bawang merah mengandung zat yang dapat melindungi hati dari kerusakan akibat CCl4, dengan cara mencegah pembentukan lemak hati dari serangan radikal bebas.
  4. Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val). Penggunaan ekstrak rimpang kunyit dalam dosis 0,00 atau 5,00 atau 20,00 m/kg bb pada mencit hamil umur kehamilan 0 atau 1 atau 2 hari mempengaruhi perkembangan folikel ovarium.
  5. Ekstrak Daun Dadap Ayam (Erythrina orientalis Linn). Hasil sari rebusan, fraksi kloroform, dan fraksi sisa ekstrak daun dadap ayam dapat menghambat pertumbuhan bakteri Siaphylococcus aibus, Staphylococcus aureus, Stsrptococctts beta hemolyticus dan Pseudomonas aeruginosa.
  6. Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala). Dalam dunia  peternakan lamtoro gung mempunyai potensi yang besar sebagai sumber makanan ternak, karena lamtoro gung kaya akan gizi. Kandungan zat-zat makanan yang terdapat pada biji lamtoro gung antara lain: protein dan asam lemak. Isolasi senyawa kimia dari biji lamtoro gung ini dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan Soxhlet dengan pelarut n- heksana. Selanjutnya sisa bubuk sampel dikeringkan, setelah itu disoxhlet kembali dengan menggunakan pelarut metanoi. Fraksi n-heksana yang diperoleh dilakukan dengan menggunakan kolom kromatografi melalui 2 cara, yaitu yang satu tanpa pemberian karbon aktif dan yang lainnya dengan pemberian karbon aktif. Fraksi metanol kemudian diekstraksi dengan menggunakan pelarut n-heksana sebanyak 3 kali. Hasil ekstrak metanoi tersebut kemudian dipekatkan dan dihasilkan ekstrak kasar metanoi. Ekstrak kasar metanoi tersebut kemudian ditentukan karbohidratnya dengan kromatografi cair bcrkine  didefinisikan komponen karbohidrat yang terdapat dalam ekstrak kasar metanoi,  yaitu maltosa, galaktosa dan glukosa.
  7. Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus Miq). Tanaman kumis kucing atau Orthosiphon aristatus Miq  merupakan salah satu tanaman obat-obatan yang sudah terkenal di dalam negeri dan luar negeri. Kandungan utama yang dikenal ialah kalium dan saponin, tetapi akhir-akhir ini telah diketahui bahwa ada komponen yang bersifat anti bakteri diantaranya yang paling dikenal ialah sinensetin.Dari hasil percobaan ini diketahui bahwa kadar sinensetin yang tertinggi ialah dalam daun kumis kucing tua yang berbunga ungu yang berasal dari K.P. Cibinong (0,365%, sedangkan yang terkecil berasal dari daun muda tanaman berbunga putih dari K.P. Cibinong (0,095%).
3.5. Imbuhan Pakan/Feed aditive
          Imbuhan pakan atau sering disebut feed aditive merupakan  bahan  yang ditambahkan kedalam pakan  dalam jumlah sedikit guna meningkatkan kualitas  atau peran bahan pakan  yang ditambahkan. Hal yang tersemasuk pakan imbuhan antara lain enzim, probiotik, prebiotik, sinbiotik, hormon termasuk didalamnya antibitoik yang saat ini tidak disarankan lagi.
3.6. Pertanyaan dan Tugas
a.    Jelaskan apa yang dimaksud dengan zat makanan dan sebutkan macam-macam zat makanan tersebut menurut analisis proksimat
b.    Jelaskan pengertian antinutrisi pada pakan, efek yang ditumbulkan pada ternak serta cara menghilangkan zat antinutrisi tersebut
c.     Sebutkan beberapa komponen aktif dari bahan pakan beserta peran dan cara memperoleh komponen tersebut dari bahan pakan.
d.    Mencari kandungan zat makanan  10 bahan pakan yang sering digunakan sebagai pakan ternak beserta  zat antinutrisi dan komponen aktif yang dimilikinya (Tugas kelompok)

3.6. Daftar Pustka
Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Cheeke, P.R. 1989. Toxicants of Plant Origin Volume IV Phenolic. Florida: CRC Press, Inc.
_______________. Toxicants of Plant Origin Volume I Alkaloids.. Florida: CRC Press, Inc.
Lu, C,F. 1985. Basic Toxicology: Fundamentals, Terget Organs and Risk Assessment. Toronto: McGraw-Hill International Book Company
Sukria, AH dan Krisnan, R. 1999. Sumber dan Ketersediaan Bahan Baku Pakan di Indonesia. Bogor: IPB Press.
Yatno. 1993. Penggunaan kacang kedelai hasil dari beberapa cara pemanasan terhadap bobot organ pencernaan ayam broiler fase awal [skripsi]. Jambi: Fakultas Peternakan Unversitas Jambi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar